Maryan, Pengacara Muda Riau Harapkan Pemilu 2019 Terlaksana dengan Baik

Maryan, Pengacara Muda Riau Harapkan Pemilu 2019 Terlaksana dengan Baik

HARIANRIAU.CO - Pengacara muda Provinsi Riau, Maryan SH menghimbau kepada seluruh masyarakat agar menentukan pilihannya sesuai hati nurani pada Pilpres dan Pileg pada Pemilu 2019 ini. Senin (15/4) di ruang kerjanya.

Disampaikannya Pemilu kerap disebut pesta demokrasi. Maka, lazimnya mari sambut dengan suasana suka cita, canda tawa dan riang gembira. Dengan kata lain, Pemilu terselenggara dalam kondisi sejuk dan ramah, bukan panas amarah dan fitnah.

Menurutnya publik tahu 17 April 2019 akan dilaksanakan Pemilu serentak eksekutif dan legislatif. Yakni, memilih Presiden dan Wakil Presiden, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota.

"Rasa ketakutan yang ada di hati kecil kita semua. Itulah awal dari suasana gerah politik kita sekarang," tutur Maryan.

Sejak sekitar satu dekade lalu, lanjutnya, obrolan politik bukan lagi barang mewah milik elite parpol, pemerintah, akademisi, dan mahasiswa.

Public sphere yang digagas Juergen Habermas, tempat di mana orang bisa saling berargumen tentang politik, sudah 'going digital'. Semua orang bisa ikutan dari kalangan manapun, anak nongkrong sampai emak-emak.

Namun, dikatakannya kembi, berbeda dengan ruang publik sungguhan, ruang publik di dunia maya susah dikontrol.

"Anda mau tampil anonim atau menjadi alter ego tidak ada yang melarang. Ruang diskusi bercampur antara fakta dan fiksi, antara argumen dan sentimen," beber Maryan.

Disadari atau tidak, media sosial menjadi 'fear factory' yang terasa betul menebarkan ketakuta sejak hingar bingar Pilpres 2014, dan pasti akan berlanjut ke Pilpres 2019.

Alih-alih mencerdaskan, katanya, media sosial dikuasai pasukan cyber yang menebarkan ketakutan ke semua orang, mengganggu kenyamanan kita.

"Kita ditakut-takuti di media sosial, dan takutlah kita secara sungguhan. Takut kalah, takut menderita, takut ditindas, takut sengsara. Kalau sudah takut, maka sia-sialah pendidikan tinggi yang kita tempuh. Sia-sialah sederet gelar sarjana itu. Otak kita mengalami gagal fungsi untuk mengolah informasi. Kalah dengan emosi. Hati boleh saja panas, tapi pikiran tetap dingin dalam menentukan pilihan siapa kandidat yang anda pilih. Urusannya jadi sekadar menang atau kalah. Mereka pikir menang adalah segalanya. Mereka ada di dimensi yang jauh berbeda dengan elite politik. Konflik, konsensus, dan kompromi adalah barang yang masih asing untuk masyarakat," beber Maryan kembali.

Selain itu, dia juga mengatakan persaingan elite politik dari dulu begitu-begitu aja. Tidak ada kawan dan lawan abadi. Konflik biasa, konsensus dan kompromi pun cair-cair saja. Bermain di dua kaki ya biasa. Pindah kubu politik pun adalah praktik-praktik lama.

"Memilih Jokowi atau Prabowo, katanya, menang dan kalahnya mereka adalah tetap putra terbaik bangsa NKRI, Sederhana saja, itu urusan selera. Kumpulkan informasi yang valid, lalu pilih sesuai hati nurani," Tutup Maryan SH.

Halaman :

Berita Lainnya

Index