Ini Kata WWF Soal Kematian Harimau Sumatera Betina Dewasa di Kuansing

Ini Kata WWF Soal Kematian Harimau Sumatera Betina Dewasa di Kuansing
Harimau sumatra betina yang ditemukan

HARIANRIAU.CO - Organisasi internasional non-pemerintah, World Wild Fund for Nature (WWF), menyatakan bahwa kematian harimau berdampak luas terhadap populasi satwa bernama latin "panthera tigris sumatrae" tersebut.

"Dari hasil beberapa analisis menunjukkan bahwa ketika kehilangan individu harimau secara langsung, berpengaruh terhadap ketahanan populasinya," kata Module Leader Riset Harimau WWF Sumatera Bagian Tengah, Febri Anggriawan Widodo kepada Antara di Pekanbaru, Rabu.

foto: ilustrasi

Ia menuturkan, bahwa kematian seekor harimau secara langsung dampaknya lebih buruk dibanding dengan penyusutan habitat harimau. Jika penyusutan habitat, maka harimau masih dapat bertahan dalam jangka waktu tertentu.

"Tapi kalau individu hilang, kehilangan satu betina yang bisa mereproduksi beberapa anak. Itu sangat disayangkan," ujarnya.

Tidak hanya harimau betina, kehilangan individu harimau jantan juga memiliki dampak yang cukup luas. Harimau jantan, berperan penting untuk memperkaya genetik keturunannya sehingga keduanya dibutuhkan pengawasan ketat dari semua pihak.

Ia menjelaskan, hal tersebut ketika dikonfirmasi terkait kematian seekor harimau betina dewasa di Kabupaten Kuantan Singingi.

"Si belang" malang itu ditemukan mati dengan kondisi mengenaskan. Tubuh harimau yang dipastikan dalam kondisi hamil itu terlilit tali penjerat di areal perbukitan. Sebelum mati dalam kondisi mengenaskan, harimau tersebut sempat terperangkap jerat warga.

"Kami sangat menyayangkan kematian satwa yang dilindungi tersebut, apalagi ini satwa betina dewasa yang siap untuk melahirkan anak anak harimau selanjutnya," kata Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Suharyono.

Ia menjelaskan, sebelum ditemukan mati, sehari sebelumnya atau pada Selasa (25/9), pukul 10.30 WIB, pihaknya menerima laporan dari masyarakat tentang adanya harimau sumatera liar yang terjerat di perbatasan Desa Muara Lembu dan Pangkalan Indarung. Suharyono kemudian memerintahkan tim Rescue Bidang KSDA Wilayah 1 menuju tempat itu untuk melakukan penyelamatan.

Tim rescue bergerak ke lokasi yang akses transportasi cukup sulit, sehingga harus sekitar dua jam menggunakan motor dari Resort Petai. Tim menyisir lokasi sampai pada titik jerat.

Namun, petugas tidak menemukan satwa belang itu di lokasi jerat. Petugas hanya mememukan dua jerat yang terbuat dari tali nilon. Tim kemudian menelusuri sekitar lokasi ditemukan adanya tanda tanda satwa yang dilindungi berhasil meloloskan diri. Namun, karena hari telah gelap, tim memutuskan kembali melakukan penyisiran keesokan harinya.

Kemudian, pada 26 September pukul 12.30 WIB, tim rescue menemukan bangkai harimau sumatera menggantung di pinggir jurang dengan tali jerat membelit pinggangnya.

"Diperkirakan harimau tersebut berhasil meloloskan diri dari jerat, namun tali jerat tersangkut di semak dan membelit pinggangnya sehingga menggantung di tepi jurang dan membuatnya mati," kata Suharyono.

Halaman :

Berita Lainnya

Index