Bocah 10 Tahun Tewas Terbakar di Rumah Kontrakan Dengan Kondisi Kaki Terikat

Bocah 10 Tahun Tewas Terbakar di Rumah Kontrakan Dengan Kondisi Kaki Terikat

HARIANRIAU.CO - Seorang bocah berusia 10 tahun berinisial ZKA tewas dalam kondisi mengenaskan usai terbakar di rumah kontrakan. Padahal 40 hari sebelumnya, sang ibu yang diketahui bernama Wagiani meninggal dunia karena sakit. Setelah ibunya meninggal, ZKA tinggal bersama sang ayah, Suhin di kontrakan petak berukuran 3x6 meter.

Suhin pun mengurus putranya itu seorang diri. Usai kebakaran yang melalap rumah kontrakannya, tubuh bocah 10 tahun tersebut ditemukan dalam keadaan hangus terbakar dengan kaki yang masih terikat lantai. Tetangga pun menduga bahwa Suhin memasung putranya yang hiperaktif tersebut agar tak berkeliaran.

Sempat ketahuan dipasung pada Maret 2019
Hidup ZKA yang dipasung tak sengaja terungkap oleh Sekretaris Kelurahan Setu yang hendak memberikan berkas BPJS untuk pengobatan Wagiani yang saat itu dirawat di RSU Tangsel karena penyakit gula yang dideritanya. Saat itu, Suhin tak berada di rumah. Lalu tetangga Suhin meminta tolong pada Sekretaris Kelurahan tersebut untuk menengok korban yang berada di dalam kontrakan. Dan di situ, Sekretaris Kelurahan tersebut mendapati bahwa kaki ZKA diikat dengan rantai.

Setalah itu, pihak Dinas Sosial Tangerang Selatan pun langsung melakukan evakuasi pada ZKA dan dibawa ke rumah singgah yang berada di Kademangan. Peristiwa itu sendiri terjadi pada 14 Maret 2019 lalu. Seorang tetangga bernama Ervin (38) mengatakan bahwa ZKA kerap berlarian keluar rumah. Ervin pun sering membawa ZKA pulang jika bocah tersebut sudah bermain jauh hingga ke jalan raya.

"Sering keluar, ke jalan raya gitu. Saya bawa balik ke rumahnya," ujar Ervin.

Mengacak-ngacak barang di minimarket
Ervin pun mengaku bahwa dirinya sudah mengetahui perilaku anak tetangganya yang hiperaktif tersebut. Ervin mengetahui hal itu sejak pertama kali tinggal di kontrakan deret. Ervin pun masih mengingat jelas ada bekas tali ikatan di kaki bocah malang tersebut. Bukan hanya itu, ia juga kerap mendengar ZKA berteriak dari dalam rumah kontrakan. Ervin pun menduga bahwa bocah tersebut lapar.

Sementara itu, seorang juru parkir bernama Warno (61) mengatakan bahwa dirinya pernah mendapati ZKA masuk ke sebuah minimarket lalu mengacak-ngacak barang yang ada di tempat tersebut.

Kondisinya sanagt memprihatinkan
Ketika dibawa ke rumah singgah Dinsos, ZKA mendapatkan kebebasa dan bisa berlarian ke sana ke mari dengan pengawasan dari para relawan yang ada di sana. Tatapannya tak memberikan reaksi berlebihan ketika menaiki ayunan di taman rumah singgah pada Maret lalu tersebut. Sesekali ia memandangi beberapa orang yang ada di dekatnya. Sejumlah koreng di kakinya mulai mengering. Ada juga luka di kepalanya, terlihat dari sela-sela rambutnya. Seorang relawan bernama Ade pun kala itu sempat memberikan roti kepada ZKA dan bocah tersebut pun langsung memakannya.

"Sebelumnya juga dikasih makan nasi begitu, dimasukkan semua ke mulut," cerita Ade.

Sementara itu, Zulkarnaen yang juga seorang relawan pun ikut menjaga ZKA. Zulkarnaen mengatakan bahwa kondisi ZKA sangat memprihatinkan karena kakinya dipasung sehingga bocah tersebut tak bisa bergerak dengan leluasa.

"Sangat memprihatinkan karena kakinya itu sedang dipanco (dipasung) atau dirantai. Dia sendiri tidak dapat bergerak hanya ada di atas kasur," cerita Zulkarnain pada Maret lalu.

Kaki kiri anak Suhin dan Wagiani ini masih terikat rantai dan gembok yang menguncinya sudah berkarat saat ia dievakuasi oleh Dinsos.

"Kami tidak bisa melepaskan langsung, karena kuncinya juga sudah tidak ada, sudah karatan. Bahkan kakinya sudah mengecil. Memang kotoran penuh, karena buat dia beranjak ke wc itu mustahil," ujarnya.

