Bikin Prihatin, Ini Fakta Miris di Balik Sosok Satria Tama

Bikin Prihatin, Ini Fakta Miris di Balik Sosok Satria Tama

Selama SEA Games 2017 ini, nama Satria Tama dielu-elukan oleh pendukung timnas Indonesia, tetapi terungkap fakta miris terkait kiprahnya sebagai kiper Timnas U-22.

Pada 26 Agustus, pertandingan Indonesia vs Malaysia berlangsung panas.

Laga semifinal Indonesia vs Malaysia digelar di Stadion Shah Alam, Malaysia.

Pasalnya pertandingan ini bukan soal menang atau kalah, tetapi soal harga diri bangsa Indonesia, kalau kata Evan Dimas.

Sejak awal laga sepakbola SEA Games, sosok kiper muda ini sukses mencuri perhatian.

Beberapa kali tampil sebagai pahlawan, ia berhasil melakukan aksi penyelamatan dan lindungi gawang dari para lawan.

Sosok penjaga gawang, Satria Tama Hardianto selalu sigap melihat datangnya bola.

Tak hanya saat pertandingan melawan Malaysia, di beberapa pertandingan sebelumnya aksi Satria Tama tak kalah heroik.

Sudah pasti aksinya dalam mengamankan gawang Indonesia menuai pujian para penonton termasuk netizen media sosial.

Namun sayang, ada fakta miris di balik kesuksesannya ini.

Saat kalah dari Malaysia, Satria terlihat tak kuasa menahan kesedihan karena merasa dirinya gagal membawa garuda muda menuju final.

Dan ternyata, usai pertandingan ini, netizen mendapati fakta lain terkait kiprah Satria sebagai pemain sepak bola.

Rupanya Satria bermain di sebuah klub bola bernama Persegres U-21.

Klub Persegres yang dibela Satria ternyata tengah terpuruk di dasar klasemen Liga 1.

Tak hanya itu, menurut kabar, klub dari Gresik tersebut ternyata telah menunggak gaji para pemain selama 2 bulan!

Ya, artinya selama ini Satria, kiper timnas Indonesia U-22 tak mendapatkan haknya sebagai pemain.
Tentunya hal ini tak luput menjadi sorotan para netizen.

"Harusnya Timnas Indonesia diisi para pemain Persegres seMUa, karena terbukti pemain yang ga gajian kayak Satria Tama bermain sangat baik!" kicau akun Twitter @MafiaWasit.

"Satria tama yang main di persegres tapi belum dapat gaji 3 blan mainya bagus bgt tadi malam, apalagi...," komentar akun @dwiir_.

"Baru tau kalo satria tama kasian gak digaji tim nya. Yowes ntar pindah aja mas satria tama," tulis pemilik akun @Rahmayanti_RY.

Satria Tama, Calon Kiper Masa Depan Indonesia

Satria Tama Hardianto digadang-gadang menjadi kiper masa depan Indonesia. Indikasinya, dengan usia baru menginjak 20 tahun, ia telah dipercaya berdiri di bawah mistar Persegres.

Tetapi, siapa sangka Satria kecil sebenarnya sangat menyukai bulu tangkis.

Bahkan, saat menginjak kelas 4 sampai 6 SD, pemain kelahiran Sidoarjo, 23 Januari 1997 itu tercatat sebagai salah satu anggota PB Satria Surabaya yang terletak di Rungkut Surabaya.

Kecintaan pada si kulit bundar tumbuh menjelang lulus SD. Ia mulai sering ikut teman-temannya bermain sepak bola di kampungnya.

Melihat aktivitas yang baru, sang ayah Bambang Hardianto lantas mengajak Satria ke salah satu pusat perbelanjaan di Surabaya untuk membelikan baju kiper.

"Setelah mendapatkan baju kiper, saya semakin bersemangat bermain sepak bola. Ternyata saat menggunakan baju tersebut, teman-teman semakin memercayai saya sebagai kiper," ujar Satria mengenang masa kecilnya.

Melihat keinginan besar Satria menjadi kiper, ayahnya mendaftarkan dirinya ke SSB Indonesia Muda di Surabaya.

"Ketika kelas satu SMP aktivitas saya di PB Satria Surabaya sudah ditinggalkan. Saya mulai fokus ke sepak bola," ucapnya.

Ketika lulus SMP pada 2009, Satria lantas melanjutkan sekolah ke SMA Negeri 10 Surabaya. Saat itu, kondisi SSB di Surabaya mulai lesu.

"Ayah saya ternyata mendapat informasi bahwa Widodo Cahyono Putro mendirikan akademi sepak bola. Lalum saya didaftarkan ke akademi sepak bola WCP di Gresik," kata Satria.

Semakin Berkembang

Ketika memulai latihan di WCP, Satria berlatih seminggu tiga kali, Senin-Rabu-Jumat.

"Saat tahun pertama latihan saya selalu diantar ayah ke Gresik. Namun, memasuki tahun kedua, saya mulai pergi sendiri dari Surabaya ke Gresik dengan menggunakan sepeda motor," ucap Satria.

Setelah menjalani latihan di WCP, Satria lantas mendapat kesempatan masuk menjadi salah satu dari tiga kiper Persegres U-21. Kala itu usia Satria masih 16 tahun dan menjadi kiper termuda dibandingkan dengan dua kiper lainnya, yakni Tri Windu dan Muchayin.

Kemampuan Satria terus meningkat di bawah arahan pelatih M Kuswo. Ia akhirnya masuk dalam skuat timnas U-17 pada 2015.

Pada 2015 kemudian Satria kembali memperkuat timnas U-19 di ajang AFF U-19 di Vietnam. Di timnas, Satria langsung ditangani oleh pelatih kiper kawakan, Hermansyah.

"Sebagai mantan pemain timnas dan pernah melatih timnas tentu Hermansyah banyak memberikan ilmu kepada saya," ujarnya.

Tak dimungkiri oleh Satria, selepas kembali dari ajang AFF U-19 dirinya merasa lebih berkembang. Hal itu dia buktikan saat membela Persegres di ajang TSC. Ia mampu bersaing dengan kiper senior seperti Sandi Firmansyah dan Irpan.

Ketika Eduard Tjong masuk menggantikan Liestiadi sebagai pelatih kepala Persegres, nama Satria kerap masuk sebagai starting eleven.

Memasuki kompetisi musim ini Satria juga kembali mampu bersaing dengan kiper gaek Aji Saka.

Satria tetap mendapatkan kepercayaan dari tim pelatih untuk mengawal gawang Persegres ketika bertanding di laga perdana Piala Presiden kontra Mitra Kukar (4/2/2017).

Halaman :

Berita Lainnya

Index