TKW Restauli Simbolon Tewas di Malaysia, Jenazah Ditemukan Membusuk di Lemari

TKW Restauli Simbolon Tewas di Malaysia, Jenazah Ditemukan Membusuk di Lemari

HARIANRIAU.CO - Seorang wanita WNI bernama Santi Restauli Simbolon (25), ditemukan tewas dalam kondisi mengenaskan di sebuah rumah di Paya Terubong, George Town, Malaysia, Selasa (13/3/2018) malam. Dikutip dari media Malaysia, Astro Awani, jenazah Santi ditemukan membusuk di sebuah lemari.

Penemuan jenazah Santi di lemari berawal dari laporan dua pria warga negara Nepal ke kepolisian.

Mereka awalnya curiga mencium bau busuk dari rumah itu.

Kepala Kepolisian Daerah Timur Laut, Anuar Omar mengatakan, Santi diketahui bekerja di sebuah pabrik di Bayan Lepas.

Dari penyelidikan sementara kepolisian, Santi diyakini telah meninggal sejak 3 hari lalu.

Pukul 22.00 waktu setempat, polisi akhirnya datang untuk memeriksa laporan.

Polisi harus mendobrak pintu yang dikunci dan pintu lemari, sebelum menemukan jenazah Santi.

Menurut Anuar, Santi merupakan teman dari seorang penghuni rumah tersebut, yang juga seorang warga Nepal.

Polisi menyebut, teman Santi itu bernama Sandip Gurung (27).

Keberadaan Sandip kini belum diketahui.

Menurut rekan-rekan serumah Sandip, mereka terakhir kali melihatnya pada Sabtu (10/3/2018) lalu.

Polisi menyatakan tengah mencari Sandip.

Meski belum menemukan Sandip, tapi Anuar mengatakan, pihaknya meyakini kematian Santi memang akibat urusan asmara.

Menurut Anuar, dugaan sementara pembunuhan Santi karena motif cemburu.

Dua teman Sandip, yang justru pertama kali menemukan jenazah Santi, akhirnya diamankan oleh polisi.

Dikutip dari Teh Star, polisi berusaha mengorek keberadaan Sandip dari mereka.

**** Kilas Balik TKW Indonesia Tewas di Malaysia.

Sebelumnya juga, Romsari Sitanggang  (RS), tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Sidikalang, Sumatera Utara tewas mengenaskan di Malaysia.

Peristiwa nahas yang dialami Romsari di negeri jiran tersebut menyisakan persoalan misterius, termasuk sebab-musabab kematiannya.

Perempuan yang memiliki paras cantik ini mulai bekerja di Selangor, Malaysia tahun 2015.

Rekan sesama tenaga kerja Indonesia (TKI), Janry Zeavay Silaban mengungkapkan saat pihak polisi menemukan jasad dalam keadaan sudah bau busuk.

Bahkan, wajah tak dapat dikenali lagi. Polisi setempat menemukan jasad bulan Oktober 2017.

Sebelum nyawanya dihabisi, diduga perempuan yatim-piatu ini diperkosa oleh pacarnya. Sayangnya, kepolisian setempat, belum maksimal mengusut kasus ini.

"Kami akan tetap tuntut ini, kami juga akan membawa pengacara untuk mengungkap kasus ini. Pihak polisi sudah tanyakan pelaku tetapi tidak mengaku,"ujarnya via chat facebook, Selasa (5/12/2017) lalu.

Insiden Kecelakaan

Bebeberapa waktu lalu, tujuh orang tenaga kerja wanita (TKW) asal Indonesia korban meninggal dalam musibah kecelakaan bus karyawan milik pabrik Plexus dan Sony, Selasa (24/10/2017) sekitar pukul 05.50 waktu setempat.

Insiden kecalakaan terjadi di Tol North?South Expressway (NSE) Utara KM 147, Bukit Tambun, Pulau Penang, Malaysia.

