HARIANRIAU.CO, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS gagal melanjutkan reli dengan ditutup jatuh di zona merah, Selasa (3/5/2016), setelah ditutup menguat 0,16% pada Senin.
Bloomberg melansir, di pasar spot mata uang NKRI ditutup turun 0,22% atau 29 poin ke 13.188/dolar AS dari penutupan Senin yang berada di 13.159/dolar AS.
Kurs Garuda mengawali perdagangan dengan berada di 13.124/dolar AS karena menguat 0,27% atau 35 poin, namun setelah itu tertekan dan sempat berayun di zona penguatan dan pelemahan (fluktuatif), sebelum akhirnya terpelanting ke zona merah dan terbenam di sana hingga perdagangan berakhir.
Sepanjang hari ini rupiah bergerak di kisaran 13.123-13.190/dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas, Rangga Cipta, mengatakan, sebenarnya mata uang Garuda berpotensi menguat karena ditopang sentimen positif dari domestik.
Indeks manufaktur yang kembali naik menjauhi batas 50, dinilai memberikan sentimen positif terhadap prospek pertumbuhan, dan menjelang dirilisnya angka pertumbuhan kuartal I-2016 pada Senin pekan depan.
Dia memperkirakan, pertumbuhan pada Januari-Maret 2016 masih di kisaran 5% (YoY).
“Namun perlu diwaspadai harga minyak yang turun tajam semalam yang biasanya juga meminta penguatan dolar AS,” paparnya dalam riset seperti dikutip Bisnis.
Dolar AS masih melemah terhadap 10 mata uang utama dunia, namun bergerak menguat terhadap delapan mata uang emerging markets di Asia.
Bloomberg Dollar Index Spot yang mengukur kekuatan mata uang Paman Sam terhadap 10 mata uang global, termasuk won, yen dan dolar Australia, sore ini jatuh 0,50% ke level 92,16.
“Ini level terendah yang pernah terlihat pada Januari 2016,” ujar Reuters.
Namun Bloomberg JPMorgan Asia Dollar Index yang mengukur kekuatan mata uang emerging markets di Asia terhadap dolar AS, ikut turun meski tipis, yakni 0,08% ke level 108,38.
Euro menguat 0,46% ke 1,1587/dolar AS, poundsterling naik 0,08% ke 1,4685/dolar AS, yen menguat lagi 0,59% ke 105,7800/dolar AS. Ini level terkuat sejak Oktober 2014. Sementara dolar Australia terpukul kebijakan bank sentral negaranya yang memangkas suku bunga acuan sebedar 25 bsp ke level 1,75%, terhempas 1,20% ke 0,7575/dolar AS.
Hanya tiga dari delapan mata uang emerging markets di Asia yang menguat, yakni peso Filipina yang melejit 0,14%, rupee India yang naik 0,12% dan dolar Taiwan yang menguat 0,10%.
Ringgit Malaysia terjatuh paling dalam karena turun 0,40%, disusul won yang terkoreksi 0,23% dan rupiah yang turun 0,22%.
Baht Thailand melemah 0,16% dan yen China longsor 0,01%.