Simpan Gambar ISIS, 8 WNI Dilarang Masuk Singapura

Simpan Gambar ISIS, 8 WNI Dilarang Masuk Singapura
Ilustrasi

HARIANRIAU.CO - Imigrasi Singapura melarang masuk delapan warga negara Indonesia (WNI) yang hendak masuk melalui Bangunan Suktan Iskandar, Johor Bahru, Malaysia. Alasannya karena salah satu dari delapan orang itu menyimpan gambar yang menyerupai kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di dalam telepon genggamnya.

"Itu benar ya, ada sekitar delapan WNI dihentikan di Singapura. Ditemukan tiga gambar yang mengesankan ajaran ISIS di dalam handphone milik salah seorang WNI," kata Kabagpenum Divisi Humas Polri Kombes Martinus Sitompul di Kompleks Mabes Polri, Jakarta, dilansir merdeka, Rabu, 11 Januari 2017.

Delapan orang yang mendapat peringatan Not To Land (NYL) itu di antaranya, FH (26), ASA (23), AK (28), SA (19), IO (26), MH (25), REH dan AHP (21). Sedangkan, pihak yang menyimpan lambang menyerupai ISIS itu adalah REH seorang WNI yang hendak masuk Singapura menggunakan paspor Arab Saudi.

"Tujuh dengan paspor Indonesia, satu dengan paspor Arab Saudi," ujar dia.

Mantan Kabid Humas Polda Metro Jaya ini mengungkapkan, setelah ditolak masuk ke Singapura REH menjalani pemeriksaan di kepolisian Johor. Dalam pemeriksaan, REH mengaku mendapat gambar tersebut dari salah satu grup Whatsapp.

Bukan hanya itu, kepada pihak kepolisian REH mengklaim telah keluar dari grup Whatsapp itu dan menghapus gambar dari telepon selulernya. "REH ini mengatakan tidak sadar bahwa gambar tersebut masih ada dalam file manager telepon pintarnya," ucap dia.

Martinus menambahkan berdasarkan kesimpulan yang dibuat kepolisian Johor, delapan WNI yang hendak masuk ke Malaysia ini telah mengamalkan ajaran ahli Sunni Wal Al Jammah dan tidak mendukung perjuangan ISIS pimpinan Abu Bakar Al Baghdadi. Saat ini, delapan WNI itu tersebut dibebaskan dan dipulangkan ke Indonesia melalui Batam, Kepulauan Riau.

"Setelah dilakukan pemeriksaan diserahkan ke lihak Polri, melalui Kementerian Luar Negeri, dibawa ke Batam sampai saat ini masih dilakukan pemeriksaan intensif oleh Detasemen khusus antiteror Polri," pungkas Martinus. (Halloriau)

Halaman :

Berita Lainnya

Index