Sejarah Baru Sensus Penduduk Indonesia Telah Dimulai

Senin, 17 Februari 2020 | 08:34:08 WIB

Sebanyak 313 pasukan muslim, itulah angka yang tercatat dalam sejarah sebagai pasukan muslim pertama yang terbentuk menjelang terjadinya perang badar. Guna mengetahui kekuatan pasukan musuh yang akan dihadapi, Rasulullah mengorek informasi tentang jumlah pasukan lawan dari 2 orang tukang masak pasukan Qurais yang tertangkap ketika hendak mengambil pasokan air. Mengingat kapasitasnya hanya sebagai tukang masak, informan ini tidak bisa menyebutkan secara pasti berapa jumlah pasukan yang dibawa oleh Abu Jahal kala itu. Namun yang pasti, lanjut mereka, kami memotong 9 sampai 10 ekor unta setiap hari untuk kebutuhan makan pasukan Qurais. Dari angka inilah, Rasulullah memperkirakan bahwa jumlah lawan sekitar 900 sampai 1000 orang, angka perkiraan yang dikemudian hari terkonfirmasi dan tercatat dalam sejarah. Hasil akhir peperangan itu menorehkan kemenangan besar di pihak kaum muslimin. Tercatat di kala itu 14 orang syahid dari pihak kaum muslimin, sementara di pihak Qurais sebanyak 70 orang tewas serta 70 orang jadi tawanan. 

Itulah sepenggal kisah perang badar dengan beberapa angka statistik yang tercatat dalam sejarah. Bagi kita yang hidup di jaman now, angka statistik tadi paling tidak bisa memberikan gambaran seberapa besar peperangan yang terjadi serta kepiluan yang ditanggung oleh pasukan Qurais dengan kekalahannya. Adapun pada saat itu, angka estimasi jumlah musuh yang didekati dengan jumlah unta yang dipotong digunakan sebagai alat untuk mengukur seberapa besar kekuatan lawan. Dari sinilah strategi perang ditentukan, statistik dipakai dalam tataran taktis.

Dalam kehidupan yang jauh lebih kompleks di jaman sekarang, angka statistik yang dibutuhkan tentu semakin beragam. Sebut saja angka jumlah penduduk, angka kelahiran, kematian, rasio penduduk, inflasi, kemiskinan, PDRB, IPM serta beragam statistik lainnya sangat menentukan arah perencanaan, tools evaluasi, hingga mengukur capaian pembangunan. Ujung dari semua itu adalah bagaimana kualitas hidup manusia di masa depan bisa lebih baik lagi.

 

Basic-nya adalah Sensus Penduduk

Manusia adalah subjek pembangunan sekaligus sebagai objek dari pembangunan itu sendiri. Sehingga statistik yang terkait manusia (penduduk) baik itu jumlah, komposisi, hingga karakteristiknya sangat diperlukan untuk diketahui. Oleh karena itu United Nations (UN/PBB) merekomendasikan seluruh negara yang ada di dunia ini untuk melakukan sensus penduduk (SP) paling tidak sepuluh tahun sekali. Di Indonesia sendiri, SP telah dilaksanakan sebanyak 6 kali yaitu di 1961, 1971, 1980, 1990, 2000, dan 2010. 

Membayangkan sensus sama dengan membayangkan adanya petugas pendata, datang ke rumah-rumah yang menanyakan serta mencatat informasi anda, istri, anak-anak, serta siapapun yang ada di rumah anda. Itulah yang terjadi dalam 6 kali sensus yang telah dilaksanakan. Akankah bayangan tentang sensus penduduk itu akan terjadi lagi di sensus berikutnya?

Sejarah Baru Itu adalah SP Online

Tahun 2020, diwacanakan oleh pemerintah Indonesia melalui Badan Pusat Statistik sebagai tahun sensus untuk ke tujuh kalinya. Combine Method, menjadi pembeda pertama SP 2020 dengan sensus-sensus sebelumnya. Metode ini mengkombinasikan antara metode canvasing melalui pendataan door-to-door dengan metode registrasi penduduk. Data hasil registrasi penduduk dari Kementrian Dalam Negeri yang yang mencatat penduduk secara dejure digunakan sebagai data dasar dalam Sensus Penduduk 2020 untuk mendapatkan penduduk secara defacto dalam lokasi tempat tinggal dan termutakhir dalam karakteristik penduduk. Combine method tidak memberikan “rasa” sensus yang berbeda bagi masyarakat. 

