Sembilan Bersaudara Tak Sekolah, Empat Diantaranya Ngemis Hingga Tidur di Jalanan: Uangnya Buat ke Warnet

Rabu, 31 Oktober 2018 | 12:05:41 WIB

HARIANRIAU.CO - Apa jadinya masa depan  Bocah empat bersaudara yang  sering terlihat duduk menunggu belas kasihan para pengguna jalan yang melintas di kawasan Lampu Merah Jalan M Boya Tembilahan. 

Tidak hanya di kawasan lampu merah tersebut, mereka juga beberapa kali sempat terlihat meminta-minta di depan kediaman dinas Bupati Inhil.

Apa yang dilakukan para bocah tersebut banyak mengundang simpati warga, apalagi mereka sering terlihat tidur di jalanan hingga malam hari.

Dilansir dari goriau.com, keseharian para bocah tersebut, ternyata sungguh memprihatinkan. Mereka tinggal di sebuah rumah petak yang terletak di Parit 7 Tembilahan.

Di rumah yang terbilang sempit tersebut, tidak terlihat ada perabotan. Harta yang ada hanya sebuah kasur, rak baju dan kompor gas.

Salah seorang anak, Nuri mengatakan, penghasilan mereka dari meminta-minta setiap hari Rp20 hingga Rp30 ribu. 

"Untuk jajan, untuk main game di warnet. Tapi sekarang kami sudah tidak ke sana (lampu merah) lagi, karena dilarang", ungkapnya.

Karena sudah tidak meminta-minta di lampu merah lagi, ia mengatakan bersama tiga adiknya saat ini hanya memulung sampah di jalanan.

Ibu dari para bocah tersebut bercerita, dirinya tidak pernah meminta anak-anaknya untuk menjadi pengemis di jalanan. 

Ia mengatakan, anak-anaknya tersebut melakukan hal tersebut untuk jajan mereka sehari-hari.

"Saya tidak pernah suruh, mereka sendiri aja. Uangnya pun mereka sendiri yang pakai," cerita wanita bernama Nurita tersebut sambil memegang anaknya yang paling bungsu berumur 1 tahun.

Bukannya tidak ingin mencukupi semua kebutuhan anak-anaknya, dikatakan wanita yang juga mengalami kelainan pada jantung tersebut, penghasilan suaminya yang hanya tukang sol sepatu tidak bisa mencukupi kebutuhan semua anak-anaknya yang berjumlah 9 orang.

Bahkan dikatakannya, satu pun anak-anaknya tidak ada yang mengenyam pendidikan karena keterbatasan biaya yang mereka miliki. ''Mereka semua mau sekolah. Tapi tak bisa sekolahkan. Rumah yang kami tempati ini saja nyewa perbulan Rp200 ribu,'' lanjutnya.

Sementara bantuan dari Pemkab Inhil, dikatakan sang ibu pernah sekali ia dapatkan. Sedangkan untuk yang lain, biasanya hanya beras miskin yang ia dapatkan dari Ketua RT setempat.

Ditengah hidup yang serba kekurangan tersebut, Nurita mengaku tidak memiliki banyak keinginan, ia hanya ingin anak-anaknya bisa mengenyam pendidikan. "Seandainya bisa dibantu, saya ingin mereka semua bisa sekolah," harapnya. 

Terkini