Alami Tuli dan Buta, Pasangan Lansia Ini Malah Tinggal di Gubuk Reot

Alami Tuli dan Buta, Pasangan Lansia Ini Malah Tinggal di Gubuk Reot
Gubuk tua dan reot jadi tempat tinggal pasangan lansia

HARIANRIAU.CO - Zaman sudah sedemikian maju, namun masih begitu banyak masyarakat kita yang belum menikmati dampak dari pembangunan itu, salah satunya pasangan suami istri di Kampar ini.

Usia senja yang katanya adalah masa-masa menikmati hasil usaha di waktu muda dan hanya tinggal menghabiskan waktu untuk bermain bersama cucu dan anak-anak tak berlaku bagi pasangan kakek dan nenek di RT 002/RW 004 di Desa Pulau Sarak, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar ini.

Kehidupan Kakek Kamid dan Nenek Ratini memang membuat orang yang melihatnya terenyuh dan menyayat hati, tak jarang banyak yang meneteskan air mata ketika melihat langsung atau mendengar kisahnya. 

Betapa tidak, keduanya hidup di sebuah gubuk kecil yang sangat sederhana. Gubuk yang terletak di pinggir sawah, di lahan sempit ini berlantai papan yang sudah lapuk. Gubuk ini tak berpintu dan hanya kelambu kusam yang dibuka tutup untuk membatasi alam terbuka dengan bagian dalam gubuk. 

Perkakas rumah tangga di gubuk inipun sangat sederhana. Pasangan ini hidup di tempat yang kumuh, air yang digunakanpun diperkirakan tak layak dikonsumsi. 

Maklum saja, selain mereka sudah berusia senja, secara fisik keduanya juga mengalami keterbatasan. Sang nenek yang sudah berusia 72 tahun mengalami kebutaan. Begitu juga sang kakek, pendengarannya sudah tak normal lagi, alias pekak. Lengkap sudah penderitaan mereka. Untuk memenuhi kebutuhan makan, mereka hanya berharap belas kasihan masyarakat sekitarnya. 

Adalah Komunitas Peduli Bangsa (KPB) yang mengangkat persoalan ini di media sosial sehingga menjadi heboh beberapa hari ini. Terkuaknya kondisi pasutri lansia ini tak jarang mengundang perdebatan.

Melalui akun Facebook miliknya, Ketua KPB Afrida Yani memposting kondisi keluarga ini pada Ahad (8/4/2018) kemarin. 

"Pak kamid dan ibu ratini.. Tinggal berdua dlm keadaan mata rabun. Tinggal dipondok ukuran 2 x 2 di desa pulau sayak kampar... Apa tdk terdata atau tdk ada pak RT nya ya? Inikan pemandangan yg luar biasa.  ...apalah perasaan kta melihat kedua org tua yg lemah ini? Insyaallah senen komunitas kt akan kunjungi beliau...," begitu status yang ditulis Afrida Yani beserta foto sang nenek yang sedang duduk membenahi peralatan dapurnya pada Ahad (8/4/2018) lalu seperti dilansir Suarakampar.com.

Status ini kemudian mendapat komentar hingga puluhan komentar. Hampir semuanya merasa prihatin dan simpati atas nasib kedua pasangan lanjut usia ini.

Dihari berikutnya, Senin dan Selasa, Afrida masih memposting beberapa status terkait hal ini termasuk saat kedatangannya ke lokasi mengantarkan bantuan berupa uang tunai, beras, alat pembersih rumah dan beberapa bahan sembako bersama pegawai Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kampar Zamhur serta tokoh muda Kampar asal Gunung Sahilan Yusroni Tarigan.

Berbagai komentar rasa keprihatinan kembali muncul setelah postingan foto-foto kakek dan nenek tersebut. Selasa (10/4/2018) siang, Afrida Yani mengungkapkan panjang lebar tentang kondisi yang mereka lihat di tempat kediaman Kakek Kamid dan Nenek Ratini.

"Saat kami datang mereka belum makan karena tak memiliki beras untuk dimasak. Mereka belum makan karena nggak ada yang ngasih. Biasanya tetangga di sana ngasih mereka makan. Mungkin saat itu tetangganya juga sedang nggak ada juga. Benar-benar menyedihkan," beber Afrida dengan nada terisak karena sedih mengenang kondisi keluarga miskin ini.

Setelah ia telusuri, ternyata anak mereka juga tinggal di desa tersebut. Namun kondisi anak laki-laki nya yang beristrikan orang Pulau Sarak juga tergolong keluarga kurang mampu. Ia mendapat informasi, kakek nenek asal Jawa Barat bersuku Sunda ini tidak mau tinggal bersama anak dan menantunya tersebut meskipun anak dan menantunya sudah sering mengajaknya tinggal bersama mereka.

Melihat kondisi itu, Afrida mengaku sudah berkoordinasi dan berkomunikasi dengan Kepala Desa Pulau Sarak dan berharap pemerintah desa bersama-sama memikirkan bagaimana bisa membangun sebuah pondok kecil yang lebih layak untuk kakek dan nenek ini.

