Kena Prank Elon Musk, Investor Kripto 'Rugi' Rp 5.183 T

Kena Prank Elon Musk, Investor Kripto 'Rugi' Rp 5.183 T
Foto: Infografis/ Terbongkar! Tesla Elon Musk Miliki miliaran bitcoin

HARIANRIAU.CO - Ratusan miliar dolar Amerika Serikat (AS) hilang dari industri uang kripto atau cryptocurrency setelah Teknoking of Tesla, Elon Musk mengumumkan penghentian penggunaan Bitcoin untuk membeli mobil listrik Tesla. 

Menurut data Coinmarketcap, Kamis (13/05/2021), pukul 05.00 WIB, kapitalisasi pasar cruptocurrency sudah tembus US$2,43 triliun. Namun pada pukul 7.45 WIB nilainya tingal US$2,06 triliun. Sekitar US$365,85 miliar atau setara Rp 5.183 triliun (asumsi Rp 14.200/US$) hilang. 

Sebelumnya masuknya Tesla ke Bitcoin merupakan sentimen positif bagi investor Bitcoin. Ketika itu Tesla memborong US$1,5 miliar Bitcoin dan kemudian mengumumkan menerima pembelian Tesla dengan Bitcoin. Pada kuartal I-2021, Tesla melaporkan sudah memiliki US$2,5 miliar Bitcoin.

Namun Tesla kemudian menganulir kebijakan pembelian mobil listrik perusahaan dengan Bitcoin dengan alasan"prihatin tentang peningkatan pesat penggunaan bahan bakar fosil untuk penambangan dan transaksi Bitcoin, terutama batu bara, yang memiliki emisi terburuk dari bahan bakar apa pun," tulis Tesla, seperti dikutip dari CNBC International, Kamis (13/5/2021). 

Keputusan Tesla berinvestasi pada Bitcoin sebenarnya bertolak belakang dengan tujuan perusahaan. Hal ini pun menjadi kontroversi. Pasalnya, Tesla adalah mobil listrik yang menyokong energi terbarukan dan mengurangi kerusakan lingkungan. Sementara Bitcoin termasuk perusak lingkungan karena mengkonsumsi listrik dalam jumlah besar. 

Bahkan menurut penelitian Cambridge University konsumsi listrik untuk penambangan Bitcoin selama setahun setara dengan konsumsi listrik masyarakat Argentina dalam setahun. Sebagian besar pembangkit listrik di dunia masih menggunakan bahan bakar fosil seperti minyak dan batu bara. 

Bitcoin tidak diterbitkan oleh satu entitas seperti bank sentral. Sebaliknya, ini dikelola oleh jaringan yang disebut "penambang". Para penambang ini menggunakan komputer yang dibuat khusus yang membutuhkan banyak energi untuk memecahkan teka-teki matematika yang rumit agar transaksi bitcoin dapat diselesaikan. Konsumsi energi Bitcoin lebih besar daripada beberapa negara tertentu. 

Sekitar pukul 9:34 pagi waktu Singapura, bitcoin turun lebih dari 12%, turun di bawah angka US$ 50.000 untuk pertama kalinya sejak 24 April, menurut data CoinDesk. Terlepas dari kemunduran baru-baru ini, bitcoin masih naik lebih dari 400% dalam 12 bulan terakhir. 

Elon Musk telah menjadi pendukung besar mata uang digital termasuk bitcoin dan dogecoin, membantu mendorong harga mereka lebih tinggi dalam beberapa bulan terakhir. 

CEO Tesla mengatakan perusahaan tidak akan menjual bitcoin apa pun dan bermaksud menggunakannya untuk transaksi "segera setelah transisi penambangan ke energi yang lebih berkelanjutan."
 

sumber CNBC Indonesia

Halaman :

Berita Lainnya

Index