Oknum Kepsek Cabul! Korban: Rok Saya Dibuka

Oknum Kepsek Cabul! Korban: Rok Saya Dibuka
Ilustrasi

HARIANRIAU.CO - Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Malang akan menurunkan tim khusus, untuk membantu enam bocah Sekolah Dasar (SD) yang menjadi korban pencabulan. Diketahui, pelaku tindakan asusila tersebut tak lain adanya gurunya sendiri yang juga kepala sekolah di salah satu SD swasta di Desa Mendalanwangi, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

“Untuk korban jelas kami jangkau, kami juga membantu proses penyidikan,” kata Kepala DP3A Kabupaten Malang Sri Redjeki seperti dilaporkan JawaPos.com, Sabtu (18/11).

Pantja menjelaskan, trauma healing diberikan jika keenam korban pencabulan mengalami trauma. Tim dari DP3A Kabupaten Malang akan melihat sejauh mana kebutuhan korban untuk trauma healing.

Pendampingan juga akan terus mereka berikan, termasuk untuk proses hukum. Mulai dari berkas telah dinyatakan P21 alias lengkap, dan siap diteruskan ke Kejaksaan Negeri (Kejari) Kepanjen hingga persidangan. “Tetap kami kawal,” tegasnya.

Selain mendapatkan trauma healing serta pendampingan dari DP3A, para korban pencabulan juga akan direhabilitasi. Mereka bekerja sama dengan Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Malang untuk langkah ini.

Upaya rehabilitasi dilakukan untuk membuat psikologi para siswa menjadi seperti semula dan mampu kembali bersosialisasi dengan lingkungannya.

“Orang tua juga akan kami berikan pemahaman mengenai rehabilitasi,” tutup Pantja.

MLH, (52) kepala sekolah sekaligus guru agama di salah satu Sekolah Dasar (SD) swasta di Desa Mendalanwangi, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, Jawa Timur, mencabuli enam muridnya, KEY, KR, CT, IT, TS dan NF. Mereka merupakan siswi kelas 5 dan 6 di sekolah tersebut.

Salah satu korban sempat berbincang dengan JawaPos.com di ruang bermain anak Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (UPPA) Polres Malang. Korban mengaku dipaksa dan diancam ketika hendak dicabuli pelaku.

MLH kerap menciuminya saat kelas dalam kondisi kosong atau saat waktu istirahat. “Ya dicium di pipi, di bibir, sampai rok saya dibuka,” cerita salah satu korban, KR, dengan polos.

Dia mengaku sudah mendapatkan perlakukan itu sejak masih duduk di kelas 3. Saat ini, KR sudah duduk di kelas 5.

Cerita anak lainnya, CT, juga mendapatkan perlakuan yang sama dari gurunya tersebut. Namun tidak berani cerita karena diancam tidak dinaikkan kelas. Alhasil, dia pun hanya bungkam.

Kebejatan kepala sekolah ini terbongkar saat salah satu korban, KEY, dipanggil oleh tersangka ke musala. Setelah sampai, korban segera ditarik ke dalam dan dicium pipinya dan (maaf) diraba payudaranya.

Korban kaget dan teriak, sehingga mengundang kedatangan saksi IT. Saat korban berteriak, tersangka sempat membekap mulut korban. Namun aksinya dan aktivitas sebelumnya sempat terlihat oleh IT.

“Dia sampai ketakutan, Mbak. Waktu les bersama saya, tiba-tiba dia menangis ditanya oleh guru les dan akhirnya cerita. Saya dan teman lainnya ikut bercerita,” bebernya.

Sementara saat diminta keterangan oleh penyidik Polres Malang, KEY sempat ketakutan melihat guru agama sekaligus kepala sekolahnya itu.

“Bu, jangan, saya takut. Ada Pak itu,” ucap KEY memelas kepada salah satu penyidik, yang membuat MLH harus dimasukkan ke dalam ruangan.

Halaman :

Berita Lainnya

Index