Sri Mulyani: Syariah Percepat Pemulihan Ekonomi Nasional

Sri Mulyani: Syariah Percepat Pemulihan Ekonomi Nasional
Sri Mulyani

HARIANRIAU.CO - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan ekonomi syariah bisa menjadi sumber pertumbuhan baru dan mempercepat pemulihan ekonomi bagi Indonesia. Khususnya dari tekanan ekonomi akibat pandemi virus corona atau covid-19.

"Ekonomi syariah mampu menjadi sumber baru pertumbuhan ekonomi nasional dan menjawab berbagai tantangan di dalam dinamika perekonomian nasional," ujar Ani, sapaan akrabnya, di acara Indonesia Menuju Pusat Produsen Halal Dunia yang diselenggarakan Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), Sabtu (24/10).

Menurutnya, sumber pertumbuhan baru bisa diberikan oleh sektor ekonomi syariah karena memiliki potensi dan keunikan. Hal ini tercermin dari posisi Indonesia sebagai lima besar negara produsen produk halal di dunia.

"Indonesia mengekspor ke 29 negara yang mayoritas muslim, ini masih bisa ditingkatkan. 10 produk makanan halal kita paling besar margarin yang berhubungan dengan CPO dan turunannya. Ini tentu kita punya peluang ekspor," katanya.

Selain dari sektor riil, ia melihat potensi pertumbuhan dari ekonomi syariah juga berasal dari perkembangan jasa keuangan. Kendati porsinya masih kalah dibandingkan lembaga jasa keuangan konvensional, tapi pertumbuhannya tetap positif.

"Keunikan yang dimiliki sistem ekonomi syariah terletak pada nilai-nilai yang sejalan dengan nilai kearifan lokal masyarakat Indonesia, antara lain kejujuran, keadilan, tolong menolong, profesional, serta keberpihakan pada kelompok lemah yang diyakini dapat membantu mempercepat pemulihan ekonomi nasional," jelasnya.

Kendati begitu, kontribusi pertumbuhan dari ekonomi syariah masih perlu dioptimalkan. Caranya dengan mengembangkan industri halal, keuangan syariah, sertifikasi produk halal, dan inovasi lain di sektor ini.

"Harapannya Indonesia menjadi produsen sekaligus pemimpin industri halal dunia. Potensi jadi produsen produk halal ini insya Allah bisa segera diwujudkan," terang Ani.

Saat ini, mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu mengatakan Indonesia sudah mulai memasuki proses pemulihan dari tekanan ekonomi akibat pandemi. Hal ini tercermin dari perbaikan beberapa indikator sejalan mulai kembalinya aktivitas masyarakat.

"Perekonomian kita masih tertekan, meski sudah terlihat tanda-tanda pemulihan yang harus terus kita jaga. Penurunan outlook perekonomian Indonesia akibat covid-19 akan terus diminimalkan melalui berbagai instrumen pemerintah," imbuh Ani.

Kementerian Keuangan setidaknya sudah menelurkan tiga paket stimulus fiskal yang dikeluarkan selama pandemi berlangsung. Pertama, stimulus sebesar Rp8,5 triliun yang diluncurkan pada Februari 2020.

Anggaran ini ditujukan untuk penguatan ekonomi domestik melalui akselerasi belanja negara dan mendorong kebijakan belanja padat karya. Stimulus fiskal diberikan ke sektor industri yang terdampak.

Halaman :

Berita Lainnya

Index