Rohil Semakin Serius Kembangkan Objek Wisata Sejarah

Rohil Semakin Serius Kembangkan Objek Wisata Sejarah

HARIANRIU.CO - Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir (Rohil ) Kembangkan objek wisata 
Seperti Halnya Objek wisata Domestik yakni Bakar Tongkang, Selain itu Pulau Jemur, Pulau Tilan, Danau Napangga, Danau Janda Gatal, Pinggiran Sungai Rokan, Bay Park, Pantai Biski, Telaga Air Panas dan Pantai Boting berkelanjutan menarik minat pelaku wisata dari luar mancanegara bahkan dunia internasional.

Sejumlah situs sejarah didaerah itu juga bakal berkembang menjadi objek wisata andalan di Negeri Seribu Kubah, khususnya peninggalan sejarah yang ada di Bagansiapiapi.

Terdapat lima situs sejarah di Bagansiapiapi yang nantinya akan dikembangkan dijadi objek wisata dan kini situs itu masih ada di ibukota Kabupaten Rokan Hilir, diantaranya Rumah Kapitan, Bekas Dermaga Pelabuhan Bagansiapiapi Tempoe Doeloe, Bank BRI, Water Leading, dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. RM. Pratomo Bagansiapiapi.

 Rumah Kapitan

Rumah Kapitan Tua Marga NG milik Kapitan NG I Tam, merupakan salah satu Rumah Kapitan yang tersisa di Kota Bagansiapiapi. Rumah Kapitan tersebut didirkan pada awal tahun 1900 yang kini ditempati warisannya bernama NG CONG BUNG. Bangunan Rumah Kapitan ini juga mengandung karakter eksotis pada wajah Kota Bagansiapiapi, simbol kemegahan dan keunikan masyarakat Tionghoa Bagansiapiapi dimasa silam ikut bergerak dan tumbuh bersama dengan sejarah Kota Bagansiapiapi, bahkan merepresentasikan beragam nilai dan sudut pandang sejarah, setidak-tidaknya menjadi bagian dari cagar budaya yang wajib dirawat, dipelihara dan dilestarikan. Pemkab Rokan Hilir pun ingin mengembangkan Rumah Kapitan yang berlokasi dibelakang Hotel Lion Bagansiapiapi itu untuk dijadikan sebagai objek wisata sejarah

“Saya bersama rombongan sudah meninjau salah satu objek wisata eks Rumah Kapitan. Saya agak tertegun melihat kondisi rumah itu dan sangat prihatin juga dengan kondisinya. Padahal kalau kita kembangkan bisa menjadi salah satu objek wisata,” kata Bupati Rokan Hilir, H Suyatno didampingi Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Rohil H. Ali Asfar usai meninjau Rumah Kapitan di Bagansiapiapi baru-baru ini.

Bupati mengaku sudah bertemu langsung dengan salah satu keturunan Kapitan bernama Tono, bahkan warisan NG CONG BUNG itu merespon keinginan pemerintah setempat untuk mengembangkan Rumah Tua tersebut menjadi objek wisata. “Tapi tentunya harus melalui musyawarah pihak keluarga terlebih dahulu,” katanya.

Soal renovasi bangunan Rumah Kapitan, Bupati mengaku prihatin melihat kondisinya yang cukup berat dan membutuhkan biaya yang cukup besar. “Makanya nanti bilamana pihak keluarga sudah menyetujui dan dilimpahkan pengelolaannya kepada Pemda nanti akan kita minta dana ke Pemerintah Pusat untuk merenovasi bangunan itu,” ujarnya.

 Pelabuhan Bagansiapiapi tempoe doeloe

Bekas Dermaga Pelabuhan Bagansiapiapi Tempoe Doeloe hingga kini masih ada tepatnya disamping Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Pratama Bagansiapiapi.

Sekretaris Daerah (Sekda) Rokan Hilir, Drs H Surya Arfan M.Si, didampingi Kepala Bagian Kesra Sekdakab Rohil, Drs H Muhammad Zen baru-baru ini juga mengunjungi sejumlah situs sejarah yang ada di Bagansiapiapi. Menurut Sekda beberapa objek situs sejarah di Bagansiapiapi selama ini belum digali secara maksimal. “Setelah saya lihat dilapangan ternyata merupakan potensi situs sejarah yang luar biasa yang saya kira tidak ada ditempat lain, ini suatu hal yang membanggakan kita,” katanya.