Mereka adalah Yeni (20) asal Tanjung Tiram Kabupaten Batubara, Serlia (21) asal Kecamatan Sirapit Kabupaten Langkat, Sartika Pasaribu (20) asal Kecamatan Garoga Kabupaten Tapanuli Utara, dan Faridah (22) asal Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara. Empat orang TKI asal Sumut akan dipulangkan ke tanah air, hari ini, Kamis (26/10).

Seorang lainnya, Resni Tumanggor (22), putri Pakpak yang tinggal di Aceh Singkil, Nanggroe Aceh Darussalam.

Dua TKW lainnya berasal dari Pulau Jawa. Mereka adalah Titik Katinengsih (27) warga Kecamatan Mejayan, Madiun, Jawa Timur dan Wami Windasih (19 tahun) warga Kecamatan Jenar, Sragen, Jawa Tengah.

Jenazah Resti Tumanggor sudah tiba di rumah duka di Lae Balno, Kecamatan Danau Paris, Aceh Singkil, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Penyerahan jenazah disambut dengan haru tangis keluarga maupun kerabat, Jumat (27/10/2017) sekitar pukul 3:10 WIB dinihari.

Tampak pejabat pemda Aceh Singkil mendampingi jenazah ke rumah duka dan sekaligus menyerahkannya kepada keluarga.

"Saya mewakili pemda Aceh Singkil dan Dinas Sosial turut berbelasungkawa atas musibah yang menimpa Resni Tumangger, semoga Resni tetap kita kenang sebagai pahlawan devisa," ujar pria berbatik keemasan yang berpeci itu.

"Terima kasih kepada semua pihak yang telah turut serta membantu kepulangan jenazah Resni Tumangger, semoga Tuhan membalasnya dengan kebaikan," ujar pihak keluarga saat menerima jenazah.

Resni Tumanggor, yang dilahirkan ibu Boru Berutu ini, dimakamkan Jumat (27/10/2017) sekitar jam 10:00 WIB di dekat rumah keluarga.

Sebagaimana diketahui sebelumnya, Wanita kelahiran 13 Maret 1995 itu sudah bekerja di Pabrik Plexus dan Sony, Penang, Malaysia sekitar dua tahun.

Frenky Tumanggor, abang kandung Resti, mengatakan, enggak merasakan firasat apa?apa sebelum kejadian menimpa adik permpuannya. Frenky menceritakan, malam sebelum kejadian naas itu, ia masih komunikasi via messenger dengan Resti.

Menanyakan kabar, dan canda?canda tawa antara abang-adik.

Bahkan Resti masih menanyakan kabar keluarga di Kampung. Menyakan kabar kedua orangtuanya, juga adeknya yang masih menjalani SMA saat ini.

"Kebetulan dari kampung Lae Mbalno, aku baru tiba di Jakarta. Malamnya komunikasi,"ujar Frenky.

Ia (Resti) masih menanyakan aku, urusan apa ke Jakarta. "Jangan turang (abang) mencari perempuan di situ, awas jangan macem?macem," ujar Resti pada abangnya, Frenky seperti dituturkan kepada Harian Tribun Medan/Online Tribun-Medan.com, Rabu (25/10/2017).

Saat komunikasi itu, Frenky sempat berpesan pada adik perempuannya, agar rajin menabung uang.

"Jika ada rezekimu, bantu?bantulah biaya sekolah adekmu. Sedikit pun tidak apa?apa, yang penting dia senang," ungkap Frenky.

Resti berencana pulang pada bulan Desember mendatang. Rencana mau merayakan Natal dan Tahun Baru 2018 bersama di kampung halaman.

Rencana kepulangan Resti pada Desember tersebut sudah disampaikan pada Frenky.

"Tiketnya untuk pulang dan pergi (PP) sudah dibelinya. Inilah rencana Tuhan," ucap Frenky dengan nada suara isak tangis dari sambungan telepon dengan Tribun?Medan.com, Rabu sore.

Tentang persiapan di kampung, Frenky belum bisa menjelaskan lebih detail, karena kedua orangtuanya masih dirudung kesedihan.

