Industri Sawit Riau Diuntungkan Kenaikan Nilai Dolar

Industri Sawit Riau Diuntungkan Kenaikan Nilai Dolar
Ilustrasi/Int

HARIANRIAU.CO - Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman menilai industri kelapa sawit di daerah itu yang selama ini berorientasi ekspor, tidak akan terkena imbas negatif penguatan nilai mata uang dolar AS terhadap rupiah yang melemah.

Pria yang akrab disapa Andi Rachman itu di Pekanbaru, Rabu, mengatakan industri kelapa sawit Riau akan sangat diuntungkan dari nilai tukar dolar AS yang meningkat. Karena itu, ia berharap agar keuntungan tersebut bisa juga dirasakan oleh masyarakat, khususnya yang berprofesi sebagai petani sawit.

"Kita harap industri seperti kelapa sawit, agar masyarakat akan bisa menikmati dengan menguatnya dolar ini," katanya dikutip harianriau dari laman antarariau.

foto: Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman

Menurut dia, kenaikan nilai dolar terhadap rupiah akan menimbulkan efek plus dan minus terutama bagi masyarakat dan industri. Industri dengan orientasi ekspor dan sedikit mengimpor bahan baku tentu akan meraup keuntungan dari nilai tukar dolar ke rupiah.

"Pengaruhnya ke industri kalau ada seperti itu di Riau yang akan diuntungkan dengan kondisi ini," katanya.

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi andalan Riau, dengan luas arena kebun sawit kini sudah lebih dari dua juta hektare. Kelapa sawit selama ini juga jadi andalan karena berkontribusi besar dalam neraca perdagangan Riau dari sektor non migas.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Riau, pada bulan Juli 2018, neraca perdagangan Riau surplus sekitar 1,29 miliar dolar AS. Hal ini terjadi karena surplus pada sektor non migas sebesar 998,23 juta dolar AS, sedangkan sektor migas sebesar 290,45 juta dolar AS.

Dari sisi volume perdagangan, pada bulan tersebut neraca perdagangan Riau mengalami surplus sebesar 2.119.550 ton. Hal tersebut didorong oleh surplusnya neraca volume perdagangan sektor non migas sebesar 1.569.590 ton dan sektor migas sebesar 549,97 ribu ton.

Hanya saja, ekspor minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan turunannya menurun pada Juli 2018. Komoditi yang masuk dalam golongan barang lemak & minyak hewan/nabati turun sebesar 13,95 juta dolar AS dibandingkan Juni 2018.

Dari 10 golongan barang ekspor non migas terbesar bulan Juli 2018 dibanding bulan sebelumnya, kenaikan terbesar terjadi pada bubur kayu (pulp) sekitar 22,36 juta dolar AS, kertas dan karton 19,01 juta dolar AS, berbagai produk kimia 12,03 juta dolar AS, ampas dan sisa industri makanan 4,59 juta dolar AS, dan bahan kimia organik sebesar 2,79 juta dolar AS.

Halaman :

Berita Lainnya

Index