Kronologis Sekeluarga Bunuh Ibu Kandung di Trenggalek, Digelonggong Air Pakai Selang 7 Meter

Kronologis Sekeluarga Bunuh Ibu Kandung di Trenggalek, Digelonggong Air Pakai Selang 7 Meter

HARIANRIAU.CO - Kematian Nenek Tukinem (51) yang dibunuh oleh anak kandung dan keluarganya sendiri menyisakan cerita mistis ritual sesat. Warga Dusun Jeruk Gulung RT 01 RW 01 Desa Surenlor, Kecamatan Bendungan, itu akhirnya meregang nyawa setelah digelonggong air bercampur ikan teri selama 30 menit oleh keluarganya sendiri.

Mereka adalah Rini Astuti (anak kandung), Jayadi Budi (menantu korban), Jemitun (adik kandung), Suyono (adik ipar), Katenun (adik ipar), Apriliani (keponakan), dan Andris Prasetyo (keponakan).

“Jadi seperti digelonggong begitu. Aliran airnya deras juga. Karena dari sumber pegunungan,” kata AKP Sumi Andana menyatakan sewaktu dikonfirmasi wartawan, Selasa (6/3/2018).

Sumi menyatakan, ritual tersebut dilakukan sebagai bagian dari ritual pengobatan pada Minggu, 4 Maret 2018 sekitar pukul 15.30 WIB.

Peristiwa ini bermula dari laporan meninggalnya Tukinem yang disebut akibat tersedak air. Namun, polisi mendapati kejanggalan dan melakukan penyelidikan.

Benar saja, berdasarkan hasil pemeriksaan sejumlah saksi dan hasil autopsi, Tukinem tewas karena tersedak air yang dicekoki para pelaku.

Sementara, Kabid Humas Polda Jawa Timur, Kombes Frans Barung Mangera dalam keterangannya menyatakan, korban diketahui meninggal karena tertutupnya saluran pernafasan akibat air.

“Dan kekerasan benda tumpul di sekitar mulut dan hidung yang mengakibatkan paru-paru dan rongga dada berisi cairan yang mengakibatkan korban meninggal,” ujar Frans, Selasa (6/3/2018).

Berdasarkan pengakuan para pelaku, peristiwa ini berawal dari ritual pengusiran roh halus yang diklaim merasuki tubuh Tukinem pada Jumat (2/3/2018) sekitar Pukul 18.00 WIB.

Ritual tersebut dilakukan dengan menyembelih 5 ekor ayam yang kemudian dimakan bersama-sama dengan nasi tumpeng.

Selanjutnya pada Minggu (4/3/2018) sekitar pukul 09.00 WIB, anak kandung korban Rini Astuti yang juga pelaku, menyuruh anggota keluarganya mengeluarkan perabot rumah.

Hal ini dimaksudkan sebagai bagian dari kelanjutan ritual yang dimaksud. Setelah ritual itu, Tukinem mengeluh pusing dan sakit perut.

Sebagai anak tertua, Rini menawarkan diri membantu menyembuhkan keluhan korban.

Tukinem menolak. Tapi Rini memaksa.

Tersangka memerintahkan anggota keluarga lain merebahkan korban. Saat korban terlentang di ruang tengah, masing-masing tersangka memegangi kaki dan tangan korban.

Termasuk Rini yang membuka paksa mulut korban dan menggelonggongnya dengan aliran air dan memasukkan ikan teri melalui selang yang katanya sebagai bagian dari ritual pengobatan.

Penggelonggongan korban itu sendiri dilakukan dengan menggunakan selang sepanjang tujuh meter.

Rini dibantu pelaku lainnya memasukan selang yang berisi air bercampur ikan teri ke dalam mulut korban kurang lebih selama 30 menit.

Hasil pemeriksaan medis Tim Forensik Rumah Sakit Bhayangkara Kediri menyebutkan Tukinem meninggal dunia karena tertutupnya saluran udara oleh air.

Selain itu juga diakibatkan kekerasan benda tumpul di sekitar mulut dan hidung yang mengakibatkan paru-paru dan rongga dada berisi cairan yang mengakibatkan korban meninggal.

“Modus operandinya diduga pelaku berdalih melakukan pengobatan sekaligus mengusir roh halus halus yang bersemayam di tubuh korban,” jelasnya.

Hingga saat ini, polisi masih menyelidiki lebih lanjut peristiwa tersebut.

Termasuk dari mana asal usul ritual yang dilakukan tersangka sebelum kematian korban.

“Idenya mereka dari mana, itu masih kami gali. Asalnya dari aliran agama apa, gurunya siapa, itu yang masih kami telusuri,” katanya.

sumber: pojoksatu

Halaman :

Berita Lainnya

Index