Mengenal Sosok Ma'rifat Marjani, Tokoh Riau Asal Hulu Kuantan Kuansing

Sabtu, 19 Agustus 2017 | 19:12:55 WIB

KUANSING - Provinsi Riau lahir pada tanggal 9 Agustus 1957, dan saat ini usianya genap 60 tahun. Akan tetapi tahukah anda, bahwa tanpa Perti besar kemungkinan Provinsi Riau tak kan pernah ada.

Ulama besar dan pendiri Perti KH Siradjuddin Abbas diantara sekian banyak anggota Perti, pengikut dan anak didik, beliau memiliki seorang murid yang bernama Marifat Mardjani. Marifat muda datang dari Desa Mudik Ulo, yang sekarang berada pada Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi.

 

Para pimpinan Perti terutama Buya Siradj ingin mengembangkan Perti ke daerah daerah lain seperti Jambi dan Riau. Untuk Riau sebagai putra daerah, mereka melihat potensi besar Marifat Mardjani dalam mengemban tugas ini.

 

Di tahun 40 an, seluruh dunia bergolak dengung perang dunia ke 2 akan segera pecah tersebar ke mana mana termasuk ke Mekkah. Perantau Indonesia yang bermukim di Mekah, H.Muhammad Hadi yang telah kehilangan istrinya di tanah suci itu, memutuskan untuk pulang ke tanah air dengan membawa pulang putri semata wayangnya Hj.Fatimah Hadi. Kembali ke Indonesia.

 

Menurut putri Buya Ma'rifat Marjani dan Hj. Fatimah Hadi, Hj. Nelly Nailatie Maarif kepada wartawan menyebutkan, Fatimah yang berumur 12 tahun, tidak ber ibu dan hanya pandai ber bahasa Arab disekolahkan di pesantren putri Bangkaweh, Bukittinggi, yang di pimpin oleh umi Hj.Syamsiah Abbas, yang tidak lain adalah adik kandung buya Siradjuddin Abbas.

 

Sebagai kader Perti, menurut pemikiran para ulama pendiri Perti, akan lebih baik bila kader tersebut memiliki pendamping yang dapat mendukung pergerakan organisasi, termasuk juga bagi Marifat muda.

Para pimpinan Perti, terutama buya Siradj dan umi Syamsiah berpendapat, sebagai sesama orang Kuantan dan untuk masanta "termasuk kelompok terpelajar" bagi Marifat Mardjani pasangan yang paling tepat adalah Hj. Fatimah Hadi.

 

"Akad nikah dilakukan di Bangkaweh, dihadiri oleh pimpinan Perti termasuk buya Siradj dan umi Syamsiah, serta orang tua pengantin perempuan H. Muhammad Hadi, penfantin laki laki Marifat Mardjani, Tapi Tanpa Pengantin Perempuan sebuah pernikahan politik sudah dilaksanakan," sebutnya.

 

Marifat Mardjani dan Hj.Fatimah Hadi kembali ke Riau dan mulai mengembangkan Perti yang sudah jadi partai politik. Berjalan kaki dari satu desa ke desa lain. Kadang kala naik sampan, menelusuri daerah Riau yang penuh sungai.

Tidur dirumah penduduk. Makan se adanya, sesuai dengan apa yang diberikan masyarakat kepada rombongan. Anak mereka yang masih sangat kecil terpaksa "di dukung " secara bergantian oleh para pengikut dan loyalus Perti.

Dalam perjalanan dari satu daerah ke daerah lain, karena tidak ada biaya, rombobfan rak mampu menyewa kendaraan. Semua kunjungan dan kegiatan dilakukan dengan berjalan kaki. Bila kaki sudah mulai mem bengkak karena terlalu banyak beejalan, maka rombobgan akan berhenti satu atau dua hari dikampung yang mereka singgahi.

Kemudian berjalan lagi menuju desa selanjutnya, ditenfah teriknya matahari. Bila hujan tiba, akan dicari pohon rindang tempat berteduh. Sebegitu "sederhana kehidupan para pionir Perti di Riau" namun hari demi hari dilalui dengan penuh kegembiraan. Malam hari dirumah penduduk yang disinggahi, masyarakat akan berkumpul mendengarkan cermah buya Marifat tentang Perti.

 

Disaat makan bersama "para induk induk (ibu ibu), akan bertanya tentang berbagai hal yang tidak mereka ketahui. Umi Hj. Fatimah mengajar induk induk mengaji, kadang kala juga mengajarkan seni menyulam kepada para gadis dan ibu ibu muda. Buya Marifat dan Hj.Fatimah Hadi membangun "Keluarga Besar Pertimbangan di Riau. Di Riau kala itu Perti adalah aku dan keluargaku.

 

Tahun 1955, pada pemilihan umum pertama di Indonesia, Marifat Mardjani Menang telak. Beliau menjadi satu satunya wakil Daerah Riau di DPR RI. Sebagai satu satunta wakil RIAU di DPR RI, pidato pidato beliau di DPR RI, menyuarakan isi hati rakyat Riau yang ingin menjadi daerah berdaulat dalam bentuk Provinsi.

 

Dengan dukungan masyarakat hampir diseluruh penjuru daerah seperti Indragiri, Kampar, Siak, Bengkalis, Rokan, Riau Kepulauan dan lain lain akhirnya melalui Undang Undang nomor 19 tahun 1957, dinyatakan bahwa Provinsi Sumatera Tengah berubah menjadi Provinsi Riau, Provinsi Jambi, Provinsi Sumatera Barat.

 

Bulan Agustus ini rakyat Riau merayakan hari jadi provinsi mereka. Pemerintah dan masyarakat selalu mengingat dukungan Perti melalui wakilnya di DPR RI dalam mendirikan Riau. Apresiasi Pemda Riau dan masyarakat pada alm Buya Marifat Mardhani diwujutkan dalam bentuk:

1. Balai pertemuan masyarakat di kota Pekanbaru yang diberi nama Balai Buya Ma'rifat Mardjani.(2002).

2. Jembatan yg menghubungkan desa Lubuk Ambacang dan desa Mudik Ulo yang selama itu dibatasi sungai Kuantan, dibuatkan jembatan yang diberi nama jembatan Buya Ma'rifat Mardjani .(2004)

3. Melalui SK Gubernur Riau, buta Marifat Mardjani dikukuhkan sebagai Pahlawan Daerah Riau (2015)

4. Prasasti yang terletak didepan Mal SKA, Pekanbaru, menyebutkan buya Marifat Mardjani sebagai Local Hero (Agustus 2017).

 

Sumber: riau24

Terkini