Hasbi: Mungkin Hang Tuah Perlu Meralat Kembali Kalimat Tak Melayu Hilang di Dunia

Hasbi: Mungkin Hang Tuah Perlu Meralat Kembali Kalimat Tak Melayu Hilang di Dunia

HARIANRIAU.CO, LINGGA - Pemerhati budaya melayu di Kabupaten Lingga, Hasbi Muhammad menilai Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau telah berhasil menunjukkan ketidakpedulian terhadap sektor kebudayaan.

Hal demikian dilontarkannya melihat dari pagu anggaran kebudayaan yang diusulkan Pemprov Kepri tahun ini hanya sebesar 11 Milyar atau tidak sampai 1 persen dari nilai Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kepri tahun 2017.

"Mungkin Hang Tuah perlu meralat kembali kalimat Tak Akan melayu hilang di dunia, jika para pembesar-pembesar istana hanya menjadikan kebudayaan sebagai objek politik," ungkap alumnus Institut Seni Indonesia (ISI) Jogjakarta tersebut, Jumat, 20 Januari 2017.

Menurutnya, Pemprov Kepri tidak serius dalam hal kebudayaan melayu. Baik dari kebijakan maupun penganggaran sektor budaya hari ini, mencerminkan tidak ada iktikad dan niat baik pemerintah memaafaatkan uang negara untuk hal-hal kebudayaan yang berhubungan langsung dengan kehidupan masyarakat.

Selain itu, Hasbi juga menilai pemerintah daerah saat ini gagap budaya. Latar belakang pendidikan pemerintahan yang tak sesuai dengan penempatan jabatannya, tak mampu melahirkan program-program apik untuk mengangkat kebudayaan melayu itu sendiri.

"Alhasil, tak lebih hanya kegiatan serimonial yang mengatas-namakan budaya namun output pasca kegiatan tidak pernah dipikirkan ataupun jadi catatan," ungkap pria yang juga merupakan pengurus Lembaga Adat Melayu (LAM) Kabupaten Lingga ini.

Dikatakannya, dukungan anggaran provinsi untuk kabupaten dan kota sejauh ini masih sangat minim. Hal itu dicontohnya Kabupaten Lingga. Menurut pria muda ini, dengan cukup banyak cagar budaya, seni, adat istiadat, bahasa, pendidikan agama dan kebiasaan tekhnologi tradisonal, hari ini tidak didukung dengan anggaran yang memadai untuk memelihara warisan masa lampau itu.

"Objek benda cagar budaya (BCB) vital peradaban melayu terakhir kerajaan Lingga, sejauh ini belum mendapat perhatian serius. Tidak ada upaya edukasi provinsi menjadikan Daik sentral Bunda Tanah Melayu, sebagai pilar dan corong budaya Kepri hari ini," sesalnya.

 

Ruzi Wiranata

Halaman :

Berita Lainnya

Index