Sanggar Tasek Seminai Siak Berhasil Raih Beberapa Kategori Juara

Sanggar Tasek Seminai Siak Berhasil Raih Beberapa Kategori Juara
mediacenter.riau.go.id

HARIANRIAU.CO - Sangar Tasek Seminai kembali menorehkan prestasinya. Kali ini, mereka berhasil membawa pulang beberapa kategori juara dalam ajang Parade Tari Tingkat Provinsi Riau, pada Sabtu (20/7/2019) kemarin malam. 

Adapun juara yang mereka raih, diantaranya kategori penata terbaik 2, kategori musik terbaik 1, kategori penata rias dan busana terbaik 3 dan penyaji terbaik 2.

"Alhamdulillah, kami bersyukur bisa membawa beberapa kategori juara ini," kata Ketua Sanggar Tasek Seminai, Andrio Saputra.

Di tempat yang sama, Merlia Atika selaku Art Director dalam karya ini menjelaskan, bahwa pada tahun ini Siak mengirimkan sebanyak 23 penari dan pemusik terbaiknya.

Di mana, sejak tercetusnya sanggar ini pada tahun 2009 silam, sudah puluhan penghargaan dan juara yang berhasil mereka raih. Diantaranya, Sanggar Tasek Seminai sempat mendapat piala juara pertama selama tiga kali berturut-turut mulai tahun 2009-2011 dan telah mengikuti lomba tingkat internasional di tahun 2018 lalu.

"Untuk tahun ini, prestasi kami kembali meningkat dan semoga semua pihak yang punya andil dalam pengembangan seni dan budaya semakin memperhatikan para pelaku seni kreatif seperti kami. Serta memberikan ruang dan kesempatan untuk mengekpresikan karya seni ini di kancah nasional dan internasional," harapnya.

Berbicara soal tema yang ditampilkan tadi malam, yaitu menampilkan sejarah sebuah kerajaan bernama Gasib yang memiliki seorang putri raja yang cantik jelita hingga terdengar di segala penjuru negeri. Sehingga menimbulkan hasrat para raja-raja di zaman itu untuk mempersunting sang putri untuk dijadikan permaisuri, termasuk Raja Aceh. Tema inilah yang menjadi inspirasi Sangar Tasek Seminai malam tadi.

Singkat cerita, prahara di mulai ketika Raja Aceh mengutus panglimanya untuk masuk meminang sang putri di Kerajaan Gasib. Namun, pinangan ini d tolak mentah-mentah oleh Raja Gasib. Sehingga membuat Raja Aceh begitu murka, untung tak dapat di cari, malang tak dapat ditolak. Akhirnya intan semata wayang (Putri Kaca Mayang, red) ini diculik hingga sampai ke tanah Aceh.

Atas peristiwa tersebut, Raja Gasib pun tidak tinggal diam, dan diutuslah seorang panglima bernama Jimbam untuk merebut dan membawa kembali sang putri.

Usaha untuk menumpaskan Raja Aceh berhasil dilakukan. Hanya saja takdir berkata lain, karena kondisi sang putri terlalu lemah, akhirnya di dalam perjalanan pulang, sang putri menghembuskan nafas terakhir dan jasadnya dimasukkan ke dalam peti kaca, hingga tiba ke Kerajaan Gasib.

Tadi malam, kata Andrio, pementasan mereka lebih mengedepankan tentang konflik batin yang dirasakan sang putri, di mana ia merasa terkungkung dan sedih karena peristiwa yang sedang dialaminya. Perasaan sang putri sangat gelisah dan ingin memberontak namun tak ia mampu, angannya untuk kembali ke tanah Gasib seakan mustahil. Walau akhirnya ia berhasil kembali ke tanah Gasib meski dalam keadaan sudah tidak bernyawa lagi.

"Karya ini digarap dalam tatanan gerak Melayu yang masih berkembang di Riau hingga saat ini, seperti lenggang dan silat, serta didukung oleh property berupa rangkaian bambu membentuk segitiga, merupakan simbol dari konflik yang saling terkait antara 3 insan yaitu Putri Kaca Mayang, Raja Aceh dan Raja Gasib. Kini makam Putri Kaca Mayang telah menjadi salah satu destinasi wisata yang cukup sering di kunjungi di Kabupaten Siak," jelas Andrio yang akrab dipanggil Papa Doyok ini. (mcr)

BARANG BRANDED MURAH MERIAH DI PASAR KAYU JATI | HARIAN RIAU

Halaman :

Berita Lainnya

Index