Selama Karlahut, Sebanyak 221 Kasus Penyakit Akibat Asap di Rupat

Selama Karlahut, Sebanyak 221 Kasus Penyakit Akibat Asap di Rupat
Seorang ibu dan anaknya penderita penyakit akibat kabut asap saat diperiksa oleh petugas kesehatan di Puskesmas Kec. Rupat, Kab. Bengkalis, Riau.

HARIANRIAU.CO - Musibah kebakaran lahan dan hutan (karlahut) yang terjadi di Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau selama bulan Febuari lalu, mengakibatkan masyarakat terjangkit berbagai penyakit yang disebabkan oleh kabut asap.

Berdasarkan data yang dihimpun dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis, hingga Rabu (6/3/2019), sudah terjadi 221 kasus penyakit akibat kabut asap. Secara rinci jenis penyakit meliputi, ISPA atau Influenza Like Ilness (ILI) sebanyak 184 kasus. Kemudian, penyakit asma 5 kasus, penyakit konjungtivitis 6 kasus dan penyakit dermatitis 12 kasus.

Dari 184 kasus ISPA atau ILI, sebanyak 42,49 persen terjadi pada kelompok umur 20-44 tahun. Kemudian 27,80 persen terjadi pada anak-anak kelompok umur 5-9 tahun. Sebanyak 24,70 persen terjadi pada balita dengan kelompok umur 1-4 tahun. Terakhir 7,90 persen terjadi pada bayi umur di bawah 1 tahun.

Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Kabupaten Bengkalis melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Alwizar SKM, Kamis (7/3/2019), data-data penyakit tersebut berdasarkan updating laporan setiap hari dari UPT Puskesmas Batu Panjang dan UPT Puskesmas Teluk Lecah, Kecamatan Rupat. Selanjutnya data yang diterima langsung diteruskan ke Dinas Kesehatan Provinsi Riau.

Untuk menangani warga penderita penyakit kabut asap, Diskes Bengkalis langsung mengambil langkah cepat dengan cara mengaktifkan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dansurveilans aktif. Hal ini penting, sebagai upaya penyembuhan kepada penderita dengan melakukan care seeking sesegera mungkin.

“Warga masyarakat yang menderita penyakit-penyakit tersebut telah dilakukan care seekingsesuai SOP yang berlaku oleh puskesmas yang ada,” ungkap Alwizar.

Letak geografis Pulau Rupat yang berada di Pesisir Timur Pulau Sumatera dan berada di Selat Malaka sangat dipengaruhi oleh musim. Pada saat awal terjadinya kebakaran pada 25 Februari, memasuki musim angin utara. Yaitu angin berhembus sangat kencang dari arah Selat Malaka menuju continental Pulau Sumatera. Akibatnya asap dari karhutla di Pulau Rupat tertahan di wilayah Dumai dan sekitarnya.

“Bisa jadi faktor ini yang menyebabkan banyaknya angka penderita ISPA dan penyakit lainnya akibat asap karlahut,” ujar Alwizar. (MCR)

Halaman :

Berita Lainnya

Index