Asal Mula Masuknya Kopi di Indonesia

Asal Mula Masuknya Kopi di Indonesia
ilustrasi

HARIANRIAU.CO - Siapa yang tak kenal kopi, minuman khas hasil seduhan biji kopi yang aroma dan rasanya sangat khas. Minuman ini begitu populer di dunia karena dikonsumsi semua kalangan. Penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat pertama kali ditemukan di Etiopia, Afrika, sekitar 3000 tahun lalu. Asal mula masuknya kopi di Indonesia telah melewati perjalanan panjang dan beberapa fase hingga akhirnya tersebar di penjuru Nusantara.

Secara umum, pemrosesan kopi biasanya dilalui dengan proses pemanenan biji kopi yang telah matang. Kemudian pengeringan biji hingga penyangraian atau dihaluskan menjadi bubuk kopi. Setelah itu dilanjutkan dengan proses penyeduhan kopi sebelum dapat diminum.

Kopi merupakan salah satu komoditas di dunia yang dibudidayakan lebih dari 50 negara di dunia. Dua varietas pohon kopi yang dikenal secara umum yaitu kopi Robusta (coffea canephora) dan kopi Arabika (coffea arabica).

Sebelum becerita lebih jauh asal mula masuknya kopi di Indonesia, kita perlu tahu asal-usul kata “kopi”. Menurut Wiliam H Ukers dalam bukunya All About Coffe (1922) kata “kopi” mulai masuk ke dalam bahasa-bahasa Eropa sekitar tahun 1600-an. Kata tersebut diadaptasi dari bahasa Arab “qahwa”. Atau mungkin tidak langsung dari istilah Arab tetapi melalui istilah Turki “kahveh”.

Dalam catatan Jurnalbumi yang dipublish Cecep Risnandar, diperbaharui pada 2 Maret 2018 bahwa di Arab istilah “qahwa” tidak ditujukan untuk nama tanaman tetapi merujuk pada nama minuman. Ada beberapa catatan yang menyebut istilah tersebut awalnya merujuk pada salah satu jenis minuman dari anggur (wine).

Namun para ahli meyakini kata “qahwa” digunakan untuk menyebut minuman yang terbuat dari biji yang diseduh dengan air panas. Biji tersebut diketahui berasal dari buah yang dihasilkan tanaman kopi. Menurut Wiliam H Ukers, asal-usul kata “kopi” secara ilmiah mulai dibicarakan dalam Symposium on The Etymology of The Word Coffee pada tahun 1909. Dalam simposium ini secara umum kata “kopi” diyakini merujuk pada istilah dalam bahasa arab “qahwa”, yang mengandung arti “kuat”.

Ada juga pihak yang menyangkal istilah kopi diambil dari bahasa Arab. Menurut mereka istilah kopi berasal dari bahasa tempat tanaman kopi berasal yakni Abyssinia. Diadaptasi dari kata “kaffa” nama sebuah kota di daerah Shoa, di Selatan Barat Daya Abissynia.

Namun, anggapan ini terbantahkan karena tidak didukung bukti kuat. Bukti lain menunjukkan di kota tersebut buah kopi disebut dengan nama lain yakni “bun”. Dalam catatan-catatan Arab “bun” atau “bunn” digunakan untuk menyebut biji kopi bukan minuman.

Dari bahasa Arab istilah “qahwa” diadaptasi ke dalam bahasa lainnya seperti seperti bahasa Turki “kahve”, bahasa Belanda “koffie”, bahasa Perancis “café”, bahasa Italia “caffè”, bahasa Inggris “coffee”, bahasa Cina “kia-fey”, bahasa Jepang “kehi”, dan bahasa melayu “kawa”. Pada faktanya hampir semua istilah untuk kopi di berbagai bahasa memiliki kesamaan bunyi dengan istilah Arab.

Khusus untuk kasus Indonesia, besar kemungkinan kata “kopi” diadaptasi dari istilah Arab melalui bahasa Belanda “koffie”. Dugaan yang logis karena Belanda yang pertama kali membuka perkebunan kopi di Indonesia. Tapi tidak menutup kemungkinan kata tersebut diadaptasi langsung dari bahasa Arab atau Turki. Mengingat banyak pihak di Indonesia yang memiliki hubungan dengan bangsa Arab sebelum orang-orang Eropa datang.

Sejarah mencatat tanaman kopi berasal dari Abyssinia nama daerah di Afrika yang mencakup wilayah Etiopia dan Eritrea. Berbagai rujukan sejarah mengatakan kopi dipopulerkan sebagai minuman penyegar oleh bangsa Arab. Biji kopi menjadi komoditas komersil setelah dibawa oleh pedagang Arab ke Yaman.

Pada abad ke-11 bangsa Arab yang memiliki peradaban lebih maju dari Afrika, tidak hanya memasak biji kopi, tetapi juga direbus untuk diambil sarinya. Saat itu kopi menjadi minuman utama di negara-negara muslim. Kepopuleran kopi pun meningkat seiring penyebaran agama Islam hingga mencapai daerah Afrika Utara, Mediterania, dan India.

