Sophia Sedih Dengar Wacana Sekolah Seharian

Sophia Sedih Dengar Wacana Sekolah Seharian

HARIANRIAU.CO, JAKARTA - Artis peran, penyanyi, dan model Sophia Latjuba (46) mengaku sedih mendengar wacana dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy, untuk memperpanjang waktu belajar para siswa di SD.

"Sedih rasanya kalau ada orang yang bertugas membenahi pendidikan justru menilai pendidikan itu akan menjadi lebih baik kalau ditingkatkan jamnya, bukan kualitasnya," tulis Sophie pada akun Instagram-nya, @sophia_latjuba88, Selasa (9/8/2016).

Menurut dia, para siswa seharusnya tetap mendapatkan kesempatan belajar sendiri di luar jam-jam akademis.

Lagipula, lanjut Sophie, waktu belajar yang terlalu panjang di sekolah berpotensi membuat para siswa lelah secara fisik dan mental. Begitu pula para guru mereka.

"Apakah kita mau Indonesia penuh dengan anak2 yang tidak mempunyai kesempatan belajar di waktu senggangnya di mana anak itu bisa explore dunia sekitarnya dengan sendirinya? Apakah kita mau Indonesia penuh dengan anak2 dan guru2 yang stess dan kelelahan?" tulisnya lagi.

Maka itu, ibu dua anak ini meminta kepada Presiden Joko Widodo agar tak memberi lampu hijau terhadap usulan Mendikbud tersebut.

"Dear Mr President, with all due respect, don't let political agendas interface with yout efforts to make our education system work for the sake of this country's future," tulisnya.

Diberitakan sebelumnya, usulan perpanjangan waktu belajar itu sudah disampaikan oleh Muhadjir kepada Wakil Presiden, Jusuf Kalla.

"Bapak Wakil Presiden setuju. Namun, beliau ada saran proyek percontohan dulu untuk menjajaki," kata Muhadjir Effendy, di Jakarta pada Senin (8/8/2016).

Muhadjir menjelaskan bahwa bersekolah sepanjang hari alias full day school sebenarnya sudah dijalankan oleh banyak sekolah, terutama sekolah swasta.

Menurut dia, sistem bersekolah sepanjang hari banyak memberi kesempatan kepada sekolah untuk menanamkan pendidikan karakter kepada para peserta didik.

Selain itu, program tersebut juga ditujukan untuk menghindari penyimpangan yang terjadi di luar waktu sekolah.

Muhadjir menyebutkan bahwa waktu pulang sekolah akan disamakan dengan waktu pulang kerja sehingga para anak didik tidak dilepas begitu saja setelah waktu sekolah.

"Jadi, anak pulang pukul lima sore, orangtuanya bisa jemput, sehingga anak kita tetap ada yang bertanggung jawab setelah dilepas pihak sekolah," ucapnya seperti dilansir kompas.

Kalau program itu diterapkan, dalam seminggu waktu sekolah lima hari saja. Sabtu dan Minggu libur.

Menurut dua lagi, itu akan memberi kesempatan bagi para peserta didik bisa berkumpul lebih lama dengan keluarga.

Halaman :

Berita Lainnya

Index