"Dari kemarin, kalau aku telepon, selalu menangis. Enggak tahan aku mendengar tangisan mamak itu," ujarnya.

Dari Bandara Soekarno?Hatta, Frenky pun sudah bersiap?siap menuju Bandara Kualanamu untuk menunggu kedatangan jenazah Resti.

"Ini sedang menunggu penerbangan menuju Kualanamu. Besok sekitar jam 7.00 jenazah adik saya kemungkinan tiba. Dari Penang sekitar pukul 6.00 diberangkatkan. Jadi aku harus menunggu di Kualanamu," ucapnya.

Di Kualanamu, Frenky menunggu dan ikut mengantar jenazah adik perempuannya ke kampung halaman, Lae Mbalno, Aceh Singkil.

Sahabat Kecil yang Mendapatkan Firasat

Resti, anak ketiga dari empat bersaudara itu ternyata memiliki sahabat masa kecil yang sangat merindukannya.

Justru sahabat kecilnya itu yang mendapatkan firasat sebelum peristiwa kecelakaan itu terjadi.

Sahabat kecilnya itu bernama Febri Yanti Ginting. Mereka lahir dan sama?sama kecil di Kampung Lae Mbalno.

Namun, sejak tahun 2007, mereka tak pernah berjumpa lagi. Sudah 10 tahun tak berjumpa, padahal mereka berdua sama?sama di negeri Malaysia.

Febri tinggal di Johor Baru Malaysia sekitar 4 tahun, sedangkan Resti baru 2 tahun di Pulau Penang.

Mereka berdua kerap membuat janji untuk bertemu. Komunikasi via messenger dan telepon. Tapi tidak pernah ada waktu yang tepat. Selain jarak yang begitu jauh, juga selalu ada saja halangan kesibukan masing?masing.

"Sehari sebelum kejadian pagi itu, kami masih komunikasi. Janjian jumpa sebelum dia pulang kampung Desember nanti," ungkap Febri pada Tribun?Medan.com via WhatsApp.

Febri menambahkan, sehari sebelum kejadian itu, ia selalu gelisah. Perasaan tidak bahagia. Bahkan perasaannya itu dipostingnya ke laman facebooknya.

"Ada apa dengan perasaan ini Ya Allah...Hati ini ada m'rasakan Bahagia," tulisanya Senin (23/10) pukul 09.57 pagi.

"Dek...Udah jam 3 lebih di sini. Sampai aku mimpi kamu dek, sakarang aku enggak bisa tidur lagi," tulisnya dengan nge?taq akun facebook Resti.

Berikut curahan hati Febri Ginting usai mendengar kabar kepergian sahabat kecilnya itu:

"Selamat jalan sayang...Maafkan aku gak bisa melihat kamu ke Penang, Semoga keluarga tabah dlam iman menghdapi cobaan dan keprgiammu ini dek. Udah gak tau lagi aku mau bilang apa dek. Cuma air mata aja yang becucuran.

Salam rindu sayang...Tunggu aku di sana yaaaaa Resni Tumanggor. Nanti kita jumpa di sana ya dek. Kamu bilang kan kita sudah sepuluh tahun enggak jumpa, jadi nanti kita lepaskan rindu di sana ya..."

"Res sedih nai kami karina penadingken men we... (Res sdih kali kami rasa semua kamu tinggalkan secepat ini).
Ndersa naingo i kuta ni deba en Tuhan, neng menilik pe nikate mi Penang oda boi,,.( Susah kali di negeri orang ini Tuhan, mau melihat (Resti) pun ke Penang enggak bisa).

Manang potong gaji sebulan pe nemmu oda jadi masalah baku en asa giam boi remben aku mi Penang menilik ko dik.. ( Walaupun potong gaji sebulan enggak masalah samaku yang penting bisa aku melihatmu di Penang dek sebelum dibawa pulang ke kampung).

