Impor Mobil Selandia Baru Terancam Kutu Busuk

Impor Mobil Selandia Baru Terancam Kutu Busuk
Kutu Busuk - BBC

HARIANRIAU.CO - Ribuan lapangan kerja di industri penjualan mobil Selandia Baru berada dalam bahaya gara-gara sejenis serangga yang sangat bermasalah: kutu busuk.

Menurut Radio New Zealand, ditemukannya ratusan kutu busuk berwarna cokelat tua di atas kapal kargo yang membawa sekitar 12.000 mobil dari Jepang ke Selandia Baru, membuat tiga kapal pembawa mobil itu harus kembali menjauh untuk difumigasi.

Menurut NZ Herald, tidak ada fasilitas di Selandia Baru yang dapat menangani hama tersebut, karenanya tiga kapal pengangkut mobil-mobil baru tersebut terpaksa terombang-ambing tanpa tujuan di Samudera Pasifik.

Kutu busuk itu adalah serangga asli Asia Timur, namun bisa juga ditemukan di Eropa dan Amerika, dan merupakan hama yang diperangi para petani buah di seluruh dunia. Kumbang itu menyedot cairan dari buah, dan racunnya menyebabkan tanaman mati.

Menurut Stuff.co.nz, serangga itu berpotensi menyebabkan kehancuran besar pada keseluruhan industri buah dan sayuran Selandia Baru.

Berbicara kepada Radio NZ, Kepala Asosiasi Importir Kendaraan Bermotor David Vinsen mengatakan bahwa kini importir mobil tidak akan mau mengirimkan kendaraan ke suatu negara jika ada kemungkinan mereka dihalau lagi ke laut.

Itu berarti, dalam hitungan pekan, lapangan kerja di sektor penjualan mobil dihadapkan dalam bahaya, katanya memperkirakan.

Sektor pertanian merupakan bagian penting dari ekonomi Selandia Baru, dan undang-undang keamanan hayati ketat diterapkan oleh Kementerian Industri Primer untuk mencegah masuknya segala jenis hama ke negara tersebut.

Hama yang dibawa oleh manusia adalah salah satu ancaman utamanya.

Ada pula komplikasi tambahan, bahwa pembasmi hama yang sering digunakan untuk memusnahkan kutu busuk itu adalah metil bromida, yang bisa merusak bahan pelapis jok mobil, sampai pada titik yang membuatnya tidak bisa diselamatkan.

Zat alternatif, sulfuryl fluorida, tidak diizinkan digunakan di Selandia Baru. Namun menurut laporan Radio New Zealand, Kementerian sekarang tengah mempertimbangkan ulang penggunaannya.

Sumber: viva.co.id

Halaman :

Berita Lainnya

Index