Ibadah Tawaf, Bentuk 'Kepatuhan' Alam Semesta

Ibadah Tawaf, Bentuk 'Kepatuhan' Alam Semesta
Ilustrasi

Sepanjang tahun, Masjidil Haram selalu ramai dikunjungi umat Islam dari seluruh penjuru dunia. Jutaan orang berkumpul menyebut nama Allah bertawaf, mengelilingi Ka'bah, kiblat bagi seluruh umat Muslim.

Tawaf secara harfiah diartikan sebagai gerakan mengelilingi Ka'bah sebanyak tujuh kali, di mana tiga putaran pertama dilakukan dengan lari-lari kecil antara Hajar Aswad sampai dengan Rukun Yaman, dan empat putaran berikutnya dengan berjalan. Ibadah ini dilakukan setiap kali beribadah haji dan umrah.

Thawaf dimulai dan berakhir pada  garis yang sejajar dengan batas Hajar Aswad dengan posisi Ka'bah di sebelah kiri kita sehingga arah putarannya berlawanan arah dengan jarum jam, membentuk pola lingkaran 360 derajat dan berporos pada satu titik.

Ahli astronomi menyebut alam semesta bergerak memutar dengan arah berlawanan dengan arah jarum jam. Dengan gerakan melawan arah jarum jam, tawaf mengajarkan kepada kita untuk senantiasa menyelaraskan gerak manusia dengan alam semesta.

Gerak sesuai arah jarum jam adalah gerak maju atau depan. Sedangkan gerak yang berlawanan adalah gerak mundur atau ke belakang. Jadi, makna lain dari tawaf adalah proses introspeksi tentang apa yang sudah, sedang, dan yang akan dilakukan.

Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, sebagaimana dikutip dari VIVA.co.id beberapa waktu lalu, mengatakan bahwa pergerakan manusia saat ibadah tawaf memiliki makna mendalam, karena begitulah seluruh alam semesta bergerak.

"Ritual tawaf adalah simbol ketaatan alam semesta kepada Sang Pencipta, yaitu senantiasa melakukan gerak berputar," kata Profesor Thomas.

Tawaf, menurut dia, sama halnya dengan gerak Bumi berputar pada porosnya yang mengitari Matahari, Bulan mengitari Bumi, seperti bagaimana Bumi dan planet lain mengitari Sang Surya dalam kesatuan galaksi. Seperti planet lain di luar tata surya mengitari bintangnya. Dengan segala keteraturannya.

Simulasi Alam Semesta

Doktor lulusan Department of Astronomy, Kyoto University, Jepang itu menambahkan, jumlah tawaf sebanyak tujuh kali juga menjadi simbol tak terhingga dari simulasi gerak alam semesta. "Mengapa tujuh? Simbol tujuh itu juga berarti alam semesta ini bergerak secara terus-menerus, tanpa henti," kata dia.

Senada, Prof. Dr. Ahmad Fouad Pasha dari Kairo University berpendapat, tawaf adalah hukum kosmis. "Penemuan-penemuan ilmiah membuktikan kita hidup di alam semesta yang tergantung pada revolusi: Bumi mengitari Matahari sekali dalam setahun, Bulan mengelilingi Bumi secara teratur, demikian halnya dengan satelit planet lain," kata dia seperti dimuat situs Quran & Science.

Hukum revolusi juga berlaku pada atom, satuan terkecil benda yang bisa dilihat dengan mikroskop. Sebuah atom terdiri atas inti yang berdiameter kurang dari sepersejuta milimeter atau nukleus --yang dikelilingi elektron-elektron yang berputar dalam jarak tertentu.

Karena semua materi di alam semesta, baik padat, cair, atau gas, terdiri atas atom, ini berarti bahwa hukum revolusi berlaku untuk semuanya: bintang, planet, bulan, hewan, tumbuhan, pasir, laut, udara, semua benda.

Dia menambahkan, Ka'bah adalah pusat spiritual dari orang-orang beriman. Mengacu pada ikatan seorang hamba dengan Tuhannya. Tak hanya ketika berhaji, pemeluk Islam juga salat menghadap Ka'bah setidaknya lima kali dalam sehari. Dari segala penjuru dunia, menghadap ke satu titik.

Halaman :

Berita Lainnya

Index