Perwira TNI AL Ganteng dari Jepara Ini Gunakan Hobi Masak untuk Diplomasi

Perwira TNI AL Ganteng dari Jepara Ini Gunakan Hobi Masak untuk Diplomasi
Mayor Laut Dian Sasongko (kanan) berpose dengan prajurit asal Amerika Serikat

SEMARANG - Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut baru saja menyelesaikan latihan gabungan dengan Angkatan Laut Thailand di Laut Jawa.

Dalam latihan gabungan tersebut, Indonesia mengirimkan dua kapal perangnya, KRI Diponegoro dan KRI Sultan Hasanudin.

Adapun Thailand menyertakan HTMS Khirarat dan HTMS Sukhotai.

Di antara ratusan prajurit yang terlibat dalam latgab itu, ada Perwira menengah (pamen) dari Jepara.

Dia adalah Mayor Laut (T) Dian Sasongko yang mengawaki KRI Sultan Hasanudin.

Selama menjadi prajurit AL, Dian mendapat banyak pengalaman dalam berbagai latgab yang sering digelar.

Selama 18 tahun berdinas, alumni Akademi Angkatan Laut (AAL) 44 ini juga banyak mendapat pengalaman berharga dalam patroli rutin.

"Saya banyak menyinggahi pulau-pulau terluar di Indonesia selama berpatroli, mengarungi lautan nusantara," kata Dian saat kapalnya bersandar di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jumat (11/8/2017).

Dalam latgab, prajurit AL tak hanya mengasah kemampuan operasi militer.

Mereka juga menjalankan berbagai tugas lain, di antaranya diplomasi mengenalkan budaya dan adat nusantara kepada prajurit luar negeri.

"Kami banyak mendapat pengalaman berharga dari berinteraksi dengan prajurit dari luar negeri. Ini sesuai semboyan AL 'Joint The Navy to See The World'," ucap alumni SMAN Pecangaan yang berwajah ganteng ini.

Satu di antara banyak cara mengasah kemampuan diplomasi adalah memasak.

Dian mengaku masak merupakan hobinya sejak lama.

"Pernah saat latgab dengan Angkatan Laut Australia, saya hidangkan kepada mereka martabak hasil kreasi saya. Tak dinyana, komandan perang mereka sangat suka. Bahkan meminta dibikinkan lagi, mau dibawa pulang katanya," ujar Dian.

Setelah latgab dengan Thailand berakhir, dia merasa amat senang.

Setelah sekian lama mengarungi samudera, Dian dapat bersandar di Semarang yang notabene merupakan ibu kota provinsi tanah kelahirannya.

"Bersandar di Semarang, serasa pulang kampung, merapat di tanah kelahiran. Saya juga menyempatkan diri menjenguk orangtua di rumah," jelas Perwira asal Desa Geneng, Kecamatan Batealit, tersebut.

Halaman :

Berita Lainnya

Index