Kondisi Politik Bikin Rupiah Babak Belur, Jatuh Ke 13.558/Dolar AS

Kondisi Politik Bikin Rupiah Babak Belur, Jatuh Ke 13.558/Dolar AS

HARIANRIAU.CO, JAKARTA - Nilai tukar rupiah babak belur Kamis (24/11/2016), akibat kondisi politik Tanah Air yang tak menentu dan reli indeks dolar AS yang berhasil menyentuh level tertinggi dalam 14 tahun.

Kurs Garuda di pasar spot ditutup jatuh 0,50% atau 68 poin ke 13.558/dolar AS dari penutupan Rabu yang berada di 13.490/dolar AS.

Rupiah telah melemah sejak awal perdagangan dengan dibuka turun 0,21% atau 28 poin ke 13.518/dolar AS dan setelah itu reli di zona merah dengan kecenderungan terus melemah.

Sepanjang hari ini, nilai tukar mata uang NKRI itu diperdagangkan di kisaran 13.508-13.586/dolar AS.

Bloomberg Dollar Index Spot yang mengukur pergerakan greenback terhadap 10 mata uang global, di antaranya yen, euro, won, dolar Australia dan poundsterling, dibuka naik 0,08% ke level 101.780 dari penutupan sesi sebelumnya yang berada di 101,700.

Indeks lalu melaju di zona hijau dengan kecenderungan terus menguat, namun setelah mencapai level 102,050 yang menjadi level terkuatnya hari ini, indeks merosot menuju zona merah.

Pada pukul 16:00 WIB saat pasar keuangan Indonesia ditutup, indeks terpantau berada di level 101,760 karena penmguatan menipis menjadi 0,06%.

“Dolar memperpanjang kenaikan dan mencapai level tertinggi dalam lebih dari satu dekade, antara lain karena peluang kenaikan suku bunga acuan Federal Reserve bulan depan,” ujar Bloomberg.

Kenaikan dolar ini membebani obligasi dan emas, sementara saham Jepang naik karena yen terkoreksi dan aset negara-negara emerging-market berguguran.

Kekuatan greenback dirasakan di seluruh Asia, dengan rupee India dan peso Filipina menyentuh rekor terendah dalam delapan tahun.

Terhadap euro, dolar melampuai level tertinggi dalam satu tahun setelah menyentuh level 1,0457/dolar AS pada Maret 2015. Sementara terhadap yen, dolar menyentuh level tertinggi dalam delapan tahun dan indeks dolar AS yang mengukur pergerakan greenback terhadap enam mata uang yang menjadi rival utamanya (DXY), menyentuh level tertinggi dalam 14 tahun.

Selain peluang kenaikan FFR bulan depan dan pada 2017, penguatan dolar juga dipicu data pesanan baru untuk produksi barang modal AS yang rebound pada Oktober, yang meningkatkan permintaan untuk mesin dan peralatan.

Sentimen konsumen AS juga tercatat naik pada November ini.

“Dolar telah benar-benar kuat dalam mengantisipasi langkah Fed menaikkan suku bunga bulan depan, dan kekuatan dolar AS pada akhirnya akan membuat aset emerging market terlihat menjadi kurang beruntung,” ujar Nicholas Teo, ahli strategi di KGI Fraser Securities, Singapura.

Dari domestik, kondisi politik yang tak menentu menyusul merebaknya isu makar di tengah-tengah rencana umat Islam menggelar Aksi Bela Islam III pada 2 Desember untuk menuntut Polri agar segera menahan gubernur Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang telah ditetapkan sebagai tersangka, membebani pergerakan rupiah.

Isu rush money yang belakangan ini menghembus, juga mempengaruhi sektor moneter karena diyakini dapat mengganggu perekonomian jika benar-benar terjadi pada Jumat (25/11/2016) besok.

 

Sumber : citraindonesia.com

Halaman :

Berita Lainnya

Index