Pengakuan Mahasiswi Ayam Kampus, Kuda-kudaan Sekuatnya Rp2 Juta

Pengakuan Mahasiswi Ayam Kampus, Kuda-kudaan Sekuatnya Rp2 Juta
ilustrasi

HARIANRIAU.CO - Demi gaya hidup mewah, mahasiswi ayam kampus berani menerima bookingan di indekos. Biaya kuliah, dandan, hidup bersenang-senang, menjadi alasan untuk menjual diri. Alasan itulah yang dilontarkan Mawar (bukan nama sebenarnya).

Mahasiswi asal Balikpapan Kalimantan Timur yang terjerumus sebagai pelacur itu memasang tarif hanya Rp 1 juta untuk short time. Tarif itu hanya untuk satu kali klimaks saat bersetubuh. Ketika sang pejantan masih sanggup, ya, harus membayar lagi.

“Kalau mau Rp 5 juta itu long time. Itu buat main satu malam, tapi sekuatnya. Abis keluar kalau masih kuat, ayo main lagi,” tantangnya.

Wanita berkulit putih bersih dengan bibir tipis tersebut melanjutkan, harga yang ditawarkannya itu masih bisa dinego. Untuk short time mentoknya Rp 500 ribu. Sedangkan kuda-kudaan sekuatnya, paling mentok Rp 2 juta.

Kok mau sih, jualan tubuh? Mawar yang baru saja menginjak usia 23 tahun ini dengan gampangnya menjawab, “Sekarang apa-apa butuh uang. Biaya kuliah mahal, biaya hidup pun mahal. Jadi mau gimana lagi?”.

Menawarkan jasa kenikmatan sesaat, sambung dia, tidak masalah asalkan bukan gratisan. Selain itu, Mawar mengaku telah sakit hati karena telah kehilangan “mahkota” sejak di bangku SMA.

Sialnya lagi, pacar yang merenggut keperawanannya bukan bertanggung jawab untuk menikahinya, tapi malah kabur. Sejak hubungan terlarang itulah, Mawar menjerumuskan diri menjadi pelacur.

“Lepas perawan waktu SMA, pacaran dan begituan sama mantan saya di rumahnya. Sempat menolak, tapi terpaksa. Karena sudah nggak perawan, ya, sekalian aja,” seloroh dia.

Apakah tidak malu sama teman, apalagi orangtua? Mawar mengatakan, menjual diri sekarang ini tak perlu seperti dulu, turun ke jalan dan khawatir diuber-uber aparat. Apalagi, dirinya seorang mahasiswi yang melek teknologi. Mawar memilih “berdagang” melalui BeeTalk, WeChat, Twitter, dan WhatsApp.

“Ya, awalnya sih nggak mau. Cuma karena mendesak, waktu itu lagi butuh banget buat bayar kuliah, jadinya terpaksa cari uang lewat jual diri. Nggak lama abis ngerasain, jadi keterusan,” papar dia.

Lanjut Mawar, setelah mendapatkan mangsa dan harga deal, tempat untuk melakukan hubungan terlarang pun bukan soal. Dia mempersilakan tamunya bertandang ke kamar indekosnya di kawasan Jalan MT Haryono untuk merasakan servis darinya.

Lain halnya ketika sang pria hidung belang mengajaknya main ke hotel, maka biaya kamar dan room service lainnya tentu dibebankannya ke konsumen.

“Biasanya kalau long time itu di hotel. Tapi saya ada kamar (indekos, Red) kalau dia nggak ada hotel,” imbuhnya.

Bagaimana dengan ancaman HIV/AIDS dan dosa yang harus dipertanggungjawabkan di akhirat kelak? Mawar mengaku sama sekali tak merasa khawatir, apalagi menjadi beban hidupnya. Setiap kali berhubungan badan, dia mewajibkan pelanggannya menggunakan pengaman.

“Syaratnya, ya, memang harus pakai kondom. Saya nggak mau kalau nggak pakai kondom. Kalau pakai kondom ‘kan aman dari HIV. Kalau dosa, ya, itu ditanggung masing-masing,” jawabnya enteng.

Uang hasil bisnis esek-esek, aku Mawar, digunakannya untuk berfoya-foya serta mempercantik diri. Perawatan tubuh diperlukan agar konsumen betah dan akhirnya mau menjadi pelanggan.

Sampai kapan mau menjual diri? Beberapa saat Mawar terdiam, matanya menatap kosong sebelum akhirnya berjanji akan berhenti total setelah berumah tangga.

Setelah dikecewakan sang pacar yang telah merenggut keperawanannya, Mawar membutuhkan pria yang bertanggung jawab dan bisa menerima dirinya apa adanya.

Ayam kampus lain yang berhasil diwawancarai Balikpapan Pos (Grup Jawa Pos/pojoksatu.id), Yanti (nama samaran). Sayangnya, Yanti lebih tertutup namun mengakui apa yang dilakukannya karena terbelit masalah ekonomi.

Warga perantau yang baru saja diterima kerja ini mengatakan, jasa menjual tubuhnya hanya dilakukan ketika ada keinginan.

“Saya merantau ke sini, sebenarnya mau cari kerja sambil kuliah. Tapi sementara saya jual diri karena bisa dapat uang lebih gampang. Tapi sebenarnya saya baru aja diterima kerja, jadinya nggak seberapa sering lagi layanin orang. Kecuali pas lagi pengin aja,” tuturnya.

Sama halnya dengan Mawar, Yanti menawarkan kamar indekosnya untuk melakukan hubungan badan setelah harga disepakati. Medsos digunakannya untuk mencari pria hidung belang.

“Sekarang, ya, memang harus pakai medsos. Udah nggak zaman nunggu di pinggir jalan,” singkat Yanti.


sumber: pojoksatu.id

Halaman :

Berita Lainnya

Index