Dua Perusahaan Jepang Tertarik Investasi Dibidang Olah Energi di Siak

Dua Perusahaan Jepang Tertarik Investasi Dibidang Olah Energi di Siak
ilustrasi

SIAK - Dua perusahaan Jepang DJS Holding Inc Japan dan Tess Engineering Co berniat menanamkan investasinya di Kabupaten Siak guna membangun pabrik pengolah tandan kosong serta tandan buah segar Kelapa Sawit menjadi bahan bakar. Dua perusahaan Jepang yang bergerak di bidang energi ini dalam pengerjaannya akan bekerja sama dengan PT Inovasi Internusa Sakti dan Sarana Pembangunan Siak (SPS) untuk membuat bahan bakar yang akan di ekspor melalui Kawasan Industri Tanjung Buton (KITB).

Wakil Bupati Siak Alfedri di Siak, Jumat, mengatakan, pertemuan Pemkab Siak dengan kedua perusahaan Jepang itu sudah tiga kali pertemuan. Dia sangat berharap ada pembahasan-pembahasan lebih lanjut dengan investor tersebut.

"Ini merupakan pertemuan ke-tiga, harapannya ada pembahasan-pembahasan lebih rinci selanjutnya melibatkan PT. KITB selaku pengelola kawasan, dan SPS selaku pihak penyedia bahan baku," kata Alfedri dilansir antarariau.

Dijelaskan, Kawasan Tanjung Buton memiliki lahan seluas 600 hektare (Ha), yang diperuntukkan untuk pengembangan industri dan pelabuhan, masing-masing 300 Ha. Hamparan lahan yang luas serta posisinya yang strategis itu merupakan potensi emas dalam mengembangkan bisnis.

Dalam usaha ini, SPS selaku BUMD Siak sebagai penyedia bahan baku, atau pemasok tandan kosong yang diambil di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang ada di wilayah setempat.

Bob Novitriansyah selaku Direktur PT. SPS mengaku telah melakukan penjajakan dengan PKS yang ada di Siak untuk meminta tandan kosongnya. Sejauh ini, tandan kosong kelapa sawit ini sebagiannya hanya dimanfaatkan untuk kompos, sisanya dibakar.

"Kebanyakan PKS tankosnya dibakar, ini akan menimbulkan asap yang membahayakan bagi manusia. Artinya ini masalah bagi PKS," kata dia.

Bob mengaku rencana bisnis pengolahan tankos menjadi sumber energi ini masih tahap penjajakan (survei), namun dari perhitungan yang dilakukan satu mesin bisa mengolah 900 kilogram tankos per jam atau 20 ton/hari.

"Dari hasil survey dan perhitungan kami, satu PKS sudah bisa mencukupi kebutuhan bahan baku satu mesin pengolah tankos," kata Bob.

Meski tankos tidak memiliki nilai ekonomis, atau tidak perlu beli untuk mendapatkannya, namun biaya transportasi menjadi bahan pertimbangan utama. Apalagi jarak PKS dengan lokasi pengolahan lebih dari 30 kilometer.

"Rencana awal mesin kita dirikan di daerah antara kecamatan Dayun, Koto Gasib dan Kerinci Kanan. Kalau sudah berhasil, baru kita kembangkan di wilayah Kandis," kata Bob.

Menurut Bob, empat perusahaan tersebut menargetkan 2018 sudah bisa beroperasi di Siak, sehingga ke depan bisa menjadi acuan bagi daerah lain, terutama dalam pemanfaatan limbah tankos menjadi sumber energi.

Terkait perizinan, PT. Inovasi Internusa Sakti yang berkantor di Jalan Nuri, Pekanbaru itu sedang mengurus izin Prinsip dan Izin Usaha Penanaman Modal ke Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

Keterlibatan dua perusahaan asing dari Jepang ini mewajibkan urusan perizinan langsung ke pemerintah pusat.

Disisi lain, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Siak Syafrilenti mengatakan, selain ke pusat, ada beberapa perizinan yang juga perlu diurus di daerah, yakni Izin penggunaan muatan tanah, Dokumen Lingkungan (UKL-UPL) dan Izin Mendirikan Bangunan.

Halaman :

Berita Lainnya

Index