14 Jam Hujan Peluru di Marawi

14 Jam Hujan Peluru di Marawi

Sersan Teknik Mahamud Darang berangkat Jumat lalu. Tugasnya cuma satu, merebut kembali kawasan bisnis di Kota Marawi, Provinsi Lanao Del Sur, Wilayah Otonomi Mindanao.

Bersama rekannya sesama tentara Filipina, mereka mesti menumpang panser menyusuri Jembatan Mapandi membelah Sungai Agus sebelum tiba di pusat kota. Ketika berada di tengah jembatan, terdengar ledakan dan panser ditumpanginya berguncang keras. Dia lantas buru-buru mengintip di jendela. Rupanya sebuah granat luncur (RPG) mendarat di depan panser itu.

Dari balik jendela panser dia melihat musuh bercokol di lantai tiga sebuah bangunan. Jantungnya berdegup kencang. Tak berapa lama, sebuah RPG kembali ditembakkan. Kali ini mendarat pas di panser. Darang terjengkang dan pandangannya mendadak gulita. Sekilas mirip adegan film perang garapan Hollywood.

"Yang kedua mengarah tepat ke panser dan meledak," kata Darang yang kini terbaring di rumah sakit.


Kepala dan bahunya luka akibat terkena serpihan ledakan. Beberapa temannya juga luka. Seorang rekannya bahkan tewas. Panser itu perlahan terbakar. Prajurit berusia 21 tahun itu meminta rekannya segera keluar dari panser dan berlindung di balik bangunan.

Bantuan datang cukup lama. Namun, empat rekannya berhasil diselamatkan dan dilarikan ke rumah sakit. Meski demikian, baku tembak terus terjadi hingga 14 jam. Tercatat 13 prajurit tewas dan 40 lainnya luka-luka.

Perlawanan dari para militan gabungan pro ISIS di Marawi tetap sengit. Rombongan pasukan di belakang Darang juga tidak luput dari hujan peluru, RPG, hingga bom molotov.

Beberapa rekan Darang yang sudah berhadapan langsung dengan kelompok militan menyatakan lawan mereka memang tidak mudah ditekuk. Meski dibombardir saban hari tak membikin mereka ciut.

Hal ini tidak bisa dianggap enteng. Janji Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, bakal merebut kembali Marawi dan mengakhiri perang dalam hitungan hari sejak diduduki militan pada 23 Mei lalu tak kunjung terbukti. Malah kenyataannya para prajurit dibikin kewalahan. Sebab, jika aksi para milisi tidak diredam, dikhawatirkan bisa memicu bangkitnya sel-sel pendukung ISIS di negara tetangga, seperti Indonesia dan Malaysia.

Yang ada malah korban terus berjatuhan. Tercatat sudah 310 orang tewas, mencakup 59 tentara, 225 milisi, dan 26 warga sipil. Bahkan dalam pertempuran kemarin, kabarnya ada seratus mayat bergelimpangan di jalanan Kota Marawi.

Markas besar ISIS di Kota Mosul, Irak, dan Kota Raqqa, Suriah, juga digempur habis-habisan oleh berbagai kekuatan. Mereka sempat mengirim pesan kepada seluruh pengikutnya jika tidak bisa datang ke wilayah khilafah, maka diminta segera menuju Mindanao, Filipina.

"Kalau saya sudah sembuh, saya akan kembali untuk bertempur," kata Darang.

Bedil andalan para milisi

"Penembak jitu mereka memang andal. Mereka harus memastikan dalam satu tembakan harus membunuh satu prajurit, atau kalau tidak harus melukai," kata Pendaton Guro, seperti dilansir dari laman Reuters, Sabtu (17/6).

Guro merupakan veteran perang. Dia mantan prajurit Filipina dengan pangkat terakhir kolonel. Kini hiburan dia saban hari adalah mengawasi jalannya pertempuran di Marawi dari balkon rumahnya.

Dari cerita para serdadu di lapangan, para militan pro ISIS itu lihai menjalankan taktik perang kota. Mereka bersembunyi di gedung-gedung dan mengambil posisi strategis. Mereka juga mengaku ngeri dengan para penembak jitunya.

Sebabnya karena mereka dibekali senapan Barret M82 tiruan kaliber 50 milimeter. Aslinya adalah buatan Amerika Serikat. Ketepatannya mengenai sasaran juga tidak kalah. Di Filipina sangat mudah membuat tiruan atau melakukan pembaruan bagian senjata. Itu karena di sana bertebaran bengkel bubut spesialis pembuat dan perbaikan senjata api.

Tinggal sebut mau model apa dan siapkan fulus, mereka bisa kerjakan. Sebagai prajurit, Guro sangat hafal suara letupan senapan kelas berat itu.

Padahal, militer Amerika Serikat sudah berada di lapangan buat memasok informasi bagi pasukan Filipina. Mereka mengintai menggunakan pesawat P3 Orion dan drone.

Panser militer Filipina juga kerap takluk dari RPG para milisi. Maka dari itu mereka mengakali dengan memasang panel kayu di setiap sisi 'Simba', julukan buat panser itu.

"RPG akan meledak begitu menyentuh kayu dan tidak menembus ke badan panser," kata seorang polisi.

"RPG mereka memang selalu merusak perisai panser kami. Kalau kami terlalu dekat, mereka akan menembakkan RPG," ujar seorang tentara enggan disebut namanya.



Sumbet: okezone

Halaman :

Berita Lainnya

Index