Mengambil potensi infrastruktur teknologi informasi yang tumbuh dengan pesat, BPS menawarkan “rasa” sensus berbeda melalui penggunaan 3 jenis moda pendataan sekaligus yaitu: Computer Assisted Web Interviewing (CAWI), Computer Assisted Personal Interviewing (CAPI), dan Paper and Pencil Interviewing (PAPI). CAPI dan PAPI keduanya merupakan tools pendataan canvasing (door-to-door) dengan alat catat yang berbeda, CAPI menggunakan gadget petugas dan PAPI menggunakan kertas. 

Dari ketiga moda pendataan di atas, CAWI atau BPS menyebutnya dengan istilah SP Online-lah yang akan memberikan rasa sensus berbeda untuk pertama kalinya dalam sejarah perjalanan sensus di Indonesia. SP Online merubah cara pandang dan bayangan sensus yang telah lalu. Sekaligus merubah posisi objek sensus (penduduk) dari pasif menjadi aktif. Penduduklah yang aktif memutakhirkan informasi diri dan keluarganya sendiri menggunakan moda SP Online yang telah disiapkan. 

Laporan resmi Kemkominfo menjelaskan bahwa jangkauan sinyal 4G di tahun 2018 saja sudah menjangkau 466 Kabupaten/Kota di Indonesia (90,66%), yang mencakup 5.954 (82,98%) kecamatan, dan 68.537 (82,36%) desa/kelurahan. Ini tentu merupakan sebaran infrastruktur yang sangat masif. Berikutnya berdasarkan hasil survei nasional penetrasi pengguna internet 2018 yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), menyebutkan bahwa jumlah pengguna internet Indonesia mencapai 171,176 juta pengguna. Jumlah pengguna internet tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 10,12% atau sekitar 27,916 juta pengguna dibanding tahun sebelumnya. Besarnya pengguna internet ini merupakan objek yang potensial bagi suksesnya pelaksanaan SP Online.

Masih menurut data APJII, jika dilihat dari alasan utama masyarakat menggunakan internet maka angka terbesarnya adalah untuk komunikasi lewat pesan (24,7%), bersosial-media (18,9%), dan mencari informasi pekerjaan (11,5%). Adapun jika dilihat alasan ke dua menggunakan internet, maka sebagian besarnya adalah untuk berSosial-media (19,1%), komunikasi lewat pesan (16,4%), dan mengisi waktu luang (15,2%). Sementara itu jika dilihat alasan lainnya menggunakan internet maka sebagian besarnya adalah digunakan untuk hiburan dan permainan seperti bermain game online (5,7%), nonton film dan video (5%), dan musik (1,3%). Dengan gambaran profil pengguna internet seperti ini maka pertanyaan besarnya adalah seberapa care masyarakat yang akan aktif berpartisipasi pada SP Online.

Logis dengan realita bahwa jangkauan internet belum 100% dinikmati oleh seluruh penduduk Indonesia serta profil pengguna internet yang cenderung hanya untuk hiburan semata (sosmed, nonton, game) maka SP tidak bisa dilaksanakan hanya dengan moda SP Online semata. Karenanya BPS tetap menyiapkan sensus wawancara yang akan mendatangi rumah-rumah warga yang belum memutakhirkan data dirinya melalui SP Online. Pertanyaanya adalah jika anda merasa sebagai masyarakat yang melek internet, relakah SP Online hanya lewat begitu saja tanpa ada kontribusi sedikitpun di dalamnya?

Sejarah Itu Milik Bangsa Indonesia

Sepertihalnya pasukan muslim yang tercatat sebagai pemenang pada perang badar, selamanya, hingga kapanpun juga akan dikenang sebagai pemenang. Sebaliknya, pasukan qurais yang kalah saat itu, sampai bumi ini berhenti berputar, catatan sejarah sebagai the loser tidak akan pernah berubah. Demikian juga dengan SP Online, sekali gagal, maka selamanya akan dikatakan gagal. Dan jika berhasil maka sejarah dan dunia akan mengenangnya dengan tinta emas kesuksesan bangsa Indonesia untuk selamanya. 

Kunci sukses itu adalah “response rate”, yang hadir dari kepedulian setiap warga negara untuk ikut berpartisipasi aktif dalam SP Online. Yang rela mengorbankan waktu barang beberapa menit untuk memutakhirkan data diri serta keluarganya secara mandiri. 

Sejarah itu ditorehkan mulai tanggal 15 Februari – 31 Maret 2020 melalui sistem SP Online di alamat sensus.bps.go.id oleh para “pahlawan” data bangsa Indonesia. Buktikan bahwa anda adalah Indonesia dan Cinta Indonesia dengan mencatatkan diri anda secara mandiri sebagai bagian dari usaha #MencatatIndonesia. 

 

Dadang Sunandar, SST, MT

(Kasi Jaringan dan Rujukan Statistik BPS Provinsi Riau)

Terkini