Tapi sayangnya gak bisa, aku marah pada diriku sendiri. Berru Tumangger ku, sahabat kecilku..Terlalu banyak memori denganmu dek. Perpisahan ini menyakitkan kali. Resni...ooo resnii..ooo resni..terkahir ucapanmu, Bulu (tante) sudah bertahun?tahun kita gak jumpa, datanglah ke sini kangen kali akulah, katamu dekku...24?10?2017 Pulau Pineng.

Jims Norta Tarigan membalas postingan Febri Ginting: "Kematian datang dengan berbagai cara, kapan dan di mana Tuhanlah yang akan Nentukan.Selamat jalan buatmu Resni Tumanggor semoga engkau beristirahat dengan tenang di tempat yang abadi. Keluarga Besar Muda?Mudi Katolik mengucap turut berduka cita atas berpulangnya, semoga keluarga tabah serta merelakan kepergiannya ke rumah Bapa."


Jenazah Resti Tumanggor (Kolase Tribun Medan/Istimewa)

Korban Dapat Asuransi Konsorsium Rp 80 juta dan dari BPJS Rp 85 juta

Plt Kepala Dinas Tenaga Kerja Sumut Frans Bangun mengatakan bakal mengawal proses penyaluran asuransi terhadap lima Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Sumut yang menjadi korban jiwa kecelakaan di Malaysia, kemarin.

Frans mengatakan, kelimanya merupakan TKW legal sehingga mesti memperoleh haknya.

"Kita sudah letakkan tim untuk turut menjemput jenazah tadi di Bandara. Kita akan tindaklanjuti agar ahli waris memperoleh haknya berupa asuransi itu. Karena mereka TKW legal, tentu ada asuransi," kata Frans melalui sambungan telepon, Kamis (26/10/2017).

Frans menambahkan, kelima TKW asal Sumut yang meninggal pada kecelakaan itu adalah Resni Tumangger (22), Yeni (20) Serlia (21), Sartika Pasaribu (20) dan Faridah.

Kata Frans, masing-masing TKW itu diberangkatkan oleh tiga perusahaan penyedia jasa, yakni PT Adila (Resni dan Sartika), kemudian PT SPT (Yeni dan Faridah) serta PT Sahara (Serlia).

Untuk TKW atas nama Faridah, kata Frans, pihak BPJS akan menyerahkan santunan pada Senin (30/10/2017) mendatang.

"Dari lima itu korban atas nama Faridah yang sudah mengurus BPJS Ketenagakerjaan. Tapi walaupun begitu korban lain tetap memperoleh asuransi," kata Frans.

Frans menjelaskan, para korban akan memperoleh asuransi kematian dari konsorsium senilai Rp 80 juta.

Jumlah ini terdiri atas Rp 75 juta uang duka dan Rp 5 juta uang pemakaman.

Sedangkan BPJS akan memberi asuransi kematian senilai Rp 85 juta sebagai uang duka, kemudian uang transport serta beasiswa bagi satu orang anak korban.

Kecelakaan maut di Penang Malaysia, 7 TKW meninggal (MyNewsHub)

Nilai Asuransi Sesuai Masa Kerja

Sementara itu, penyalur jasa tenaga kerja Indonesia (PJTKI) PT Adila Prezkifarindo Duta Medan mengatakan, pihaknya tetap memberikan asuransi pada dua pekerja yang meninggal dalam kecelakaan di Malaysia.

Adapun dua pekerja yang ditanggungjawabi perusahaan tersebut yakni Sartika Pasaribu (20) warga Kecamatan Garoga, Tapanuli Utara dan Resni Tumangger (22) warga Aceh Singkil, Nangroe Aceh Darussalam.

"Untuk keduanya tentu ada asuransi. Namun saya tidak bisa jelaskan secara spesifik nilai asuransinya. Itu tergantung masa kerja," kata Ningsih petugas administrasi PT Adila Prezkifarindo Duta Medan di kantornya, Kamis (26/10/2017) kemarin.

Ningsih mengatakan, kedua korban bekerja sejak 2016 lalu. Keduanya bekerja di perusahaan yang sama, yakni di perusahaan Sony.

sumber: medan.tribunnews.com

Halaman :

Berita Lainnya

Index