Korban Pabrik Petasan Surnah Ditemukan Gosong tanpa Kaki dan Tangan!

Korban Pabrik Petasan Surnah Ditemukan Gosong tanpa Kaki dan Tangan!
Ketua Tim Disaster Victim Identification (DVI) Kombes Pramujoko menunjukkan foto korban pabrik petasan maut di Kosambi, Tangerang, atas nama Surnah ya

HARIANRIAU.CO - Dari total 47 korban meninggal pabrik petasan maut di komplek pergudangan 99, Jalan Raya Salembaran, Cengklong, Kosambi, Tangerang, baru satu yang dikenali. Dari hasil identifikasi yang dilakukan Tim Disaster Victim Identification (DVI) Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, menyebut, korban teridentifikasi seorang perempuan.

“Hasil hari ini yang baru bisa diidentifikasi baru ada satu jenazah,” kata Ketua Tim DVI Kombes Pramujoko, Jumat (27/10).

Korban tersebut berasal dari kantong jenazah nomor 01 dengan nomor register polisi 344 dan berjenis kelamin perempuan.

Ironisnya, korban ternyata diketahui masih anak-anak karena baru berusia 14 tahun.

“Atas nama Surnah, usia 14 tahun,” lanjutnya.

Pramujoko membeberkan, kondisi jenasah korban saat ditemukan sudah dalam kondisi sangat rusak parah.

Selain sekujur tubuh yang hangus dan gosong, tangan dan kakinya juga sudah tidak ada akibat terpanggang api cukup lama.

“Jenazah sudah tidak ada tangan dan kakinya. Baru itu yang bisa diidentifikasi,” katanya.

Dari catatan, diketahui korban adalah warga Kampung Salembaran, Desa Belimbing, Kosambi, Tangerang, Banten.

Pramujoko menambahkan, jasad korban dikenali berdasarkan pemeriksaan gigi, jenis kelamin, tinggi badan dan usia.

Dengan begitu, polisi akan langsung menyerahkan jenazah korban kepada pihak keluarga malam ini.

“Iya, langsung kami serahkan kepada pihak keluarga,” jelasnya.

Saat ini, Tim DVI mengaku sudah melakukan tes DNA terhadap seluruh korban.

Sayangnya, hal itu terkendala karena kurangnya data ante mortem (data fisik sebelum meninggal) dari masing-masing keluarganya korban.

Seperti diketahui, pabrik petasan yang meledak itu adalah milik PT Panca Buana Cahaya Sukses dan memang bergerak di bidang pembuatan kembang api kawat dan baru dua bulan beroperasi.

Kebakaran pabrik itu baru berhasil dipadamkan sekitar pukul 12.00 WIB siang setelah diketahui menyala sekira pukul 08.30 WIB pagi.

Dari peristiwa nahas ini, tercatat 47 nyawa melayang akibat terpanggang karena tak bisa menyelamatkan diri.

Sementara, 46 orang lainnya harus mendapat perawatan medis karena mengalami luka bakar kritis.

Semua korban, diketahui pekerja atau karyawan perusahan milik Indra Liyono tersebut.

Sampai saat ini, polisi juga masih belum mengetahui persis penyebab kejadian paling parah di dunia dalam sejarah insiden di pabrik petasan itu.

Jeritan Hati Anak Korban Pabrik Petasan Maut, Menangis sampai Terbawa Mimpi

Ada ratusan orang keluarga para korban pabrik petasan di Kosambi, Tengerang, mendatangi RS Polri Kramatjari, Jakarta Timur. Seno, salah satunya.

Bersama ayah dan kakanya, Seno yang masih duduk di bangku klas 5 SD itu berharap bisa mendapat kejelasan kabar ibunya, Sani, yang menjadi salah satu pekerja di pabrik petasan itu.

Seno, tak mampu menahan air mata menahan rindu kepada ibunya, Sani, yang diduga salah satu dari 47 korban meninggal dalam tragedi pabrik petasan maut di Kosambi, Tangerang. Foto via jawapos.com

Sani sendiri diduga menjadi salah satu dari 47 korban perusahaan milik PT. Panca Buana Cahaya Sukses.

“Saya datang sama bapak, sama kakak. Mau tanya soal ibu apa ada disini,” kata Seno di RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur, Jumat (27/10).

Seno mengungkapkan, ibunya baru tiga minggu bekerja di pabrik milik Indra Liyono tersebut.

Sani pun tak sendiri. Ia bekerja bersama bibi Seno.

Seno menuturkan, ia mengetahui peristiwa mengenaskan itu saat dirinya masih di sekolah.

“Denger ibu-ibu ngomong ada kebakaran dekat SMP. Saya langsung pulang buru-buru. Saya langsung panik,” ungkapnya.

Sampai di rumah, ia langsung mengganti pakaian dan menuju pabrik petasan yang sudah terbakar hebat.

“Dari rumah ke tempat ibu kerja nggak jauh. Keliatan asap dari rumah, sama suara ledakan kedengaran,” ujar Seno sambil mengusap air matanya.

Sampai di lokasi, ayah Seno, Joko, ternyata sudah berada di lokasi. Seno pun panik menayakan ibunya kepada ayahnya.

“Bapak sudah ada disana. Saya tanya bapak, Ibu bagaimana pak? Iya, masih dicari polisi. Soalnya nggak boleh masuk,” tutur Seno menirukan perkataan ayahnya saat itu seperti dirangkum dari pojoksatu.id.

Bocah itu mengaku masih sangat berharap ibunya bisa selamat. Sebab, ia mengaku sangat menyayangi ibunya.

“Pengen ibu selamat, bisa pulang lagi,” katanya dengan lelehan air mata di pipi.

Bahkan, Seno juga mengaku sudah sangat rindu kepada ibunya meski baru sehari tak bertemu.

Sampai-sampai, ia mengimpikan ibunya masih berada di pabrik yang sudah tinggal puing-puing itu.

“Kangen pengen ketemu. Semalam mimpiin ibu. Ibu masih di sana (pabrik),” tutupnya didampingi ayahnya.

Halaman :

Berita Lainnya

Index