HARIANRIAU.CO - Kepala Dinas Kesehatan Indragiri Hilir, Rahmi Indrasuri, SKM, MKL, menegaskan pentingnya perhatian terhadap isu stunting di Indonesia, terutama di desa-desa seperti Belantaraya, Kecamatan Gaung. Menurutnya, stunting bukan sekadar masalah fisik, melainkan juga berdampak pada perkembangan kognitif anak, yang berpotensi menurunkan kualitas sumber daya manusia di masa depan.
Berdasarkan publikasi hasil pengukuran dari tahun 2022 hingga 2024, Desa Belantaraya menjadi salah satu lokasi intervensi penurunan stunting yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Indragiri Hilir. Dalam waktu dua tahun terakhir, prevalensi stunting di Indonesia menunjukkan penurunan dari 24,4% pada tahun 2021 menjadi 21,6% pada tahun 2022. Meskipun mengalami penurunan, angka ini masih tergolong tinggi menurut standar World Health Organization (WHO).
“Stunting dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk akses terhadap air bersih dan sanitasi, pola makan yang sehat, serta pendidikan ibu,” jelas Rahmi. Ia mencatat bahwa selama periode 1000 hari pertama kehidupan (HPK), perhatian khusus perlu diberikan karena masa ini sangat menentukan pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak di masa depan.
Di Desa Belantaraya, sejumlah kendala masih perlu diatasi untuk meningkatkan status gizi balita. Beberapa di antaranya adalah akses air bersih dan jamban sehat yang terbatas, perilaku tidak sehat, serta rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat tentang pentingnya gizi. “Kita masih menghadapi tantangan seperti pemberian ASI eksklusif yang belum optimal, serta masyarakat yang kurang menyukai Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yang disediakan,” tambah Rahmi.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa beberapa faktor determinan yang masih menjadi kendala dalam perbaikan status gizi balita di Desa Belantaraya antara lain adalah akses air bersih dan jamban sehat yang sulit didapat, perilaku kurang sehat seperti membuang sampah sembarangan dan penggunaan jamban cemplung yang masih sulit diubah, serta masalah gizi yang terkait dengan tingkat kemampuan ekonomi keluarga. Pemberian ASI eksklusif juga belum berjalan efektif, di mana beberapa bayi menerima makanan selain ASI sebelum usia 6 bulan. Selain itu, ada anak yang mengalami gizi kurang tetapi tidak menghabiskan PMT karena rasanya yang kurang disukai, dan banyak masyarakat, terutama di wilayah sulit terjangkau, yang belum mengetahui informasi tentang stunting dan cara pencegahannya.
Rahmi menekankan pentingnya memfokuskan pencegahan stunting pada kelompok sasaran berisiko seperti remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, dan bayi. “Remaja putri yang sehat dan berpendidikan akan menjadi ibu yang lebih baik dan mampu memberikan nutrisi yang optimal bagi anak-anak mereka,” ungkapnya.
Berbagai upaya telah dilakukan di Desa Belantaraya untuk menanggulangi masalah ini, seperti pengukuran rutin status gizi balita, penyuluhan tentang pentingnya pola makan sehat, serta demonstrasi pemberian makanan bayi dan anak sesuai usia. Selain itu, terdapat program pemberian tablet tambah darah untuk ibu hamil dan penyuluhan mengenai pentingnya ASI eksklusif.
Kegiatan-kegiatan ini mencakup pengukuran bayi dan balita secara rutin, penyuluhan pencegahan stunting pada masyarakat, serta penyuluhan dan demonstrasi pemberian makanan bayi dan anak sesuai usia. Selain itu, ada juga penyuluhan pada remaja putri dan ibu hamil mengenai pentingnya mengonsumsi tablet tambah darah. Rahmi mencatat bahwa pemberian Vitamin A dan obat cacing pada balita serta edukasi terkait kesehatan reproduksi juga menjadi bagian dari upaya ini, terutama untuk mencegah pernikahan dini.
Tim pencegahan stunting Kabupaten Indragiri Hilir, bersama Puskesmas dan PKK, berkomitmen untuk terus melakukan monitoring dan edukasi kepada masyarakat. “Kami berharap adanya dukungan dari berbagai pihak untuk menangani dan mencegah bertambahnya balita stunting di wilayah ini,” ujar Rahmi.
Dengan kolaborasi yang kuat antara pemerintah dan masyarakat, diharapkan Desa Belantaraya dapat menjadi contoh sukses dalam upaya penanganan stunting, menghasilkan generasi yang sehat dan cerdas untuk masa depan bangsa. (adv)