Istri Polisi Tega Siksa dan Bunuh Pembantunya

Istri Polisi Tega Siksa dan Bunuh Pembantunya

HARIANRIAU.CO - Seorang warga negara Myanmar, Piang Ngaih Don, 24 tahun, meninggal setelah datang ke Singapura untuk bekerja sebagai pembantu rumah tanggal pada Mei 2015.

Piang ditempatkan di rumah majikannya, Gaiyathiri Murugayan, 40 tahun, dan mendukung pekerjaan rumah selama tiga tahun. Sebagai imbalan atas bayaran lebih, Piang menyetujui persyaratan kerja Gaiyathiri, termasuk tidak boleh memiliki ponsel dan tidak ada hari libur.

Dilansir World of Buzz, Kamis 25 Februari 2021, syarat ketta itu diberlakukan karena Gaiyathiri tidak ingin Piang bergaul dengan pembantu lainnya. Piang mulai bekerja di rumah tangga yang terdiri dari Gaiyathiri, suaminya, ibu Gaiyathiri Prema Naraynasamy, dan dua anak Gaiyathiri.

Dalam persidangan, Gaiyathiri mengaku tidak suka dengan gaya Piang. Sehingga ia tega melakukan penyiksaan bahkan hingga tak memberikannya makanan. Aksi kejamnya terekam dalam CCTV yang dipasang di rumah untuk memantau korban dan anak-anaknya. Dalam rekaman, Piang dianyiaya selama 35 hari terakhir hidupnya.

Korban hanya memakan roti yang dibasahi air, makanan dingin atau nasi dan mereka hanya mengizinkannya tidur sekitar lima jam semalam. Selama bekerja, Piang kehilangan berat badan sekitar 15kg dalam waktu sekitar 14 bulan dan setelah kematiannya, beratnya hanya 24kg.

Piang terpaksa mandi dan menggunakan toilet dengan pintu terbuka lebar sementara Gaiyathiri atau Prema mengawasi. Mereka juga membuatnya memakai banyak lapisan masker wajah karena Gaiyathiri menganggapnya " kotor" dan tidak ingin melihat wajahnya.

Korban dianiaya dengan cara ditampar, didorong, dipukul, dan ditendang, oleh majikannya. Dia juga diserang dengan sapu, sendok logam, dan benda tajam lainnya.

Tak hanya itu saja, bulan Juni 2020, Gaiyathiri menempelkan setrika panas di dahi Piang saat dia sedang menyetrika pakaian dan kemudian membakar lengannya sambil berkata;

" Jika kamu ingin membakar barang orang, bagaimana jika aku membakar tanganmu," katanya.

Tak berhenti disitu, rekaman CCTV juga menangkap Gaiyathiri dan ibunya, Prema, bergiliran menuangkan air ke tubuh ART-nya itu dan menyiksanya bersama-sama, lalu meninggalkannya setelah terikat di jendela tanpa makan malam.

Antara pukul 04.55-05.00 pagi, 26 Juli 2016, Gaiyathiri berulang kali menendang dan menginjak kepala dan leher Piang, menjambak rambut dan menarik kepalanya ke belakang lalu mencekiknya.

Pada pukul 07.30, Piang ditemukan tidak bergerak saat Chelvam, suami Gaiyathiri, berangkat kerja. Prema menyarankan agar anak dan menantunya memanggil dokter.

Gaiyathiri menelepon klinik terdekat dan meminta perawat datang ke rumah, dia berbohong bahwa dia menemukan Piang jatuh di lantai dapur. Gaiyathiri ingin menunggu dokter datang. Dia dan ibunya mengganti pakaian Piang dan membawanya ke sofa ruang tamu.

Gaiyathiri ingin menunggu dokter datang. Dia dan ibunya mengganti pakaian Piang dan membawanya ke sofa ruang tamu. 

Lalu, dokter Grace Kwan tiba pukul 10.50 pagi, dia memberi tahu Piang telah meninggal. Kedua perempuan itu kembali berbohong dan mengaku mereka baru saja pindah ke flat itu baru-baru ini.

Dokter Kwan menyarankan mereka memanggil polisi, tetapi Gaiyathiri meminta waktu untuk menelepon suaminya. Ketika dokter bertanya kepada Gaiyathiri apakah dia telah memukuli korban, dia membantah.

Setelah beberapa menit, dokter Kwan memanggil ambulans, dan tim medis tiba sekitar pukul 11.30 dan mengumumkan kematian Piang.

Laporan otopsi menemukan total 31 luka berat dan 47 luka ringan lainya di sekujur tubuh Piang. Korban dilaporkan berulang kali tersedak pada 25 Juli, sehari sebelum kematiannya, yang menyebabkan kekurangan oksigen ke otak dan mengakibatkan kematian.

Pengacara meminta penjara 14 tahun untuk Gaiyathiri, dan berdalih dia mengalami depresi berat sejak hamil putranya. Hakim akan memberikan putusan pada sidang lanjutan.

sumber dream.co.id

Halaman :

Berita Lainnya

Index