Lukman Edy: Sisipkan Nilai Empat Pilar Dalam Pentas Seni dan Budaya

Lukman Edy: Sisipkan Nilai Empat Pilar Dalam Pentas Seni dan Budaya

HARIANRIAU.CO, JAKARTA - Dihadapan ratusan warga Kelurahan Tampan, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, Sabtu 17 Desember 2016, anggota MPR dari Fraksi PKB, Lukman Edy, lakukan Sosialiasi Empat Pilar MPR lewat pentas seni dan budaya.

Menurut Lukman Edy, cara tepat dan tidak susah untuk mengumpulkan masyarakat adalah dengan seni dan budaya. Kalau di tempat komunitas Jawa kata dia, biasanya membikin acara pertunjukan wayang kulit.

"Di daerah transmigrasi yang penduduknya dari Jawa pun kita mengadakan pertunjukan wayang kulit, berbeda lagi, kalau di Jawa Barat pastinya harus diadakan pertunjukan wayang golek," tukasnya.

"Namun berbeda lagi kalau di Kota Pekanbaru, pentas seni apa yang cocok dengan budaya masyarakat Minang, Melayu, dan Batak? Salah satunya yang cocok adalah Kesenian Irama Minang (KIM)," paparnya.

Menurut Lukman Edy, pada masa Wali Songo, para wali menggunakan pentas wayang untuk mensyiarkan agama Islam. Padahal pada masa itu ada anggapan bahwa dalam beberapa hal, wayang itu tidak sesuai dengan ajaran Islam. Meski demikian, oleh Wali Songo beberapa hal yang tak sesuai dengan nilai Islam itu diluruskan untuk menyebarkan nilai-nilai Islam.



Dirinya pun berharap agar KIM juga bisa digunakan untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan. "Jadi tak ada salahnya juga kita masukan nilai-nilai Empat Pilar," tambahnya.

Ditegaskan oleh Lukman Edi, sosialisasi dengan metode lewat pentas seni dan budaya akan diteruskan secara lebih massif. Dalam kesempatan yang sama, anggota MPR dari Fraksi Partai Golkar, Idris Laena, menuturkan, sosialisasi lewat pentas seni dan budaya bisa dilanjutkan di daerah-daerah lainnya. Kepada hadirin Idris Laena bertanya, "Apakah ada ideologi yang bisa menyatukan sebuah bangsa?" pertanyaan tersebut dijawabnya, tidak. Ia mencontohkan Uni Soviet yang memiliki ideologi komunis dan dijaga oleh tentara namun negara itu pecah menjadi banyak negara.

Lebih lanjut dikatakan, Timur Tengah pun demikian. Negara di kawasan itu memiliki banyak kesamaan dalam budaya, bahasa, bahkan agama. namun kawasan itu selama ini mengalami perpecahan dan konflik. "Dengan demikian ideologi, budaya, bahkan agama tak bisa menyatukan," ujarnya.

Menurut Idris Laena, yang bisa menyatukan sebuah bangsa adalah perasaan senasib sebagai sebuah bangsa, nasionalisme. Bangsa Indonesia disatukan oleh perasaan senasib yang kemudian dikuatkan dengan Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

"Empat hal tersebut selama ini telah kita amalkan," pungkasnya. (Goriau)

Halaman :

Berita Lainnya

Index