Pengguna Telegram Meroket Tajam di Negara Korup

Pengguna Telegram Meroket Tajam di Negara Korup
Telegram dan Signal tumbuh pesat di negara korup. (MTVN)

HARIANRIAU.CO - WhatsApp dan Facebook Messenger adalah dua aplikasi pengirim pesan paling populer. Namun, aplikasi perpesanan yang fokus pada fitur keamanan seperti Signal dan Telegram juga berkembang dengan pesat.

Memang, kedua aplikasi itu menyasar pasar yang tidak terlalu besar, tapi, fitur keamanan mereka menarik bagi orang-orang yang peduli akan kerahasiaan pesannya, atau mereka yang tinggal di bawah rezim yang memata-matai masyarakatnya sendiri. 

Perusahaan analisis aplikasi asal Boston, Apptopia memerhatikan pertumbuhan pengguna Telegram dan Signal di negara-negara yang disebutkan sebagai negara paling korup.

Perusahaan itu juga membandingkan pertumbuhan pengguna kedua aplikasi itu di negara-negara yang paling korup dan yang paling baik menurut Transparency International.

Pertumbuhan pengguna Telegram, WhatsApp dan Signal di negara-negara yang korup dan negara paling tidak korup. 

Di negara-negara yang dianggap korup, Apptopia menemukan bahwa pertumbuhan pengguna aktif bulanan Telegram dan Signal jauh lebih tinggi dari pertumbuhan di negara-negara yang dianggap memiliki pemerintahan yang baik.

Di negara-negara korup, pertumbuhan pengguna Signal mencapai 147 persen. Sementara di negara-negara yang dianggap baik, pertumbuhan penggunanya hanya mencapai 11 persen. Pertumbuhan pengguna Telegram juga menunjukkan tren serupa.

Pada 2017, pengguna mereka tumbuh 118 persen di negara korup, sementara di negara-negara yang dianggap paling baik, pertumbuhan pengguna mereka hanya mencapai 99 persen. Memang, perbedaan pertumbuhan pengguna Telegram tidak sebesar Signal, meski perbedaan itu tetap cukup tinggi. 

Negara-negara yang dianggap korup adalah Venezuela, Nigeria, Kenya, Rusia dan Ukraina. Sementara negara yang dianggap yang paling baik adalah Denmark, Swedia, Swiss dan Selandia Baru. 

Halaman :

Berita Lainnya

Index