Nasib Orang Gila Korban Hoax Culik Anak: Dihajar dan Tewas Dihakimi

Nasib Orang Gila Korban Hoax Culik Anak: Dihajar dan Tewas Dihakimi

JAKARTA - Isu penculikan anak dengan modus pelaku pura-pura gila meresahkan dan menjadi viral di media sosial. Lebih dari sepekan, sejumlah orang yang mengidap gangguan jiwa di berbagai daerah menjadi korban amuk warga yang termakan isu pesan berantai mengenai penculikan anak.

Penganiayaan orang gila ini terjadi di berbagai lokasi mulai dari Depok, Cirebon, Surabaya, Sumenep, Cilegon, hingga Banjarnegara. Gerak-gerik mereka yang mendekati anak-anak mengundang kecurigaan warga. Mereka dikerumuni warga lalu dan diinterogasi

Namun, ada warga yang gelap mata. Para penderita gangguan jiwa ini menjadi bulan-bulanan warga yang mencurigai mereka sebagai penculik anak. Warga menghakimi mereka tanpa ampun bahkan hingga tewas.

Polisi meminta masyarakat tidak main hakim sendiri. "Aksi main hakim sendiri tidak dibenarkan secara hukum, apalagi dilakukan terhadap seseorang yang sama sekali tidak bersalah," kata Kabagpenum Polri Kombes Martinus Sitompul kepada wartawan, Senin (20/3/2017) dilansir detik.

Berikut rentetan kisahnya:

Seorang perempuan nyaris menjadi bulan-bulanan warga di Tanah Tinggi, Benteng, Kota Tangerang, Banten dikira hendak menculik anak.

"Itu orang stres. Katanya dia mau nyari adiknya di Tanah Tinggi, karena stres dia lupa posisinya di mana," kata Kapolsek Tangerang Kompol Ewo Samono kepada detikcom, Minggu (19/3/2017).

Wanita yang belakangan diketahui bernama Ira asal Serang, Banten ini kemudian dikerumuni oleh warga. "Ya dikerumuni, kerumunan wajar saja, tetapi tidak lama. Karena musim hoax, orang lihat dia dikira mau nyulik anak-anak kemudian diamankan Pak RT dan ada yang menghubungi polisi," ungkapnya.

Polisi kemudian menginterogasi Ira. Namun, Ira tidak bisa diajak berkomunikasi dengan baik dan kejiwaannya labil. Polisi selanjutnya memulangkan Ira ke Serang, Banten.

Pria tanpa identitas di Lingkungan Kracak, Kelurahan Randakali, Kecamatan Ciwandan, Kota Cilegon tewas dihajar massa. Masyarakat sekitar mengira pria tersebut penculik anak.

Peristiwa itu terjadi pada Sabtu 18 Maret 2017 pukul 21.30 WIB. Kala itu pria yang berdandan compang-camping itu tengah berjalan di sekitar lokasi kejadian. "Saksi Rahmatulloh melihat orang itu sedang lewat di daerah Randakali. Kalau tidak salah sekitar pukul 20.00 WIB. Dia melintas, mungkin ya orang-orang menganggap orang itu penculik," kata Panit I Reskrim Polsek Ciwandan, Iptu Sudibyo Wardoyo .

Pria itu kemudian dihakimi oleh massa yang diperkirakan berjumlah 200 orang lebih. Akibatnya, korban memgalami luka robek pada bagian kening dan dagu, serta telinga mengeluarkan darah. Setelah terkapar tak berdaya, korban kemudian dilarikan ke RSUD Panggungrawi untuk dilakukan perawatan intensif. "Kemudian langsung ditangani oleh tim dokter. Pukul 02.30 WB dini hari korban meninggal dunia," tuturnya.

Atas kejadian itu, polisi kini tengah melakukan penyelidikan dengan memeriksa saksi-saksi yang berada di lokasi.

Seorang perempuan menjadi korban amuk massa di Jalan Hang Tuah VIII, Semampir, Surabaya. Perempuan bertubuh cukup gemuk itu dituduh warga sebagai penculik anak.

"Warga menuduh perempuan itu berusaha menculik anak salah seorang warga sehingga warga marah," kata Kasat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak AKP Ardian Satrio Utomo saat dihubungi detikcom, Sabtu (18/3/2017).

