Pensiunan Polisi Tewas Bersujud

Pensiunan Polisi Tewas Bersujud

HARIANRIAU.CO - Langit mendung disertai hujan menjadi pertanda seolah alam ikut menangisi kepergian Ngasiono, pensiunan polisi berpangkat terakhir Ajun Inspektur Polisi Satu (AIPTU).

Pria kelahiran Kertosono, Jawa Timur 3 Juni 1949 itu ditemukan telah tak bernyawa di salah satu ruang rumahnya di Jalan Slamet Riyadi, Gang VI, No 3 RT 15, Kelurahan Karang Asam Ilir, Kecamatan Sungai Kunjang, kemarin (26/12) pukul 12.30 Wita.

Bapak anak satu yang hidup seorang diri di rumahnya itu, ditemukan telah meninggal dunia dengan posisi tak biasa. Ngasiono tewas dalam posisi bersujud. 

Meski tidak lurus pada safnya, namun sebelum meregang nyawa pengabdi negara yang pernah menjabat sebagai Bintara Urusan Dalam (Bataud) atau dalam sebutan saat ini Kepala Seksi Umum (Kasium) Polsek Muara Badak itu diyakini baru saja usai mendirikan salat.

"Istri saya yang awalnya coba telepon usai salat Magrib dua hari lalu," tutur Joko (51), saksi yang juga keponakan Ngasiono.

Isyarat Ngasiono meninggal dunia usai salat juga terlihat di kamar tempat jasadnya pertama kali ditemukan. Kamar berukuran 3 x 3 meter yang berada di bagian depan rumah itu merupakan kamar khusus untuk melaksanakan salat. Terdapat sajadah dan beberapa kitab suci Alquran di ruangan itu.

Bahkan tubuh Ngasiono yang tak bernyawa itu tampak bersujud di atas sajadah.

Jasad Ngasiono sudah membengkak serta menimbulkan aroma tak sedap dengan mengenakan baju kaos putih dan kain sarung biru motif kotak. Tak jauh dari tempatnya bersujud, tampak pula kopiah putih dan ponsel merah miliknya.

Posisi kedua tangan Ngasiono tampak mendekap dada. Diduga ia menahan sakit saat ajal menjemput lantaran sejumlah penyakit komplikasi yang dideritanya sejak beberapa tahun terakhir.

"Ada jantung, kadar gula tinggi (diabetes, Red), tekanan darah dan asam urat," ucap Joko, yang mengaku sempat bertemu untuk terakhir kalinya lima hari lalu.

Kepergian Ngasiono itu pukulan berat bagi keluarga. Meski hanya berstatus keponakan, namun Joko dan keluarga lainnya terlihat sangat kehilangan.

"Mbah (Ngasiono, Red) itu baik. Rajin salat. Sayang dengan cucu-cucunya. Setiap seminggu sekali pasti saya dan istri sempatkan datang ke sini dengan membawa anak agar dapat menghibur mbah," ujar Joko, yang disambut tangis histeris seorang wanita hingga jatuh pingsan.

Joko sama sekali tak menyangka Ngasiono meninggal tanpa diketahui dirinya maupun keluarga yang lain. Padahal ia sering datang untuk menengok.

"Datang ke sini inisiatif saya sendiri karena perasaan tidak enak. Awalnya saya intip dari jendela depan ruang salat, saya liat posisi mbah tengkurap. Saya tahu mbah tidak pernah tidur tengkurap, apalagi ketika itu saya lihat banyak lalat dan ada bau tidak sedap," tutur Joko dilaporkan samarindapos.

Lalat dan bau busuk itu membuat mulut Joko berucap Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Raji'un. "Saya langsung teriak-teriak meminta tolong tetangga. Tidak lama datang ketua RT dan warga. Saya awalnya tidak berani mendobrak pintu, tapi setelah pak RT dan warga datang baru pintu rumah kami buka bersama-sama," terang Joko.

Jasad Ngasiono yang sudah membengkak itupun lantas dievakuasi petugas gabungan dan relawan ke mobil ambulans untuk selanjutnya dibawa ke kamar jenazah RSUD AW Sjahranie.

Kapolresta Samarinda, AKBP Vendra Riviyanto, melalui Kanit 2 SPKT, Ipda A'an Suharmanto yang datang ke lokasi penemuan membenarkan jika Ngasiono adalah purnawirawan Polri.

"Namun saya kurang tahu betul di mana saja almarhum pernah berdinas," tutur A'an.

Dari hasil olah tempat kejadian perkara (TKP), tidak ditemukan adanya benda maupun barang-barang- berbahaya.

"Juga tidak ada tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban. Namun untuk lebih jelasnya lagi, jasadnya kami bawa ke kamar jenazah RSUD AW Sjahranie untuk dilakukan visum," pungkasnya. 

Informasi yang dihimpun Sapos, semasa hidupnya Ngasiono pernah tugas di Brimob Polda Kaltim, Polsek Muara Badak, Polres Bontang dan Satlantas Polresta Samarinda. 

Halaman :

Berita Lainnya

Index