Ritual Sesat di Trenggalek, Sekeluarga Bunuh Ibu Kandung

Ritual Sesat di Trenggalek, Sekeluarga Bunuh Ibu Kandung
Para pelaku ritual sesat di Trenggalek diamankan

HARIANRIAU.CO - Ritual sesat di Trenggalek memakan korban. Ritual pengobatan dan mengusir setan menyebabkan Tukinem (51), warga Bendungan, Trenggalek, meregang nyawa. Pembunuhnya tidak lain adalah tujuh anggota keluarga korban. Mereka adalah Rini Astuti (anak kandung), Jayadi Budi (menantu korban), Jemitun (adik kandung), Suyono (adik ipar), Katenun (adik ipar), Apriliani (keponakan), dan Andris Prasetyo (keponakan).

Kasatreskrim Polrestabes Trenggalek AKP Sumi Andana membenarkan kejadian tersebut. Korban tewas akibat digelonggong air dan ikan teri oleh ketujuh tersangka selama 30 menit. Airnya berasal sumber mata air pegunungan.

“Jadi seperti digelonggong begitu. Aliran airnya deras juga. Karena dari sumber pegunungan,” kata Sumi sewaktu dikonfirmasi wartawan, Selasa (6/3).

Tragedi bermula saat Rini, anak kandung korban sekaligus pemimpin ritual dan keenam anggota kerabat lain usai melaksanakan ritual tiap Jumat malam. Dimulai pukul 18.00 WIB hingga 04.00 WIB. Mereka menyembelih 5 ekor ayam dan memakan ayamnya dengan nasi tumpeng.

Paginya, mereka mengeluarkan semua perabot rumah dan melanjutkan prosesi ritual aneh tersebut. Ketujuh tersangka mengguyur seluruh tubuh dengan air. Prosesi sesat tersebut berlangsung hingga pukul 15.00 WIB.

Tak lama, Tukinem yang tinggal serumah dengan ketujuh tersangka, keluar dari kamarnya. Dia mengeluh pusing dan sakit perut. Sebagai anak tertua, Rini pun menawarkan diri membantu menyembuhkan keluhan korban.

Tukinem menolak. Tapi Rini memaksa. Tersangka memerintahkan anggota keluarga lain merebahkan korban. Saat korban terlentang di ruang tengah, masing-masing tersangka memegangi kaki dan tangan korban.

Termasuk Rini yang membuka paksa mulut korban dan menggelonggongnya dengan aliran air dan memasukkan ikan teri melalui selang. Katanya, sebagai bagian dari ritual pengobatan.

“Dari hasil otopsi sementara, korban mati lemas karena saluran udara tersumbat. Sehingga, korban kehabisan nafas. Paru-parunya juga penuh dengan air,” jelas Sumi.

Saat ini, polisi masih melakukan penyelidikan lebih lanjut terhadap ketujuh tersangka. Termasuk dari mana asal usul ritual yang dilakukan tersangka sebelum kematian korban. “Idenya mereka dari mana, itu masih kami gali. Asalnya dari aliran agama apa, gurunya siapa, itu yang masih kami telusuri,” katanya.

sumber: pojoksatu

Halaman :

Berita Lainnya

Index