Menjaring Bibit Sepak Bola di Tanah Melayu

Menjaring Bibit Sepak Bola di Tanah Melayu

PEKANBARU - "Bakat saja tidak cukup, harus ada pembinaan dan kompetisi yang baik," Kalimat itu disampaikan Indra Sjafri, pelatih kepala Timnas U-19 kepada Antara usai menggelar seleksi regional Sumatera di Kota Pekanbaru medio Maret 2017 lalu. 

Saat itu, Riau menjadi provinsi dengan penyumbang calon pengisi punggawa Garuda Muda terbanyak ketimbang lima Provinsi di Sumatera lainnya. Entah peruntungan sebagai tuan rumah, atau memang kualitasnya yang bagus, yang jelas Indra menilai Riau memiliki perkembangan pembinaan sepakbola usia muda cukup baik. 

Sebelum menjadi pelatih Timnas U-19, pria kelahiran Sumatera Barat pernah malang melintang di dunia olah kulit bundar di Riau. Dia menangani klub sepakbola asal Kabupaten Bengkalis, Persikalis FC selama dua tahun sekira 2007 silam. 

Secara umum, pelatih yang pernah membawa Indonesia juara AFF U-19 tersebut mengatakan perkembangan sepakbola di Provinsi Riau menunjukkan perkembangan positif. Namun, dia memberikan catatan agar pengembangan sepakbola harus lebih terorganisir dan lebih banyak pelatih. 

Dengan adanya pelatih, maka pemain muda potensial akan lebih terorganisir dan terasah secara keahlian, fisik, mental dan taktik dan kecerdasan. 

Disisi lain, klub sepakbola kebanggaan masyarakat Bumi Lancang Kuning yakni PSPS Riau dan Persih Tembilahan kini tengah berjuang mengarungi kompetisi Liga 2 PSSI. Gegap gempita sepakbola kembali bergelora pasca pembekuan PSSI oleh badan sepakbola dunia, FIFA beberapa waktu lalu. 

Satu hal terselesaikan, kompetisi kembali berjalan. Momen ini diakui oleh manajemen PSPS Riau untuk kembali menggali dan mengorbitkan pemain-pemain muda Riau ke kancah nasional. Seperti yang dilakukan sebelum kompetisi berhenti total. 

"Tahun ini kita akan menyusun U-18 untuk mengikuti ajang piala Suratin putaran regional dan nasional," kata Sekretaris PSPS Riau, Dian Eka Putra, Kamis (4/5). 

Dengan berjalannya kompetisi, ia menjelaskan PSPS Riau secara tidak langsung terlibat dalam pembinaan pemain usia muda di Riau. Pembinaan itu jelasnya diawali dengan pencarian bakat melalui kompetisi-kompetisi lokal yang berjalan di masing-masing kabupaten dan kota untuk dipoles menjadi pemain profesional.

Pemain-pemain muda hasil seleksi dari setiap kompetisi dari masing-masing daerah, jelasnya, merupakan pengisi skuad klub lokal, termasuk PSPS Riau. Jika mereka bermain baik, tidak tertutup kemungkinan dapat lebih bersinar hingga menjadi pemain profesional di kancah tertinggi, Liga 1. 

"Perlu diketahui, komposisi pemain lokal Riau di PSPS saat ini sebesar 40 persen. Mereka semua merupakan pemain muda hasil penjaringan pelatih di masing-masing kabupaten dan kota," ujarnya. 

Selain melakukan penjaringan melalui kompetisi-kompetisi lokal, dia mengatakan PSPS Riau turut menyebar scouts atau pencari bakat. Para pencari bakat dari klub PSPS Riau disebar ke lebih dari 40 sekolah sepakbola (SSB) yang terdaftar di Riau. 

Selain itu, PSPS Riau juga terus berkoordinasi dengan Asprov PSSI Riau dalam hal pencarian bakat. Bahkan ia mengklaim scouts tersebar di masing-masing kabupaten kota di Bumi Melayu itu. 

"Harapan saya, tahun depan akan banyak pemain muda asal Riau mengisi klub-klub profesional Liga 1. Kita jangan mau kalah dengan Sumatera Utara. Pemain mereka merata di setiap klub Liga 1 sekarang," jelasnya. (ant)

Halaman :

Berita Lainnya

Index