Kisah pengembaraan umat Muslim tidak terlepas dari kopi, kemanapun orang Muslim menyebarkan agamanya, kopi selalu dibawa. Sehingga pada abad ke-13 kopi sudah menyebar ke Afrika Utara, negara-negara Mediterania dan India. Pada abad ke-14 dan 15, budaya minum kopi sudah menyebar di Turki, Mesir, Syiria, Persia.

Sampai abad ke-16 seluruh produksi kopi masih dikuasai Arab. Namun, pada masa ini, belum ada budidaya tanaman kopi di luar daerah Arab karena bangsa Arab selalu mengekspor biji kopi yang infertil (tidak subur) dengan cara memasak dan mengeringkannya terlebih dahulu.

Hal ini menyebabkan budidaya tanaman kopi tidak memungkinkan. Barulah pada tahun 1600-an, seorang peziarah India berhasil membawa biji kopi fertil keluar dari Makkah dan menumbuhkannya di berbagai daerah di luar Arab.

Pada masa awal, bangsa Arab mengendalikan perdagangan kopi lewat Mocha, sebuah kota pelabuhan yang terletak di Yaman. Saat itu Mocha menjadi satu-satunya gerbang lalu-lintas perdagangan biji kopi. Demikian strategisnya pelabuhan tersebut dalam perdagangan kopi, sampai-sampai orang Eropa menyebut kopi dengan nama Mocha.

Memasuki abad ke-17 orang-orang Eropa mulai mengembangkan perkebunan kopi sendiri. Karena iklim Eropa tidak cocok untuk tanaman kopi, mereka membudidayakan tanaman tersebut di daerah jajahannya yang tersebar di berbagai penjuru bumi. Salah satunya di Pulau Jawa yang dikembangkan oleh bangsa Belanda. Untuk masa tertentu kopi dari Jawa sempat mendominasi pasar kopi dunia. Saat itu secangkir kopi lebih populer dengan sebutan “Cup of Java”, secara harfiah artinya “secangkir Jawa”.

Masuknya Kopi di Indonesia

Sejarah kopi di Indonesia tidak lepas dari masuknya Belanda di Indonesia. Pada tahun 1696, kala itu Belanda membawa kopi dari Malabar, India, ke Pulau Jawa. Mereka membudidayakan tanaman kopi itu di Kedawung, sebuah perkebunan yang terletak dekat Batavia. Namun, upaya ini gagal kerena tanaman tersebut rusak oleh bencana.

Upaya kedua dilakukan pada tahun 1699 dengan mendatangkan stek pohon kopi dari Malabar. Pada tahun 1706 sampel kopi yang dihasilkan dari tanaman di Jawa dikirim ke negeri Belanda untuk diteliti di Kebun Raya Amsterdam.

Hasilnya sukses besar, kopi yang dihasilkan memiliki kualitas yang sangat baik. Selanjutnya tanaman kopi ini dijadikan bibit bagi seluruh perkebunan yang dikembangkan di Indonesia. Belanda pun memperluas areal budidaya kopi ke Sumatera, Sulawesi, Bali, Timor dan pulau-pulau lainnya di Indonesia.

Pada tahun 1878 terjadi tragedi yang memilukan. Hampir seluruh perkebunan kopi yang ada di Indonesia terutama di dataran rendah rusak terserang penyakit karat daun atau Hemileia vastatrix (HV). Kala itu semua tanaman kopi yang ada di Indonesia merupakan jenis Arabika. Untuk menanggulanginya, Belanda mendatangkan spesies kopi liberika (Coffea Liberica) yang diperkirakan lebih tahan terhadap penyakit karat daun.

Sampai beberapa tahun lamanya, kopi liberika menggantikan kopi arabika di perkebunan dataran rendah. Di pasar Eropa kopi liberika saat itu dihargai sama dengan arabika. Namun, tanaman kopi liberika juga mengalami hal yang sama, rusak terserang karat daun.

Kemudian pada tahun 1907 Belanda mendatangkan spesies lain yakni kopi robusta (Coffea Canephora). Usaha kali ini berhasil, hingga saat ini perkebunan-perkebunan kopi robusta yang ada di dataran rendah bisa bertahan.

Pasca kemerdekaan Indonesia tahun 1945, seluruh perkebunan kopi Belanda yang ada di Indonesia dinasionalisasi. Sejak itu Belanda tidak lagi menjadi pemasok kopi dunia.

Sejak kemerdekaan hingga saat ini kopi menjadi sangat populer di Indonesia. Kopi Indonesia saat ini menempati peringkat ketiga terbesar di dunia dari segi hasil produksi.

Adapun beberapa kopi jenis Arabica di Indonesia yang populer di antaranya kopi Gayo (Aceh), Mandaling (Sumut), Kintamani (Bali), Mangkuraja (Bengkulu),Jawa dan Kalosi (Toraja). Selain kopi Arabica tersebut, Indonesia juga memiliki ada 1 jenis kopi yang sangat spesifik dan tergolong mahal, yaitu kopi luwak.

Di samping rasa dan aromanya yang khas, kopi ini diyakini dapat menurunkan risiko terkena penyakit kanker, diabetes, batu empedu, penyakit jantung dan berbagai penyakit lainnya.

sumber: SINDONEWS.COM

Halaman :

Berita Lainnya

Index