Amuk massa, kata Ardian, berawal saat warga menyebar isu bahwa seorang perempuan asing berjaket hijau sedang menuntun anak kecil yang merupakan anak salah seorang warga. Setelah ditemukan, perempuan itu digelandang. Warga sempat memukulinya. "Ada kalau sekitar 500 warga yang berkerumun," kata Ardian.

Mendengar keramaian itu, polisi datang ke lokasi mengamankan perempuan itu. Polisi yang melakukan penyelidikan menemukan bahwa tuduhan warga itu tidak benar. Perempuan yang dituduh telah menculik anak itu ternyata seorang pengemis.

"Setelah bertanya ke para saksi, tidak benar kalau perempuan itu menuntun anak kecil. Saksi hanya melihat perempuan itu hanya mengelus-elus kepala anak kecil yang memberinya uang. Tak ada warga yang berani dimintai keterangan ke kantor (polisi) kalau dia menyaksikan perempuan itu sedang menuntun anak," lanjut Ardian.

Seorang pria diamankan warga di depan Gedung DPRD Surabaya. Pria itu diduga sebagai penculik karena sebelumnya terlihat memotret seorang anak SD.

Namun setelah dibawa ke kantor polisi, pria itu yang diketahui bernama Triono ini mengalami keterbelakangan mental. Polisi lantas memulangkan Triono ke rumahnya. "Setelah kami selidiki, ternyata yang diduga penculik adalah penderita keterbelakangan mental," ujar Kanit Reskrim Polsek Genteng AKP Agung Pribadi saat dihubungi detikcom, Sabtu (18/3/2017).

Awalnya, kata dia, Aulia Sofa Marwa (11) menunggu jemputan di depan sekolahannya di Jl Gubernur Suryo. Tiba-tiba seorang pria yang mengendarai sepeda angin berhenti di depannya. Pria yang akhirnya diketahui bernama Triono itu langsung memotret Aulia menggunakan ponselnya. Aulia berusaha menjauh, namun Triono tetap mengejar dan memotretnya.

Aulia terus berlari ke arah Balai Pemuda sambil menangis ketakutan. Ayahnya kemudian datang menjemput M Fandi curiga karena anaknya menangis. Aulia pun menceritakan apa yang dialaminya. Fandi tentu saja terkejut. Ia menduga bahwa anaknya mungkin saja akan menjadi sasaran penculikan. Apalagi banyak beredar info viral bahwa saat ini sedang banyak kasus penculikan anak. Fandi langsung mengejar Triono.

Fandi segera menghentikannya Triono yang mengayuh sepeda dengan paksa. Aksi ini memancing warga yang segera datang berkerumun. Kebetulan ada anggota Polsek Genteng mengetahui keramaian itu. Anggota itu segera membawa Triono ke mapolsek. "Kita sudah pulangkan ke rumahnya," katanya.

Triono yang berusia 48 tahun tersebut menyandang tuna rungu dan tuna wicara. Namun ia membawa identitas yang menyebutkan bahwa rumahnya beralamat di Jalan Gubeng Jaya.

Orang gila yang berkeliaran di Sumenep, Madura menjadi sasaran kemarahan warga. Warga beramai-ramai menangkapnya lalu menyerahkan ke polisi, karena tidak membawa selembar kartu identitas dan mengetahui asalnya.

Ada tiga orang gila yang ditangkap warga di tiga tempat berbeda pada Jumat 17 Maret 2017. Warga mencurigai mereka hendak menculik anak-anak.

Dua orang gila ditangkap warga di Kecamatan Ganding yaitu di Desa Ketawang Daleman dan Dusun Laok Songai, Desa Bilapora Barat. Sedangkan satu lagi ditangkap warga di Desa Sema'an, Kecamatan Dasuk. Polisi ingin memastikan ketiga orang tersebut benar-benar gila atau stres karena saat diperiksa mendapatkan jawaban yang ngelantur. "Saat kita periksa ketiganya memang tidak nyambung ditanya alamatnya juga nggak tahu," kata Suwardi, Minggu 19 Maret 2017.

Polisi rencananya akan menyerahkan ketiga orang gila itu kepada Dinas Sosial Pemkab Sumenep agar dilakukan rehabilitasi.