Ia juga meminta kepala desa menggalang sumbangan agar setiap bulan bisa menyumbangkan beras dan bahan kebutuhan pokok lainnya karena kondisi pasangan suami istri ini benar-benar hanya mengandalkan belas kasihan orang lain agar mereka bertahan hidup.

KPB dan beberapa pihak yang peduli sudah memikirkan untuk membangun rumah sederhana untuk Kamid dan Ratini. Namun persoalannya, tanah yang mereka tempati sekarang bukanlah tanah mereka. Ia berharap ada orang yang mau meminjamkan tanah agar keduanya hidup lebih layak. Ia berharap Pemerintah Desa Pulau Sarak dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kampar bergerak cepat dan mengimplementasikan janji-janjinya.

"Dua minggu ini kita targetnya cari tanah dan langsung bangun. Pihak Pemdes dan BPBD jangan wacana saja. Kalau lambat kami akan ambil alih," tegas perempuan enerjik yang beberapa waktu terakhir ini sering turun bersama anggota KPB membantu keluarga kurang mampu ini.

Kepada Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kampar Afrida juga bermohon agar mendistribusikan zakat untuk keluarga ini.

Kepala Desa Pulau Sarak, Kecamatan Kampar  Erwin Saputra ketika dikonfirmasi suarakampar.com, Rabu (11/4/2018) menjelaskan, pasangan suami istri lansia ini mulai menetap di Desa Pulau Sarak tahun 2013 bersama anak laki-lakinya yang memiliki istri warga Pulau Sarak. 

Meskipun anaknya menyampaikan bahwa kehidupan ekonominya sulit karena dia bekerja sebagai kuli harian, namun kedua orang tua ini tetap ngotot ikut anaknya merantau ke Pulau Sarak. Awalnya orang tua ini tinggal bersama anaknya dan terakhir berpisah tempat tinggal.

"Setelah lama di sini, mungkin ada kesalahpahaman antara anak menantu, maka dibuatkanlah sama anaknya gubuk berdinding terpal," katanya.

Melihat hal itu masyarakat lalu membuat gubuk di dekat saung kelompok tani.  Namun gubuk itu terkena dampak banjir dan mereka pindah mendirikan gubuk di lokasi yang ditempati saat ini di pinggir sawah, tempat petani beristirahat.

Masyarakat sekitar dan Pemerintah Desa Pulau Sarak selama ini bukannya tidak peduli. Sebab masyarakat dan dirinya selaku kepala desa selalu membantu menyumbangkan beras dan nasi bungkus. 

Erwin menambahkan, setelah Komunitas Peduli Bangsa (KPB) datang ke gubuk milik Kamid dan Ratini, ia langsung menanyakan kepada anaknya apakah bapak dan ibunya belum makan. Namun anaknya membantah orang tuanya itu sudah makan dan juga memiliki beras untuk dimasak. Salah satu perilaku pasangan lansia ini menurut penuturan anaknya kata Kades Pulau Sarak adalah tidak mau memakan makanan yang dimasakkan anak menantunya.

Erwin juga menyebutkan bahwa selama ini Pemdes Pulau Sarak juga selalu membuat kebijakan memberikan jatah beras miskin (raskin) meskipun pasangan ini telah masuk dalam kartu keluarga anaknya karena anaknya juga mendapatkan raskin. Namun saat ini pihaknya tak bisa lagi membuat kebijakan membagi raskin karena terkait aturan yang tidak membolehkan raskin dibagi kepada pihak lain yang diluar daftar penerima dan saat ini raskin datang sekali sebulan dan sulit untuk membaginya.

Kemudian anaknya yang dari Lipatkain juga selalu membantu orang tuanya dengan beras dan kebutuhan lain.

"Kemarin saya sudah smpaikan ke KPB, kalau mau membantu tak usah menyalahkan. Kini hidup orang di Kampung juga susah, memotong (menyadap karet) harganya Rp 6000 perkilogram. Kalau hari musim hujan bagaimana cara membantunya," ucap Erwin.

Ia mengharapkan, jika ada pihak yang simpati dan ingin membantu ia minta tidak perlu memojokkan pihak lain. 

Mengenai gubuk yang ditempati pasangan ini, Erwin mengaku dulu pernah merapatkan hal ini dan ada yang mengusulkan untuk membuat rumah layak huni, tetapi pasangan suami istri ini tidak punya tanah. Lagipula anaknya telah dibantu pembangunan rumah layak huni.

"Anaknya pernah dibantu rumah layan huni. Setiap warga dapat dibantu, tetapi kalau sudah dapat tidak bisa dibantu lagi," beber Erwin dikutip harianriau.co dari riausky.com.

Persoalan yang telah mencuat ke media ini telah disikapi oleh Pemerintah Desa Pulau Sarak dan ia menyampaikan hal ini ke Ketua BPD. Untuk membangun pondok baru, pihaknya sudah bermusyawarah dengan pihak keluarga, dan pihak keluarga sudah siap meminjamkan lahan untuk pembangunan pondok baru.

Halaman :

Berita Lainnya

Index