Kini Tidak Ada Lagi Desa Sangat Tertinggal di Bengkalis

Kini Tidak Ada Lagi Desa Sangat Tertinggal di Bengkalis
Yuhelmi Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) ketika membuka Sosialisasi Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis Desa (P2KTD) dan Rapat Koordi

HARIANRIAU.CO - Berdasarkan pemutakhiran data Indeks Desa Membangun (IDM) dari Kementerian Desa PDT dan Transmigrasi, ternyata di Kabupaten Bengkalis tidak ada lagi desa sangat tertinggal.

Demikian diungkapkan Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Yuhelmi, saat memberikan sambutan usai Senam di lingkup Pemerintah Kabupaten Bengkalis di Lapangan Pasir Andam Dewi, Kamis 27 Desember 2018.

di daerah kita tidak ada lagi desa sangat tertinggal. Meskipun demikian tetap ada desa tertinggal sebanyak 47 desa, berkembang 81 desa, maju 7 desa dan mandiri 1 desa.

Data IDM ini akan dikonsolidasikan dengan data BPS sebagai dasar pemerintah membuat Kebijakan dan Perencanaan Pembangunan Desa.

Pada tahun 2016 jumlahnya masih 33 desa, maka sejak tahun 2017 sudah tidak ada lagi. Untuk desa tertinggal, pada tahun 2016 jumlahnya 84, pada tahun 2017 masih tersisa 47 desa. Sementara untuk desa dalam kategori berkembang, meningkat sekitar 326,32 persen dari sebelumnya (2016) sebanyak 19 desa, menjadi 81 desa.

Sedangkan untuk desa dengan kategori maju dan mandiri, terdapat 7 desa maju dan 1 desa mandiri. Satu-satunya desa mandiri tersebut adalah Selat Baru di Kecamatan Bantan.

Pada kesempatan itu,  Yuhelmi kembali mengatakan bahwa Bengkalis sepuluh besar se-Indonesia, tepatnya posisi kelima sebagai kabupaten/kota dengan laju pertumbuhan pembangunan desa tercepat selama priode 2014-2018. Keberhasilan ini, tentu bukan semata-mata kerja PMD, berkat dukungan seluruh elemen maupun perangkat daerah dalam menunjang pembangunan desa-desa di Negeri Junjungan.

“Ini bukan kerja kami (PMD) semata, namun berkat dukungan sejumlah Perangkat Daerah (PD),” ungkap Yuhelmi.

Adapun indkator kabupaten dengan laju pertumbuhan tercepat tahun 2014-2018, yakni Indeks Ketahanan Sosial, Indeks Ketahanan Ekonomi dan Indeks Ketahanan Lingkungan.

Secara rinci, untuk Indeks Ketahanan Sosial meliputi skor akses sarana kesehatan, ketersedian dokter, bidan dan tenaga kesehatan lainnya. Kemudian tingkat kepesertaan BPJS, akses Poskesdes, aktivitas Posyandu, akses terhadap SD/MI, akses terhadap SMP/MTs, akses terhadap SMU/SMK.

Kemudian skor ketersedian PAUD, tersediaan PKMB/Paket ABC, akses terhadap pusat keterampilan/kursus. Ketersediaan taman bacaan masyarakat/perpustakaan desa. Kebiasaan gotong royong, frekuensi gotong royong, keberadaan ruang publi, kelompok kegiatan olahraga.

Kemudian, skor kegiatan olahraga, keberagamaan agama, keragaman bahasa, keragaman komunikasi dan pos keamanan, siskamling, konflik, PMKS, Akses SLB, akses listrik, sinyal, internet, akses internet warga, akses jamban, pengelolaan sampah, air minum, air mandi dan cuci.

Sedangkan Indeks Ketahanan Ekonomi, meliputi skor keberagaman produksi, pertokoann pasar, toko dan warung kelontong, kedai dan pengipan, pos dan jasa logistik, bank dan BPR, faslitas kredit, lembaga ekonomi, moda transportasi umum, keterbukaan wilayah dan kualitas jalan.

Selanjutnya Indeks Ketahanan Lingkungan, meliputi skor kualitas lingkungan, rawan bencana dan tanggap bencana. (bengkaliskab.go.id/)

Halaman :

Berita Lainnya

Index