Ini Beberapa PR Besar Polresta Pekanbaru

Ini Beberapa PR Besar Polresta Pekanbaru
Ilustrasi

HARIANRIAU.CO - Anggota DPRD kota Pekanbaru Ruslan Tarigan sangat menyayangkan tindakan Polresta Pekanbaru yang tidak tuntas mengungkap kasus pembunuhan dan kasus bom molotov di bumi lancang kuning.

Politisi PDI Perjuangan ini mengatakan, Kapolresta Pekanbaru seharusnya menjelaskan perkembangan pengungkapan kasus tersebut demi keamanan Pekanbaru. "Semestinya itu bisa dijelaskan demi keamanan di kota Pekanbaru," kata Ruslan kepada wartawan, kemarin.

Ia meminta Polresta Pekanbaru terus menelusuri dan mengungkap pelaku pembunuhan dan kasus bom molotov tersebut. Ditegaskannya, motif pembunuhan dan kasus bom molotov harus diungkap untuk menjamin keamanan Pekanbaru.

Ia tak ingin kasus dan pelaku bom molotov tumbuh subur di kota Pekanbaru. "Apa motifnya harus ditelusuri jangan dibiarkan begitu saja, ini satupun tak ada yang terungkap kalau tidak sanggup ungkapkan," Ujarnya lagi.

Seperti halnya yang diketahui banyak kasus bom molotov yang terjadi di wilayah hukum Kota Pekanbaru hingga kini belum terungkap.

Setidaknya ada tiga kasus molotov yang terjadi. Yakni, rumah Pelaksana Harian Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kota Pekanbaru, Shanti Rahmayanti yang beralamat di Jalan Serayu Gang Meranti, pada akhir Agustus 2017.

Berikutnya, kediaman anggota DPRD Riau, Supriati di Jalan Dwikora Kelurahan Sukamaju, yang menjadi sasaran pelaku teror, Selasa (3/10) dini hari.

Sepuluh hari berselang, kejadian serupa kembali terjadi. Yang menjadi korbannya adalah Nurhasim. Mobil milik pengurus Lembaga Adat Melayu Kota Pekanbaru, Nurhasim, menjadi sasaran aksi teror dengan menggunakan bom molotov.

Akibatnya, mobil Toyota Avanza milik pria 70 tahun yang terparkir di depan rumahnya di Jalan Utama Perumahan Kulim Indah, Kelurahan Rejosari, Kecamatan Tenayanraya, Kota Pekanbaru, hangus terbakar.

Sementara itu, Kasus pembunuhan yang terjadi di wilayah Polsek Sukajadi, Tampan dan Bukit Raya hingga saat ini belum berhasil diungkap jajaran terkait. Hal tersebut menjadi pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan pada 2017 ini. Pasalnya tiga kasus pembunuhan tersebut terjadi pada 2015 lalu.

Kasus pembunuhan pertama yang hingga saat ini tidak ada titik terangnya yakni kematian Juju Maesaroh alias Maya (24) warga Jalan Arjuna, Kelurahan Labuh Baru Timur, Kecamatan Payung Sekaki yang berprofesi sebagai tukang pijat ditemukan tidak bernyawa di sebuah kamar penginapan, Senin (12/10) dalam keadaan tanpa busana dan ditutupi selimut. Bahkan saat ini pelaku masih tidak diketahui siapa. Kasus ini menjadi PR Polsek Sukajadi.

Kemudian terjadi di Kecamatan Tampan. Terbunuhnya Darsini (18) seorang pembantu rumah tangga di Jalan Flamboyan Kecamatan Tampan, Sabtu (14/11) pagi dalam keadaan setengah telanjang. Terbaring di lantai hanya menggunakan tank top dan wajahnya ditutupi bantal. Ini juga belum diketahui siapa pembunuhnya. Pembunuhan ini ditangani Polsek Tampan.

Ketiga penemuan mayat seorang laki-laki tewas bersimbah darah, Rabu (30/12) pukul 04.30 pagi. Korban Rizky Ofta Yosa (23), pria asal Sumbar yang baru menamatkan kuliah. Pria ini tergeletak dengan luka di bagian leher  di tengah jalan fly over Jalan Sudirman Pekanbaru Kecamatan Bukit Raya. Hingga saat ini, Polsek Bukit Raya masih melakukan penyelidikan terhadap kasus ini.

Halaman :

Berita Lainnya

Index