Pelamar Pencacah Sensus Ekonomi Pertanyakan Parameter Kelulusan

Pelamar Pencacah Sensus Ekonomi Pertanyakan Parameter Kelulusan
Internet

HARIANRIAU.CO INDRAGIRI HILIR - Sejumlah pelamar tenaga Pencacah Sensus Ekonomi 2016 di lingkungan Kabupaten Indragiri Hilir yang dinyatakan tidak lulus seleksi wawancara yang dilakukan pihak pegawai kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Inhil, dibuat heran dan bertanya-tanya kenapa mereka tidak lulus dan apa tolok ukur penilaiannya. Pasalnya, menurut mereka, tidak ada parameter yang jelas sebagai standar penilaian wawancara yang dilakukan pihak kantor BPS tersebut.

Padil, misalnya, seorang warga Tembilahan yang mengaku ikut melamar dan lulus dalam tahap administrasi, namun gugur dalam pegumuman hasil wawancara yang menurutnya sulit dimengerti apa yang menjadi tolok ukur penilaian dalam tes wawancara yang dilakukan para pegawai kantor BPS Inhil. 

“Kalau yang saya, tak pulak banyak ditanya, hanya ditanya apa motivasi ikut melamar dan juga ditanya kalau lulus nanti ingin jadi tenaga pencacah saja atau jadi tenaga pengawas.

Saya bilang tenaga pencacah saja, saya bilang. Alasan saya, saya biasa di lapangan, saya bilang,’’ ujar Padil yang mengaku sarjana sosial.

Hal senada juga dilontarkan pelamar yang lain yang juga mengaku tak lulus dalam hasil wawancara yang dilakukan sekitar seminggu yang lalu itu. Roni, seorang sarjana hukum yang mengaku sudah biasa bekerja di lembaga-lembaga sosial dan pernah berpengalaman di tenaga pendamping desa, juga mengaku heran apa yang menjadi ukuran penilaian pengawai PBS yang menguji dirinya sehingga tidak lulus. Sementara beberapa nama yang ia kenal yang tercatat masih sebagai mahasiswa aktif di salah satu Perguruan Tinggi di Tembilahan, yang diketahuinya belum begitu matang dan belum memiliki pengalaman yang banyak, malah lulus menjadi tenaga Pencacah Sensus Ekonomi tersebut.

“Saya juga heran, apa yang menjadi penilaian kelulusan seseorang bagi pegawai BPS yang menguji dalam wawancara kemaren itu. Pertanyaannya hanya apa motivasi, mau tenaga yang mana dan setelah itu coba tulis di kertas kosong satu kalimat dengan huruf balok, sudah itu selesai. Terus, apanya yang menjadi penilaian yang paling mendasar oleh Pegawai BPS itu saat melakukan wawancara singkat seperti itu ? Saya juga tak tau dan tak mengerti. Tes tertulis tidak pula ada, jadi kita bingung juga. Ini jadinya subjektif sekali,’’ tukas Roni.

Pelamar yang lain, Susanti, misalnya lagi, juga mengaku heran terhadap pola rekrutmen tenaga pencacah dan tenaga pengawas Sensus Ekonomi 2016 yang dilakukan pihak kantor BPS Inhil. Menurutnya, ia cukup banyak ditanya oleh pengawai penguji saat tes wawancara kemaren. Dan dirinya menjawab dengan mantap dengan alasan motivasi yang jelas, dengan pengalaman kerja serta semangat yang kuat ingin menjadi tenaga Pencanah dan malah sepertinya disupport dan diaminkan pegawai yang menguji dalam wawancara tersebut, namun akhirnya juga tidak lulus.

“Kalau pertanyaannya bolehlah, minta komitmen kita, minta kesungguhan kita dan kesanggupan kita menjadi tenaga Pencanah dengan alasan pengalaman dan segala macam, namun tetap saja tak lulus. Tapi ada nama yang saya kenal, orangnya saya kira biasa saja dan tidak begitu gesit dalam kesehariannya, eh malah lulus. Heran betul saya. Jadi, apanya sebenarnya yang dinilai,’’ ujar Susanti seperti bertanya-tanya sendiri.

Kepala Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Indragiri Hilir,  Sukarwanto,SST, ketika dimintai tanggapannya kepada wartawan mengatakan, penilaian yang paling penting dalam kelulusan menjadi Tenaga Pencacah Lapangan (PCL)  maupun Tenaga Pengawas atau Pemeriksa Lapangan (PML) adalah bagus tidaknya tulisan calon tenaga Pencacah atau pelamar Sensus Ekonomi.

“Sebenarnya banyak penilaian yang menjadi dasar kelulusan seseorang untuk dapat diluluskan atau direkrut menjadi Tenaga Sensus Ekonomi 2016 ini. Selain kemauan yang kuat, soal tulisan lebih dominan menjadi penilaian. Memang kita akui, dalam rekrutmen tenaga PCL dan PML ini tidak ada dilakukan tes tertulis, hanya seleksi administrasi dan setelah itu langsung wawancara. Itu saja. Jika ini diangap sebuah kelemahan, bolehlah kami akui. Tapi begitulah adanya saat ini. Kedepan, mungkin ini bisa menjadi masukan,’’ ujar Sukarwanto. (Rilis)

 

Halaman :

Berita Lainnya

Index