Kontribusi Sekolah Selamat Pagi Indonesia untuk Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan Dunia melalui UNESCO

Kontribusi Sekolah Selamat Pagi Indonesia untuk Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan Dunia melalui UNESCO

HARIANRIAU.CO - Keteladanan dan kepeloporan Sekolah Selamat Pagi Indonesia (SPI) kembali diapresiasi masyarakat dunia. Kali ini Sekolah Selamat Pagi Indonesia (SPI) didaulat menjadi pembicara pada gelaran 8th UNESCO APEID Conference on Entrepreneurship Education yang tahun ini diselenggarakan pada 9 hingga 11 Oktober di Hangzhou, China. Bukan tanpa alasan Sekolah SPI menjadi wakil Indonesia dalam ajang berbagi wawasan tentang pendidikan kewirausahaan tersebut, sekolah gratis khusus yatim piatu yang berlokasi di Batu, Malang, tersebut memang telah dikenal mampu mentransformasi siswa-siswi dari kalangan tidak mampu menjadi entrepreneur handal dengan kurikulumnya yang unik dan inovatif.  

Diwawancarai di kesempatan berbeda, Julianto Eka Putra, inisiator sekaligus pendiri Sekolah SPI menyatakan bahwa jalan menuju pengakuan UNESCO ini telah dirintis sejak beberapa tahun lalu dan kini berbuah hal yang baik bagi Sekolah SPI. “Ini merupakan tindak lanjut diundangnya SPI pada Mei 2017 lalu ke Kuala Lumpur dalam acara TVET 3rd High Officials Meeting on SouthEast Asia Technical And Vocational Education and Training. Sejak itu, kami menjalin komunikasi intensif dengan UNESCO Bangkok. Jadi mereka mengundang kami untuk memaparkan best practice yang kami lakukan dalam membangun entrepreneur education di Indonesia. Tentunya ini kesempatan yang sangat baik buat kita bisa belajar dan bertukar pikiran bagaimana kami bisa tumbuh menjadi lebih baik lagi,” jelas Julianto.

Konferensi pendidikan kewirausahaan ini merupakan agenda tahunan organisasi pendidikan, keilmuan dan kebudayaan PBB yang diberi nama Asian Programme of Educational Innovation for Development (APEID) berada di bawah naungan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Permasalahan yang diangkat konferensi ini khusus membahas bagaimana pendidikan kewirausahaan dapat membekali siswa dengan pengetahuan, keterampilan, dan bakat yang sesuai dalam persiapan untuk menghadapi tantangan di masa depan dunia.

Di tahun kedelapan penyelenggaraannya, acara yang diikuti 80 peserta yang datang dari seluruh dunia ini mengangkat tema “Entrepreneurship Education for the 4th Industrial Revolution”. Beberapa hal yang menjadi poin pokok acara tersebut yakni: identifikasi dampak potensial dari Revolusi Industri ke-4 terhadap pendidikan, diskusi mengenai respons pendidikan kewirausahaan untuk memenuhi tuntutan Revolusi Industri ke-4, berbagi wawasan mengenai praktik-praktik pendidikan kewirausahaan yang tepat dalam mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi Revolusi Industri ke-4, serta untuk menjalin kemitraan dan kolaborasi di antara anggota EE-Net dalam memenuhi tantangan tersebut. Delegasi Sekolah SPI di ajang ini diwakili oleh Dr. Tech. Sendy Fransiscus Tantono, ST., MT., M. Eng. (Ketua Yayasan SPI), Risna Amalia Ulfa, S.Si., M.M. (Kepala Sekolah SPI) dan dua orang siswa SMA, Kholifatul Mubasyiroh dan Ridwan Dinar Maleo.

“Merupakan suatu kehormatan bagi SPI bisa berpartisipasi dalam forum internasional semacam ini. Semoga apa yang kami sampaikan di acara UNESCO ini bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat dunia, begitu pula bagi kami. Harapannya tentu ada yang bisa dibawa pulang untuk diterapkan di SPI, terutama karena kami juga baru meresmikan sekolah tinggi bisnis di SPI,” ungkap Risna Amalia Ulfa, Kepala Sekolah SPI melalui sambungan telepon (12/10).

Sekolah SPI merupakan sekolah berasrama (Boarding School) khusus kaum dhuafa yang merekrut siswanya dari seluruh Indonesia, dengan latar yang beraneka ragam, baik agama, maupun sukunya. Hal ini menjadikan Sekolah SPI unik, kompleks dan berbasis Bhineka Tunggal Ika. Seluruh biaya hidup dan pendidikan di Sekolah SPI ditanggung Yayasan dan dilaksanakan oleh sekolah. Sekolah SPI merupakan satu-satunya SMA dan Sekolah Tinggi yang menerapkan kurikulum entrepreneurship lengkap dengan laboratorium life-skill yang diberi nama Transformer Center, berlokasi di kota Batu, Jawa Timur. Transformer Center terdiri dari puluhan unit usaha sebagai sarana belajar langsung bagi siswa-siswi untuk menerapkan teori-teori yang didapatkan di kelas. Sehingga peserta didik dapat mengalami dengan nyata dan membangun kebiasaan (habit) dan keahlian (skill) dalam mengelola berbagai jenis usaha. Divisi-divisi usaha tersebut antara lain; agen wisata, peternakan, perkebunan, penyiaran, manajemen pertunjukan, pernak-pernik, kuliner, hotel, merchandising, hingga event organizer. 

Salah satu divisi usaha terbarunya, Butterfly Pictures tengah menggarap film pertama mereka dengan berkolaborasi dengan aktor watak Verdi Solaiman sebagai Produser, berjudul Anak Garuda. Film ini menceritakan kisah nyata siswa-siswi Sekolah SPI yang berasal dari kalangan tidak mampu, dalam perjuangan mereka mewujudkan impian ke Eropa. Film yang direncanakan tayang pada Januari 2020 ini menggaet grup band COKELAT menyanyikan Original Soundtrack berjudul sama, “Anak Garuda” diluncurkan bulan lalu dan sudah dapat didengarkan di berbagai layanan streaming musik digital seperti Spotify, Joox dan Apple Music.

“Pengakuan lembaga internasional seperti ini semakin menguatkan keyakinan kami, bahwa misi kami bersama untuk memutus rantai kemiskinan lewat pendidikan bukanlah impian hampa. Ini adalah harapan yang harus kita pupuk bersama sehingga semakin banyak anak Indonesia yang terselamatkan dari putus sekolah karena kemiskinan,” pungkas Julianto Eka Putra.


Ragil Hadiwibowo/Rls

Halaman :

Berita Lainnya

Index