Nasib Nahas Eks Real Madrid yang Doyan Dugem, Berakhir di Tarkam

Nasib Nahas Eks Real Madrid yang Doyan Dugem, Berakhir di Tarkam

HARIANRIAU.CO -  Siapa sangka nasib mantan wonderkid asal Belanda, Royston Drenthe, berakhir dengan tragis. Digadang-gadang jadi salah satu bek sayap terbaik dunia pada 2007 silam, Drenthe saat ini malah bangkrut dan telah pensiun dari dunia sepakbola.

Drenthe pensiun di usianya yang sangat dini, 33 tahun. Tak ada klub yang mau mempekerjakannya.

Usai tampil memukau di Piala Eropa U-21 pada 2007 silam, Drenthe masuk dalam radar Real Madrid. Ajakan Madrid disambutnya dengan gembira, dan tanpa ragu dia menerimanya hingga rela pindah dari klub masa kecilnya, Feyenoord.

Namun, Drenthe gagal mendapatkan kepercayaan di Madrid, hingga akhirnya jadi pemain buangan karena terus-terusan dipinjamkan.

Drenthe sempat tampil sukses bersama Hercules. Sayang, karena tak kunjung dibayar gajinya, Drenthe pindah.

Performa apik Drenthe berlanjut saat pindah ke Everton, 2011 silam. Tapi, kelakuannya saat main bersama Everton tak bisa ditolerir. Hingga, Drenthe berkelahi dengan manajer David Moyes, lantaran tak terima terus dikritik akibat doyan pesta dan telat latihan.

Drenthe sempat coba peruntungan di Rusia, tapi tak berhasil. Pun, dia sempat balik ke Inggris untuk bermain bersama Reading dan Sheffield Wednesday. Kariernya tak kunjung membaik.

Nasib Drenthe makin sial ketika bermain di Turki dan Uni Emirat Arab. Dia tak dibayar oleh klub yang dibelanya. Hingga, 2018, Drenthe kembali ke Belanda dengan gabung Sparta Rotterdam. Sial, karena setelah promosi, Drenthe dicoret dari tim.

"Situasi terus berulang. Tak peduli, di negara atau kota mana saya bermain. Saya seperti, 'harus pindah, tak mau lagi terima uangmu'. Kesialan macam ini kerap menyelimuti saya, jadi p*s*t*n dengan semuanya," kata Drenthe dikutip The Sun.

Di tengah karier sepakbola profesional yang nomaden, Drenthe sempat berlaga sebagai pemain amatir alias tarkam.

Setiap hari Minggu, pemain kelahiran Rotterdam itu selalu bermain untuk tim yang mau membayarnya. Dia baru bergabung pada hari Kamis di setiap pekan bersama tm yang dibelanya.

"Kalau cuaca bagus, kami main. Tapi jika tidak, ya di rumah saja. Kadang-kadang, tak ada orang yang cukup buat main," ujar Drenthe.

Akibat kariernya yang pasang surut, Drenthe diambang kebangkrutan. Demi menyelamatkan ekonominya, Drenthe akhirnya banting setir jadi penyanyi rap.

Mengejutkan, karena sebenarnya Drenthe punya haters yang cukup masif jumlahnya di media sosial dan kehidupan nyata akibat temperamen buruk serta banyak gaya.

"Saya makin serius jadi rapper sejak usia 18 tahun. Merasa ada bakat, dan terus diasah untuk menulis lirik. Saya diajari oleh U-Niq (rapper terkenal Belanda). Saya selalu dengar musik sebelum berlaga dan sangat penting artinya. Tak peduli bagaimana tanggapan orang soal saya," terang Drenthe.

Apa yang terjadi dengan Drenthe bisa jadi pelajaran bagi seluruh pesepakbola muda di dunia, khususnya Indonesia. Belakangan, sedang ramai ada dua pemain yang dicoret dari Timnas Indonesia U-19 dan video mereka saat dugem menyebar di media sosial. Buntut tambahan, ada yang dicoret dari timnya.


Sumber: viva.co.id
 

Halaman :

Berita Lainnya

Index