Sapto Handoyo (49) mengalami nasib malang. Dia dikeroyok oleh sekelompok orang di daerah Mandiraja, Banjarnegara, Jawa Tengah karena diduga menculik anak-anak di wilayah tersebut.

Kapolsek Mandiraja AKP Minarto membenarkan kejadian tersebut. Saat dihubungi detikcom, Minggu (19/3/2017), Minarto menceritakan kronologi peristiwa yang terjadi pada Kamis (16/3) lalu.

"Kejadiannya di sebelah timur Pom Bensin Kaliwinasuh, Banjarnegara. Itu ndak bener itu mas (dia menculik). Itu memang orang gila, bener-bener orang gila, surat keterangan dari rumah sakit juga ada dan itu kebetulan karena di Magelang (dia) nggak sembuh-sembuh, akhirnya dibawa ke alternatif pengobatan," tutur Minarto.

Minarto menyebut Sapto sudah dalam keadaan babak belur ketika dibawa ke Polsek Mandiraja. Setelah berada di kantor polisi, Sapto pun diinterogasi dan Minarto menyebut Sapto agak kesulitan diajak bicara. "Betul digodoki (digebukin), lebam di bawah mata kiri. Lebam saja tapi ndak apa-apa, sampai sini sembuh, sempat tak jemput di TKP terus dibawa ke sini. Ditanya juga memang orang kurang bener. Waktu saya periksa," paparnya.

Seorang wanita berpakaian hitam motif garis-garis disergap warga saat mendekati anak-anak di depan SDN 1 Karangjalak, Kelurahan Sunyaragi, Kota Cirebon, pada Rabu 8 Maret kemarin sekitar pukul 16.00 WIB.

Warga yang telah berkerumun pada awalnya akan menghakimi wanita tersebut, namun bisa dicegah setelah dilerai oleh seorang perwira TNI. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan wanita tersebut langsung diamankan ke Mapolsekta Utara Barat (Utbar).

Kapolsekta Utbar Kompol Munawan membenarkan adanya kejadian tersebut. Menurut dia wanita yang diamankan bernama Susilawati berumur 33 tahun warga Blok Brungut, RT 7 RW 2, Kecamatan Sukagumiwang, Kabupaten Indramayu.

"Iya betul kemarin sempat diamankan di sini. Jadi Susilawati ini di lokasi penangkapan itu awalnya terlihat mondar-mandir ketawa sendiri. Terus dia menghampiri anak yang sedang bermain. Saat dihampiri oleh nenek sang anak, Susilawati langsung kabur," ujar Munawan saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (9/3/2017).

Tak berselang lama Susilawati diamankan ke Mapolsekta Utbar untuk diinterogasi. Namun saat itu Susilawati berbicara tidak jelas dan malah tertawa sendiri. Satu-satunya yang berhasil digali pihak kepolisian adalah alamat rumahnya. Dari keterangan keluarga, Susilawati mengidap gangguguan jiwa sejak pulang menjadi TKI di luar negeri.

Polresta Depok mengamankan seorang wanita yang diduga hendak melakukan percobaan penculikan terhadap salah satu siswi di Sekolah Pribadi, Jalan Margonda, Depok, Jawa Barat. Wanita bernama Ari Pudi (44) itu diduga mengalami gangguan jiwa.

"Hasil penyelidikan dan juga keterangan dari saksi-saksi, wanita itu diduga mengalami gangguan jiwa," ujar Kasat Reskrim Polresta Depok Kompol Teguh Nugroho kepada detikcom, Selasa (7/3/2017).

Ari sempat diinterogasi di ruang Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Depok. Namun Ari tidak komunikatif dan keterangannya cenderung berubah-ubah.

Karena ada indikasi mengalami gangguan jiwa, pada Kamis (2/3) lalu atau beberapa saat setelah kejadian itu, Ari kemudian dilepas. Sedangkan polisi kemudian menyelidiki Ari di alamat tempat tinggalnya sesuai dengan yang tertera di KTP, yakni Bojong Pondok Terong, Cipayung, Depok.

"Yang bersangkutan tinggal sendirian di rumah kosong dan, menurut keterangan tetangganya juga, yang bersangkutan ini stres," kata Teguh.

Halaman :

Berita Lainnya

Index