Ini 4 Cerita Nyesek Para Atlet Indonesia yang Merasa Dicurangi di SEA Games 2017

Ini 4 Cerita Nyesek Para Atlet Indonesia yang Merasa Dicurangi di SEA Games 2017

Ajang SEA Games 2017 yang dihelat di Malaysia kali ini memang sangat menguji kesabaran. Dibuka dengan bendera terbalik dan perang warganet yang terjadi hingga kini.

Ternyata, ketegangan bukan hanya terjadi di dunia maya. Para atlet yang menjadi wakil Indonesia juga berkali-kali menelan kekecewaan.

Di awal-awal dulu, mungkin kita dibuat geregetan dengan berita keluarnya tim sepak takraw dari arena pertandingan karena merasa dicurangi. Namun, sebenarnya perasaan jengkel tersebut bukan hanya dirasakan oleh tim sepak takraw putri Indonesia.

Nyatanya, ada beberapa tim lain yang diindikasi menerima ketidakadilan. Berikut ini adalah beberapa wakil Indonesia yang harus menahan nyesek di negeri tetangga.

Dua atlet pencak silat

Hendy dan Yolla Primadona harus menelan pahit. Keduanya bahkan tak sanggup menahan airmata setelah menerima keputusan wasit. Kejadian itu bermula saat kedua atlet asal Indonesia tersebut hanya mendapat medali perak.

Sementara wakil dari Malaysia, M. Taqiyuddin bin Hamid-Rosli bin M. Sharif berhasil mendapat medali emas. Kemenangan tersebut tentu tidak akan berujung pada kekecewaan jika dilakukan dengan fair.

Namun, pada kenyataannya baik Yolla dan Hendy merasa poin yang didapat Malaysia sangat tidak masuk akal. Ganda putra Malaysia yang mendapat poin 582 tersebut terbilang luar biasa.

Dan belum pernah ada dalam sejarah ganda putra mendapat poin setinggi itu. Padahal dari segi teknik, harusnya atlet Malaysia tak mendapat poin lebih tinggi dari Indonesia yang hanya memperoleh 554 poin. Tentu kesedihan tak dapat lagi di tahan. Saat berada di ruang ganti, Yola dan Hendy tak kuasa menahan tangis.

Semenetara sang manager hanya bisa menenangkan keduanya. Beredarnya video tersebut sontak saja membuat netizen Indonesia meradang. Tak sedikit yang menyampaikan kekecewaannya pada tuan rumah SEA Games tahun ini.

Tim sepak takraw terpaksa WO karena wasit yang tak adil

Beberapa hari lalu, foto atlet sepak takraw asal Indonesia yang tengah menangis juga viral di sosial media. Tak kalah menyesakkan dengan kasus Yola dan Hendy, para atlet putri tersebut juga menjadi korban ketidakadilan wasit yang seolah lebih memihak pada tim tuan rumah.

Terlebih, Imam Nahrawi selaku Menpora menyaksikan sendiri bagaimana wasit asal Singapura tersebut beberapa kali mengeluarkan keputusan yang merugikan tim Indonesia.

Tim sepak takraw yang dicurangi [image source]

Lebih dari lima kali wasit menyatakan jika serviceyang dilakukan oleh tim Indonesia sebagai kesalahan, padahal seharusnya service tersebut menjadi poin. Karena terus menerus dicurangi, pelatih sepak takraw merasa jika tidak berguna lagi permainan terus dilanjutkan.

Tim Indonesia akhirnya memutuskan untuk meninggalkan lapangan meski permainan belum selesai, dan hal tersebut berarti memberikan kemenangan pada tim lawan.

Yang lebih menyebalkan lagi, media Malaysia menyebarkan berita bahwa tim Indonesia sudah mengakui kesalahan selama pertandingan. Padahal, hingga kini mereka masih benar-benar sadar jika kemenangan tim lawan adalah bagian dari kecurangan.

Timnas U-22

Pertandingan sepak bola melawan Timor Leste juga tak absen dari kecurangan. Pasalnya, saat itu pemain Evan Dimas yang dijatuhkan oleh pemain Timor Leste justru mendapat kartu kungin dari wasit.

Keputusan tersebut disebabkan karena wasit Nagor Amir Bin Noor Mohamed menganggap jika Evan mengulur-ngulur waktu di menit akhir.

Pemain timnas berbakat, Evan Dimas [image source]

Padahal Evan merupakan pemain yang memiliki potensi sangat besar dalam tim Indonesia. Kartu kuning tersebut juga membuat Evan harus absen di laga Vietnam.

Tanpa kehadiran Evan, berarti Indonesia hanya memiliki dua pemain jangkar yait Hanif Sjahbandi dan Muhamad Hargianto. Padahal, kondisi Hargianto sendiri sedang cidera lutut saat itu. Walhasil, tim Indonesia harus berjuang lebih keras untuk bisa maju di ajang selanjutnya.

Tim panahan

Tim panahan Indonesia juga tak luput dikerjai. Ceritanya berawal dari perebutan medali emas panahan di nomor beregu putri recurve. Tiga Srikandi Indonesia, Diana Choirunisa, Titik Kusumawardani dan linda Lestari harus rela pulang dengan medali perak.

Namun, sejatinya Indonesia bisa merebut medali emas di nomor tersebut. Sebab, di set ke tiga, jumlah skor kedua tim masih imbang dengan total 50-50.

Gambar hasil panahan Malaysia yang seharusnya dihitung poin 8 [image source]

Namun, wasit merevisi hasil dan menambahkan poin untuk Malaysia. Alasannya, karena satu bidikan wakil Malaysia mengenai garis antara poin delapan dan sembilan.

Padahal, jika dilihat dari gambar, poin yang didapat harusnya adalah delapan. Meski demikian, tim Indonesia tetap terlihat semangat sambil menyanyikan lagu “Aku rapopo”.

Bisa jadi, beberapa tim Indonesia tersebut memang menjadi korban kecurangan. Meski demikian, ada ada poin yang sepertinya tidak bisa dikalahkan oleh tim lawan, yaitu sportifitas para pemain. Karena kekalahan yang jujur itu jelas lebih terhormat daripada kemenagan yang curang.

Halaman :

Berita Lainnya

Index