Memiliki masalah mental
Sementara itu, Kepala Dinsos Tangsel, Wahyunoto Lukman, menjelaskan bahwa ZKA memiliki masalah mental dan disabilitas fisik sejak lahir.

"Kita layani di rumah singgah dan diberi perhatian serta bimbingan khusus untuk mengembalikan kepercayaan dirinya. Kemudian kita latih untuk mandiri," terang Wahyu.

Wahyu pun menuturkan motif orang tua ZKA memasung bocah 10 tahun tersebut. Alasan ekonomi dan tak ingin orang lain terganggulah yang kemudian menjadi faktor utama Suhin dan istrinya memasung putranya tersebut.

"Motifnya agar tidak menggangu orang lain," jelasnya.

Hanya sepekan di rumah singgah
Kendati demikian, pemasungan sama sekali tak dibenarkan. Sehingga Dinsos mengambil alih penanganan ZKA. Namun, hanya sepekan ZKA berada di rumah singgah Dinsos Tangsel. Kedua orang tuanya mengaku ingin merawat ZKA di rumah kontrakan mereka. Mereka pun berjanji tak akan memasung putranya lagi. Namun, kenyataannya ternyata tak demikian. ZKA justru ditemukan tewas dengan kondisi kaki terikat saat kontrakannya terbakar.

ZKA tak seberuntung sang adik, GA yang ditampung di sebuah pesantren. Pasalnya, tak ada yang menerima ZKA. Dan ZKA pun terpaksa hidup dalam pengasuhan orang tuanya dan terpaksa dipasung hingga meninggal dunia.

Diduga api berasal dari kompor
Sebelum api melalap kontrakan tersebut hingga ZKA tewas, ternyata kejadian serupa juga sempat terjadi di bulan Oktober 2019 lalu. Namun, saat itu, warga dengan cepat memadamkan api sehingga masih bisa diselamatkan. Namun, peristiwa kebakaran pada Minggu (17/11/2019) lalu tersebut justru merenggut nyawa bocah malang itu. Warga sekitar bernama Rida, menduga bahwa api yang melalap rumah kontrakan tersebut berasal dari kompor atau korek yang diduga diutak-atik oleh ZKA.

"Bocah itu kan hiperaktif, mungkin lapar jadi dia ngutak-ngutik kompor, kan kepantik api," ungkap Rida.

Suhin sempat diusir dari kontrakan lama
Sebagai pemerhati anak, Rida sudah sejak lama memantau ZKA. Rida pun mengaku bahwa kehidupan Suhin begitu memilukan. Bahkan pada bulan Agustus 2019 lalu, Suhin sempat diusir dari kontrakan yang sebelumnya karena tak mampu untuk membayar dan akhirnya pindah ke kontrakannya yang sekarang. Secara ekonomi, keluarga Suhin adalah keluaraga yang tak mampu. Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, Suhin pun harus bekerja serabutan. Sampai akhirnya, Rida, mencarikan kontrakan baru di Gang Sayur Asem, sampai mengusahakan pembiayaan sewanya.

"Saya kenal baik sama pemilik kontrakan. Yang biayai kontrakan juga saya yang cari mas," ujar Rida.

Ibunya baru meninggal
Pada pertengahan Oktober, Wagiani, sang ibu, meninggal dunia karena penyakit gagal ginjal dan diabetes yang dideritanya, hal itu diungkapkan oleh Rida. Rida pun sempat membantu merawat ZKA pasca sang ibu meninggal dunia. Rida membantu merawat ZKA selama 3 hari.

"Ibunya meninggal 40 hari lalu. Pas hari ini 40 hari. Meninggal sakit, gagal ginjal sama diabetes," ujarnya.

Rida pun mengaku bahwa dirinya sudah sempat menawari Suhin untuk tinggal di rumahnya bersama ZKA, namun ia menolaknya.

"Saya tawari bapaknya kalau mau tinggal di rumah saya bapak yang ngerawatin (ZKA) saya kasih kamar di ujung, dia enggak mau," ujarnya.

Saat dievakuasi, kakinya ditemukan putus
Sementara itu, Ruspianti (45), salah seorang tetangga korban mengatakan bahwa ZKA kemungkinan tak bisa lari keluar lantaran kakinya dirantai oleh sang ayah.

"Itu anaknya di dalam, mungkin enggak bisa keluar kali ya. Dia kan kakinya dirantai," ujarbya,

Ruspianti mengaku melihat jenazah ZKA yang dievakuasi setelah terbakar. Menurut Ruspianti, kaki ZKA saat dievakuasi tertinggal. Ruspianti pun mengira bahwa kaki korban putus lantaran ia berusaha untuk menyelamatkan diri. Kini, jenazah ZKA telah dimakamkan atas bantuan warga sekitar.

"Pas dievakuasi kakinya ketinggalan di rantai. Terus kakinya dibawa dimasukin ke ember," sambungnya.

sumber: merdeka.com

Halaman :

Berita Lainnya

Index