HARIANRIAU.CO, BENGKALIS - Maria Imelda (21) perempuan asal Nusa Tenggara Timur (NTT) yang bekerja sebagai Pembantu Rumah Tangga (PRT) menjadi korban kekerasan dan penyiksaan oleh majikan.
Kejadian tersebut lantas menghebohkan warga Sungai Pakning, Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, Senin (25/4/2016) sekira pukul 19.30 wib.
Maria yang bekerja di rumah pasangan Herman alias Tong Lee dan Wati alias Bian, pemilik salah satu toko elektronik di Desa Sungai Selari Kecamatan Bukit Batu, diketahui disiksa oleh kedua suami istri ini dengan menyiram air keras Pixel (pembersih lantai toilet.Red) ke sekujur kaki maria, hal itu lantaran Maria tidak menuruti kemauan sang majikan yang dinilai nyeleneh.
Pantauan di Puskesmas Sungai Pakning terlihat Maria Korban kekerasan dari pasangan Herman dan Wati sedang terbaring lemah di ruang Unit Gawat Darurat (UGD), dengan kondisi kedua belah telapak kaki korban dibaluti perban, karena lebam dan bengkak akibat siraman air keras Pixel dari majikannya, hal itu membuat Maria belum bisa berdiri.
Polisi segera menggeledah rumah Pasangan Herman dan Wati setelah mendapat laporan dari warga yang mendengar tangisan dan jeritan dari dalam rumah, warga setempat sudah lama mencurigai tindak tanduk pasangan suami istri ini, yang dikenal selalu kasar dengan pembantu rumahnya.
"Ini sudah yang kesekian kalinya pasangan suami istri itu menyiksa pembantunya, dan hari ini terbukti mereka menyiram pixel dan berbuat kasar terhadap pembantunya, lantas warga langsung melapor kepada polisi," tutur Kisnar salah seorang tokoh masyarakat Sungai Selari.
Inforamsi yang diperoleh melalui wawancara dengan Maria korban kekerasan rumah tangga tersebut, menyebutkan bahwa kekerasan yang dilakukan pasangan Herman dan Wati sudah selalu dialaminya, padahal hanya dikarenakan hal yang sepele.
"Saya dipaksa mandi bekali-kali oleh majikan perempuan (Wati.red) padahal saya sudah mandi, dia takut rumahnya kotor, hanya karena tangan saya sewaktu membersihkan ruang tengah dalam keadaan gatal, dia langsung memaksa saya mandi," cerita Maria dengan nada lirih.
Selain dipaksa untuk mandi lanjut Maria, Herman (majikan laki-laki) mencekik lehernya sambil menyeret Maria ke kamar mandi, hingga memar dan lebam sampai terguling di dalam kamar mandi, sedangkan Wati majikan perempuan ikut pula menyiksa dengan berkali -kali menyiram kaki Maria dengan air pixel yang berbahaya terhadap kulit.
"Saya sudah menjerit dan menangis minta tolong, tapi kedua majikan saya tidak peduli malah semakin kuat menyiksa. Ini bukan kali pertama pak, saya sudah berkali-kali disiksa dirumah itu, bahkan anehnya terkadang saya disuruh mandi sampai 12 kali dalam satu hari mereka beralasan takut rumahnya kotor," lanjut Maria yang mengaku disalurkan oleh salah satu yayasan pemabantu rumah tangga dari NTT ke Sungai Pakning.
Lebih parahnya lagi Maria mengaku tidak pernah digaji selama bekerja di rumah pasangan Herman dan Wati, padahal awalnya kedua warga keturunan Tiong Hoa ini menjanjikan gaji Rp. 2,5 juta kepada Maria, namun maria tidak pernah mendapatkan haknya malah setiap hari mendapat siksaan dan kerja paksa.
"Saya dipaksa bekerja dari pagi hingga tengah malam, bahkan pernah dipaksa membersihkan rumah dari pagi hingga pagi, tapi selama lima bulan atau selama saya bekerja mereka tidak pernah membayar gaji saya pak, janjinya Rp. 2,5 juta sebulan," ungkap Maria meratapi nasibnya.
Kapolsek Bukit Batu Kompol Sugeng dikonfirmasi membenarkan adanya laporan kekerasan terhadap pembantu rumah tangga tersebut di Sungai Pakning.
"Benar kita sudah menerima laporan dari warga tentang adanya kekerasan terhadap salah seorang pembantu rumah tangga di desa Sungai Selari, setelah mendapat laporan personil Polsek Bukit Batu langsung menggeledah rumah bersangkutan, saat ini korban sudah dilarikan di Puskesmas Sungai Pakning untuk dirawat, sedangkan kedua majikannya kita amankan di Mapolsek untuk diproses lebih lanjut," Tutur Sugeng. (bengkalisone)