Riau Butuh Lebih Banyak Pelatih Sepakbola Berlisensi

Riau Butuh Lebih Banyak Pelatih Sepakbola Berlisensi

PEKANBARU - Gegap gempita sepak bola Indonesia kembali bergairah setelah setahun lamanya dibekukan induk sepak bola dunia, FIFA. Sebanyak 18 klub ternama kini berkompetisi di kasta liga tertinggi Indonesia, Liga 1.

Gairah kompetisi sepakbola Indonesia semakin bersinar dengan adanya pemain-pemain bintang atau Marquee Player. Klub-klub sehat bertabur uang tidak segan untuk mengontrak bintang pemain dunia sehingga menjadikan kompetisi lebih menarik.

Sementara 60 klub lainnya berjuang di Liga 2 agar dapat naik ke Liga 1, atau setidaknya tiga terdegradasi ke Liga 3 pada 2018 mendatang.

Tidak terkecuali PSPS Riau, yang saat ini tergabung di grup 1, Liga 2 PSSI bersama tujuh klub lainnya. Persiapan dilakukan sedari awal. Mulai dari penyaringan pemain usia muda di kabupaten dan kota di Riau serta menggaet sponsor.

Klub yang berdiri pada 1955 silam dan pernah mengecap kasta Liga tertinggi Indonesia serta diperkuat pemain bintang seperti Bima Sakti, Kurniawan Dwi Yulianto itu kini bertekad mengembalikan kejayaan.

Dipimpin pelatih bertangan dingin, Philep Hansen Maramis, PSPS Riau cukup sukses melewati dua pertandingan awal dengan raihan 4 poin, atau posisi dua klasmen sementara grup I.

Philep Hansen yang menukangi PSPS Riau sejak 2014 lalu memiliki cara berbeda dalam menangani klub kebanggaan Riau tersebut. Pria kelahiran Pekanbaru, 49 tahun silam itu ingin PSPS menjadi panggung bagi punggawa sepak bola muda Riau.

"Sekarang sudah ada sembilan pemain dari berbagai daerah di Riau yang mengisi skuat utama PSPS," katanya.

Philep yang pernah memperkuat Medan Jaya pada 1992 silam itu mengatakan pada dasarnya Riau memiliki bibit sepak bola yang berkualitas. Namun, selama malang melintang Di olah si kulit bundar di Riau, dia melihat pembinaan yang dilakukan belum teratur.

"Cukup banyak pemain bertalenta, pembinaan juga cukup banyak. Cuma belum teratur. Riau butuh lebuh banyak pelatih yang berlisensi. Minimal A nasional agar pembinaan lebih terarah," ujarnya.

Ia menilai, keberadaan pelatih sangat penting bagi pembinaan usia muda. Pelatih berlisensi merupakan faktor utama untuk mengasah bakat sejak awal.

Selain pelatih berlisensi, infrastruktur berupa stadion dan lapangan yang baik juga sangat dibutuhkan. Dengan adanya lapangan berkualitas, maka kita bisa melihat bagaimana skill para pemain itu. Selanjutnya, ia juga mengatakan dukungan pemerintah terhadap pembinaan usia muda perlu ditingkatkan.

Ketiga komponen itu ia nilai memainkan peranan penting jika ingin lebih banyak pemain sepak bola asal Bumi Lancang Kuning bermain di liga profesional. (ANT)

Halaman :

Berita Lainnya

Index