HARIANRIAU.CO INDRAGIRI HILIR - Serupa buah ranum dan bersiap meranggas dari tampuknya, pada waktunya puisi akan berlepasan dari pucuk jantung, dan tak satu jua dapat menegahnya. Begitulah kiranya gambaran sastra puisi di "Bumi Sri Gemilang".
Namun begitu, masih terdapat segelintir pemuda yang berinisiatif melestarikan puisi sebagai sebuah karya seni dan sarana mengekspresikan diri melalui sebuah komunitas yang secara rutin setiap bulannya menyelenggarakan acara Malam Puisi Tembilahan.
Malam itu, hanya terdengar suara riuh sorak-sorai puluhan penonton yang tengah menikmati lantunan puisi oleh para penyair muda Inhil pada Malam Puisi Tembilahan yang bertemakan "Membangun Bangsa Dengan Pena" bersempena dengan peringatan Hari Puisi Sedunia Tahun 2016. Tepukan tangan penonton semakin bergemuruh di taman Fakultas Hukum, Universitas Islam Indragiri (Unisi), Tembilahan, Minggu (20/3), kala penyair muda Ari Musapia menyudahi rangkaian kata dalam bait-bait emosional puisinya.
Malam semakin bercahaya cemerlang disulam rembulan. Taman Fakultas Hukum Unisi terus dipadati penonton yang berdatangan, mulai dari pengurus sanggar, organisator, dan lainnya. Muda-mudi yang hadir pada malam itu, terperanjat dan terhenyak diam. Angin yang tadinya meniup lembut rerumputan dan berkesiur di antara pepohonan pun terhenti, kala Ahmad Syukron tiba-tiba muncul sembari berteriak," Mau apa..., mau apa..., kalian?,". Aksi panggung yang disuguhkan Ahmad Syukron, lantas membuat penonton terkesima dan berdecak kagum. Sebahagian penonton terlihat berbisik seolah bertanya, "Siapakah gerangan sosok penyair muda ini?,".
Dinding-dinding panggung sederhana dan para penyair yang tampil bak bermandikan cahaya oleh lampu yang menerangi pada malam itu
Suguhan ekspresif dan sensasional dalam setiap sesi acara tersebut senantiasa membuat gema tanya diliang kepala para hadirin untuk sesi-sesi selanjutnya.
Disela-sela acara, harianriau.co berkesempatan untuk bertemu dan mewawancarai pihak penyelenggara, yakni Ketua Malam Puisi Tembilahan, Hendri guna menanyakan tujuan dari penyelenggaraan acara. Hendri mengatakan bahwa penyelenggaraan acara Malam Puisi Tembilahan ini bertujuan untuk melestarikan puisi, terutama puisi karya pemuda Inhil.
"Malam Puisi Tembilahan diselenggarakan secara rutin oleh kami. Ini semua kami lakukan untuk melestarikan puisi, terutama puisi karya pemuda Inhil. Selain itu, dapat saya sampaikan bahwa latar belakang penyelenggaraan acara Malam Puisi Tembilahan ini adalah sebagai bentuk kepedulian kami, segenap pemuda-pemudi Inhil terhadap keberadaan puisi, ya tentunya di Inhil ini," jelasnya.
Novri Candra yang turut menjadi penonton pun mengaku puas dengan senandung syair berbentuk puisi yang disuguhkan bak penyair kaya akan pengalaman oleh para penyair muda Inhil yang berasal dari berbagai kalangan itu
"Tak sia-sia saya meluangkan waktu untuk datang ke acara malam ini (Malam Puisi Tembilahan, red). Apa yang dipertontonkan begitu memukau, mulai dari ekpresi hingga aksi panggung para pembaca puisi," ucapnya seraya tersenyum simpul.
"Semoga acara seperti Malam Puisi Tembilahan ini tidak hanya sampai pada malam ini saja. Karena, selain dapat menghibur, acara ini juga sebagai sarana menyalurkan bakat para pemuda-pemudi Inhil dalam berpuisi, serta sebagai upaya melestarikan puisi itu sendiri. Mudah-mudahan dapat terus berlanjut, diadakan secara berkesinambungan seperti Arisan Teater. Semoga saja, Amiin," sambung Novri dengan penuh harap.
Setelah beberapa jam berselang, angin kembali berdenging, berkepusu diatas kepala, mulai lincah mencari celah menggerayangi tubuh. Cahaya cemerlang rembulan kian tergulung oleh kabut awan, pertanda hari sudah mulai larut. Oleh Dwi, Sang pembawa acara, Malam Puisi Tembilahan pun diakhiri dengan ucapan terima kasih dan salam bagi para hadirin. (Pratama)
.jpeg)
