Fitrah Kembali ke Pelukan Keluarga

Fitrah Kembali ke Pelukan Keluarga
Fitrah Nur Akbar (tengah) bersama orangtunya Ali Akbar dan Ratnawati di kediamannya di Desa Ridan, Bangkinang Kota, Ahad (10/12/2017).

HARIANRIAU.CO - Setelah belasan hari mendekam di penjara Mesir, akhirnya Fitrah Nur Akbar bisa berkumpul bersama keluarganya di Bangkinang Kota, Kampar. Rindunya kepada orangtua dan adik-adik­nya, lepas seketika. Fitrah sampai di Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru, Ahad (10/12), pukul 15.00 WIB.

Dia bersama ayahnya Ali Akbar dari Bandara Soekarno-Hatta Jakarta menggunakan maskapai Batik Air, sekitar pukul 13.00 WIB. Di SSK II sudah menunggu sang ibu Ratnawati. Dia ditemani bebe­rapa kerabatnya. Tak ada pejabat. 

“Rencananya kawan-kawannya juga mau ikut tadi,” ujar Ratna.

Jauh mata sang ibu memandang. Melihat-lihat anak sulungnya yang baru mendarat. Benar saja, saat Fitrah sampai, sang ibu langsung memeluknya. Fitrah pun begitu. Langsung menyambut pelukan sang ibu. Rasa rindu mereka terlihat begitu hangat. Kasih sayang anak dan ibu, tak bisa didustai dari sikap mereka berdua. Benar-benar sudah rindu Ratnawati.

Air mata mereka juga tak tertahan. Berlinang. Ayahnya Ali Akbar, tertunduk. Dia berusaha menyembunyikan rasa harunya. Begitu juga sanak mereka yang ikut menyambut kedatangan Fitrah. Mereka terharu. Lama pelukan itu dilepas. Sesekali, mereka tersenyum. Bahagia, Fitrah bisa kembali ke pelukan keluarga. 

“Alhamdulillah, Alhamdulillah Nak,” kata Ratnawati. 

Ucapan syukur tak henti keluar dari mulut Ratna. Betapa tidak, anaknya terlihat dengan kondisi sehat saat pulang ke Riau. Usai dari bandara, mereka langsung pulang. Menuju rumahnya, di Desa Ridan, Kecamatan Bangkinang Kota. 

“Kemungkinan malam kami sampai di Bangkinang. Balik dari bandara, kami makan dulu,” ujar Ratna.

Fitrah yang bernama lengkap Muhammad Fitrah Nur Akbar, juga sempat berbincang dengan Riau Pos. Kalimat pertama yang keluar dari mulutnya, yakni ucapan syukur. “Alhamdulillah sehat. Alhamdulillah bisa berkumpul lagi bersama keluarga,” katanya. 

Dia terlihat begitu bahagia. Wajahnya berseri, walaupun dia sudah belasan hari di penjara. Semangatnya tak pudar. Fitrah mengaku, dia sudah dideportasi oleh Pemerintah Mesir. Dia sendiri, juga belum mengetahui alasan yang konkret, soal pendeportasiannya. Yang dia tahu, alasan keamanan nasional. 

“Mungkin karena Mesir tak kondusif saat ini,” sebutnya.

Namun ada yang aneh. Fitrah mengaku di paspornya, tak di-blacklist. Artinya, dia bisa kembali lagi ke Mesir. Untuk melanjutkan studinya di Al-Azhar, tentu sangat bisa. Namun, setelah berbincang dengan ayah dan ibunya, Fitrah tampaknya sudah bulat tekadnya tak kembali ke Mesir. 

“Sepertinya, saya tak kembali ke Mesir lagi,” ujarnya.

Sedangkan statusnya di Kampus Al-Azhar, masih terdaftar sebagai mahasiswa. Tapi tetap, dia tak ingin kembali ke sana. 

“Melihat kondisi Mesir yang tidak kondusif sekarang, saya pilih untuk melanjutkan studi di negara lain,” katanya dilansir riaupos.co.

Fitrah berencana, melanjutkan studinya ke Maroko. Pilihan kedua, di Turki. “Lihat nanti dulu. Antara dua negara itulah,” sebut sulung dari empat bersaudara ini.

Sebelumnya, setelah dipenjara selama 17 hari, Fitrah dibebaskan Pemerintah Mesir pada Sabtu (9/12). Fitrah diberangkatkan dari Bandara Internasional Kairo, pada pukul 04.00 waktu setempat atau sekitar pukul 08.00 WIB. Di Jakarta, Fitrah langsung disambut sang ayah. Kepulangan Fitrah ini, difasilitasi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Mesir.

Sebagaimana diketahui, lima mahasiswa Indonesia yang ditangkap polisi Mesir itu, empat adalah mahasiswa Al Azhar asal Riau. Yakni, Dodi Firmansyah (Kampar), Muhammad Ja’far (Siak), Ardinal Khairi (Kampar), dan Fitrah Nur Akbar (Kampar). Satu lagi, Hartopo Abdul Jabbar, mahasiswa Darul Lugho asal Medan, Sumatera Utara.

Mereka ditangkap pada 22 November dinihari yang dijemput polisi ke apartemennya di Kairo. Namun, setelah satu hari diperiksa, Dodi dan Muhammad Ja’far dibebaskan karena mengantongi kelengkapan administrasi sebagai warga negara asing. Sedangkan tiga mahasiswa lagi, dipenjara bak penjahat besar. Yakni, Ardinal, Hartopo dan Fitra. Ardinal dan Hartopo sudah bebas dan sampai di Indonesia pada Sabtu (2/12). Mereka berdua dideportasi. Sedangkan Fitrah dibebaskan Sabtu (9/12).

Halaman :

Berita Lainnya

Index