HARIANRIAU.CO - Pekerjaan menjadi sopit truk cabe tidak bisa dipandang enteng. Pekerjaan yang identik dikerjakan oleh pria ini diperlukan keterampilan, ketepatan dan juga kecepatan waktu. Ya, jika tidak maka muatan cabe yang dibawa tidak menutup kemungkinan akan busuk.
Namun, tantangan menjadi sopir truk cabe bisa dijalani oleh Nur Fatmawati dengan baik. Ya, janda dua anak warga Dusun Rowo Indah RT 003/004 Rowo Indah Ajung, Jember Jawa Timur ini, sejak dua tahun lebih sudan bekerja jadi sopir truk cabe.
Wanita kelahiran Jember 15 Mei 1985 ini sedikit menceritakan kehidupannya hingga menjadi sopir truk cabe.
Semenjak bercerai dengan suaminya yang pertama, kehidupan Nur sempat berantakan. Apalagi, ia memiliki dua anak yang harus dinafkahi.
Dalam perjalannya, ia kemudian mengenal seorang warga Blitar yang bekerja jadi sopir truk cabe.”Sejak mengenal orang Blitar itulah saya mulai mengenal seluk beluk jadi sopir truk cabe,” ungkapnya.
Ia pun kemudian memutuskan menjadi sopir truk cabe. Walau panas dan hujan bukan penghalang baginya menjalani pekerjaan itu demi kehidupan kedua putranya.
Selain di wilayah jawa, ia juga pernah menyetir truk cabe dari Jember ke Jambi dan Palembang. Suka duka pun dialaminya saat mengantarkan barang sampai ke tempat tujuan.
Nur Fatmawati saat menyetir truk bermuatan cabe di Jember, Jawa Timur.
“Terkadang sering tidak dibayar, dicaci maki orang. Karena membawa truck muatan cabe tidak mudah harus tepat waktu dan taruhannya nyawa kita,” kata dia.
“Di jalanan kadang merasakan sedih jika harus ganti ban dan uang menipis, untungnya sesama sopir truck suka saling bantu padahal buat makan di jalan harus menghemat takut solar habis,” tuturnya dilaporkan pojoksatu.id.
Menurutnya, sesama sopir truk memang memiliki ikatan istimewa. Mereka saling berbagi tidak sombong dan rendah hati.
.jpeg)
