Sepak Terjang Komunis di Sepakbola Indonesia

Sepak Terjang Komunis di Sepakbola Indonesia

HARIANRIAU.CO - Pemberontakan G30S/PKI menjadi persitiwa bersejarah bagi masyarakat Indonesia, di mana tujuh putra terbaik bangsa gugur. Usai kejadian tersebut, ajaran Komunis pun dilarang. Tetapi, ada fakta menarik terkait sepak terjang Komunis di sepakbola Indonesia.

 

Partai Komunis Indonesia (PKI) dan ajaran komunisme dilarang di Tanah Air sesuai dengan TAP MPRS XXV/1966. Terlepas dari hal itu, kaum komunis juga memiliki peran dalam perkembangan kegiatan olahraga terutama sepakbola.

Berikut rekam jejak komunis di sepakbola nasional:

1. R.Maladi

Ia adalah ketua umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) 1950. Terpilihnya Maladi saat itu disebut-sebut bermuatan politis karena PKI ingin mempermulus politik Indonesia yang berporos Jakarta-Peking. Sistem Jakarta-Peking adalah salah satu gagasan PKI.

Dalam buku yang berjudul 'Jas Merah, Sisi Lain Sepak Bola Nasional' karya Dedi Rinaldi, Arief Natakusumah, Broto Happy, dkk disebutkan jika 'Penunjukan R. Maladi sebagai Ketua Umum PSSI pada 1950 juga dinilai untuk melicinkan kekuatan poros Jakarta-Beijing pasca Perang Dunia"

2. Endang Witarsa

Kliping koran dari Harian Rakjat terbitan 29 September 1955 mengatakan bahwa menjelang Pemilu 1955, PKI menggunakan sejumlah pesepakbola Indonesia yang berprestasi untuk dicalonkan sebagai anggota legislatif. Mereka ialah Ramlan dan Witarasa.

Siapa Witarsa? Harian Rakjat menyebut "Kanan luar jang paling tjepat, paling tjepat, paling tjekatan dan paling taktis," Saat itu Witarsa ialah pesepakbola muda yang berposisi sebagai winger kanan, "Pemain muda jang banyak harapan, jang berkali2 membela nama nasional kita dengan gol2nya jang manis,"

R Maladi
 

PKI Paksa Pulang Pemain Indonesia

PKI yang saat itu menjadi partai besar mempunyai pengaruh besar bagi olahraga Indonesia. Partai pimpinan D.N. Aidit ini pernah memaksa pulang pemain Indonesia untuk membela negara lain.

Masih bersumber dari buku 'Jas Merah, Sisi Lain Sepakbola Nasional', PKI meminta seorang pemain bernama Dominggus yang saat itu membela Belanda untuk dipulangkan dan bermain untuk Indonesia.

Stadion GBK dan Uni Soviet

Presiden Soekarno membangun Stadion Utama Senayan pada 8 Februari 1960 dalam rangka Asian Games 1962. Pembangunan ini didanai oleh Uni Soviet melalui pinjaman lunak sebesar 12,5 juta dollar AS yang kepastiannya diperoleh pada 23 Desember 1958.

Setelah bergulirnya gelombang reformasi pada 1998, nama Stadion ini dikembalikan kepada namanya semula menjadi Stadion Gelora Bung Karno untuk menghormati jasa-jasa pemimpin Indonesia pertama itu melalui Surat Keputusan Presiden No. 7/2001.

Raih Perunggu Sepakbola Asian Games 1954

Timnas Indonesia sempat disegani oleh lawan-lawannya pada era 50-an. Saat itu, skuat Garuda dilatih oleh pelatih asal Uni Soviet, Anthony ‘Toni’ Pogacnik yang merupakan mantan gelandang timnas Yugoslavia.

Di bawah tangan dingin Poganic, Indonesia sukses meraih perunggu di  Asian Games III/1958 di Tokyo, Jepang. Kemudian, menahan Uni Soviet pada Olimpiade 1956 di Melbourne, dan merebut medali perunggu di Asian Games 1958 di Tokyo. Pogacnik juga nyaris membawa Indonesia melangkah ke putaran final Piala Dunia 1958 di Swedia.

 

 

 

Sumber : Rimanews

Halaman :

Berita Lainnya

Index