Ia menegaskan, sejalan dengan kebijakan Pemkab Rohil dimana Bupati dan Wakil Bupati ingin mengembangkan wisata selain Bakar Tongkang dan Pulau Jemur. Karena itu Pemkab Rohil akan mencoba merangkaikan dengan beberapa potensi wisata lainnya, seperti wisata situs sejarah.

Situs pelabuhan ini, terang dia sebenarnya dulunya itu pelabuhan Internasional, karena dulunya merupakan lalu lintas barang ekspor impor yang dibangun pada tahun 1931. Kini bekas-bekas besi masih ada disamping Kantor Bea dan Cukai.  “Kita ingin situs pelabuhan ini kita bangkitkan kembali sejarahnya, agar anak cucu kita tahu bahwa Bagansiapiapi ini pernah punya pelabuhan besar dulunya. Untuk kita bayangkan bersama yang sekarang ujung daripada pelabuhan itu ditengah jalan tembus di Jalan Muslimin. Jadi pelabuhan ini bentuknya leter T,” sebut Surya Arfan.

Sekda mengaku sudah menyurati pihak Bea Cukai setempat dan berharap agar mau membugarkannya kembali sebagai situs sejarah, sehingga nantinya bisa menjadi salah satu objek wisata bagi wisatawan yang berkunjung di Bagansiapiapi. “Disebelahnya juga ada pasar yang dibangun sejak tahun 1924. Sekarang jadi Pasar Pelita. Lebih dulu pasar itu dibangun daripada pelabuhan ini,” tuturnya.

BRI Bagansiapiapi

Ternyata Kantor Bank Rakyat Indonesia (BRI) cabang Bagansiapiapi sudah ada sejak tahun 1917 dengan para direkturnya. Kala itu BRI bernama De Visscherij Bank “Bagan Madjoe”, atau biasa di sebut Bank Bagan Majoe (Bank Bagan Maju). Di kemudian hari Bank Bagan Maju menjelma menjadi BRI, dan menjadi Kantor Cabang BRI kedua di Indonesia. BRI Cabang Bagansiapiapi kala itu memiliki kode Cabang dengan nomor 2 yang menandakan bahwa BRI Bagansiapiapi adalah Kantor Cabang Kedua di Indonesia.

“Kalau bangunan yang ada didepan BRI sekarang ini dibangun tahun 1836. Kita berharap nanti rumah dinas BRI itu kita jadikan situs sejarah juga, rencananya akan dijadikan museum sejarah. Nanti akan kita koordinasi dengan pihak BRI dimana uang pertama dulu di zaman penjajah hingga merdeka kita tampilkan dimuseum itu nanti,” kata Surya Arfan yang sebelumnya juga meninjau bekas dermaga pelabuhan Bagansiapiapi Tempoe Doeloe.

Menurut dia, salah satu indikator apabila ada perbankan didaerah itu perputaran uang cukup tinggi kala itu sejalan dengan hasil produksi ikan di Bagansiapiapi yang dulunya terbesar kedua di dunia setelah kota Bergen, di Norwegia. “Akan kita bangkitkan kembali sejarah ini agar anak cucu kita tahu bahwa Bagansiapiapi punya sejarah yang luar biasa pada era sebelum Belanda, malahan di Bea Cukai juga kita lihat ada Meriam. Meriam itu berusia 300 tahun yang lalu, karena Meriam itu dibuat pada zaman Portugis bukan zaman Belanda malahan,” tuturnya.

Water Leading

Water Leading Bagansiapiapi yang berlokasi di Jalan Siak, Kelurahan Bagan Timur, Kecamatan Bangko, Kabupaten Rokan Hilir merupakan satu sistem Pengolahan Air Bersih yang dilakukan pada zaman Belanda tahun 1924. Sistem pengolahan air tersebut hingga kini kondisinya masih utuh dan berdekatan dengan pemukiman warga. Ketika baru terbentuknya Kabupaten Rokan Hilir sistem Pengolahan Air Bersih ini pernah dimanfaatkan, namun karena adanya perkembangan pembangunan didaerah itu mengakibatkan beberapa pipa air terpotong dan tidak berfungsi lagi. “Kita berharap ini juga akan menjadi situs sejarah bahwa di Bagansiapiapi dulunya mempunyai suatu sistem air bersih yang luar biasa dikemas pada zaman Belanda. Sampai saat ini pembangunannya masih utuh,” kata Surya Arfan.

Halaman :

Berita Lainnya

Index